Rupiah Goyang Terus, Diramal Bisa Anjlok ke Angka Rp 14.420 per USD

Kamis, 02 Desember 2021 – 18:31 WIB
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan nilai tukar rupiah bisa menyentuh angka Rp 14.420 per USD pada perdagangan akhir pekan. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan nilai tukar rupiah bisa menyentuh angka Rp 14.420 per USD pada perdagangan akhir pekan.

"Akibat dari faktor eksternal," ujar Ibrahim kepada awak media di Jakarta, Kamis (2/12).

BACA JUGA: Legislator Khawatir Rupiah Digital Guncang Stabilitas Keuangan

Pada sore ini rupiah ditutup melemah 51 poin di level Rp 14.397 per USD.

Menurut dia, pasar diguncang isu Omicron bisa lebih menular daripada varian sebelumnya.

BACA JUGA: Siap-Siap! Sebentar Lagi Indonesia Bakal Punya Rupiah Digital

Hal itu mengindikasikan adanya spekulasi penguncian atau lockdown yang berdampak pada pemulihan ekonomi.

AS melaporkan kasus varian pertamanya pada hari Rabu (1/12). Di pihak lain, Australia, Inggris, Kanada, dan Jepang, juga melaporkan kasus meskipun melakukan pembatasan dengan ketat.

Dari Afrika Selatan jumlah kasus Omicron meningkat dua kali lipat dari Selasa hingga Rabu.

Lebih lanjut, rupiah juga diguncang oleh pernyataan Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang menegaskan kembali pendiriannya bahwa Fed akan mempertimbangkan untuk mempercepat pengurangan aset.

"Ini juga bisa berarti kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan," kata dia.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan potensi rupiah melemah cukup dalam salah satunya karena risiko tapering off dan kenaikan suku bunga acuan The Fed terjadi dalam waktu yang bersamaan.

"Sebelumnya banyak yang memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan baru terjadi pada kuartal ke III 2021," ungkapnya.

Kendati demikian, inflasi di AS naik cukup tinggi, sehingga menekan bank sentral untuk ambil langkah cepat agar ekonomi tidak overheat.

"Soal pandemi Omicron juga berpengaruh pada rupiah karena WHO mengatakan bahwa dunia harus siaga. Karena, risiko penularan varian Omicorn cukup tinggi. Kekhawatiran lockdown atau pembatasan sosial lebih ketat berisiko menekan profitabilitas emiten diberbagai sektor," tegas Bhima. (mcr10/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler