jpnn.com, JAKARTA - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan inflasi Sepetember 2022 dapat memicu pelemahan mata uang rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi September 2022 mengalami peningkatan signifikan sebesar 1,17 persen month-to-month (mtm) dan 5,95 persen year-on-year (yoy).
BACA JUGA: Rupiah Ambrol Lagi, USD Makin Kuat, Ternyata Ini Sebabnya
Menurut Ibrahim, data tersebut lebih baik dibandingkan ekspetasi para analis, yakni dikisaran 1,2 persen.
"Artinya, kalau sesuai dengan ekspetasi sebenarnya inflasi ini di bawah 1,2 persen ya karena cuma hanya 1,17 persen," ujar Ibrahim seperti dikutip Selasa (4/10).
BACA JUGA: Rupiah Melemah Lagi, USD Tak Bisa Turun dari Rp 15 Ribu, Bagaimana Ini?
Ibrahim mengatakan masih banyak catatan yang harus diwaspadai ke depan meskipun inflasi September di bawah prakiraan para analis.
"Pemerintah diharapkan menjaga harga energi dan komoditas, khususnya harga pangan," ungkapnya.
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Adakan Kompetisi Jurnalistik, Hadiahnya Ratusan Juta Rupiah
Selain itu, inflasi merupakan salah satu pemicu pelemahan mata uang rupiah, yang paling utama ialah dampak inflasi di Eropa.
Apalagi, efek sanksi ekonomi yang diterapkan oleh Amerika, Inggris, dan Eropa terhadap Rusia atas referendum empat kota di Ukraina membawa ketegangan baru sehingga dolar mengalami penguatan dan rupiah melemah cukup signifikan.
"Inggris sendiri cukup tinggi walapun tidak masuk dalam resesi karena PDB 0,22 persen tetapi ini akan berdampak terhadap mata uang rupiah. Kemungkinan besar akan kembali ke Rp 15.300," tegas Ibrahim.(mcr28/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari