Rupiah Makin Terperosok

BI Tegaskan Tetap Anut Sistem Devisa Bebas

Sabtu, 22 November 2008 – 02:17 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih terus terperosok dalamBerdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI) kurs rupiah kemarin berada di posisi Rp 12.300 per USD, atau melemah dibanding sehari sebelumnya Rp 12.230 per USD

BACA JUGA: Laba BUMN Tergerus Rupiah

Gubernur BI Boediono menegaskan Indonesia akan tetap menganut rezim devisa bebas
Sehingga meskipun nilai tukar rupiah masih terpuruk, BI tidak menginginkan beralih ke rezim devisa terkontrol

BACA JUGA: Wapres Tolak Blanket Guarantee



"Memang ada wacana-wacana mengenai perubahan ini untuk menuju ke sistem devisa kontrol
Undang-undangnya menjamin bahwa sistem devisa kita adalah sistem devisa bebas

BACA JUGA: China Bangun PLTU di Batam

Bebas memiliki dan mengunakan devisa," kata Boediono di Kantor BI, Jakarta, Jumat (21/11).

Boediono mengatakan BI akan menjaga rupiah di tingkat yang realistis dan laik bagi perekonomian nasionalBank sentral juga tetap berada di pasarDia tidak menyebut jumlah cadangan devisa yang digunakan untuk intervensi"Kalau perang kita harus merahasiakan amunisi berapa yang kita tembakkan dan berapa yang ada di saku kitaItu adalah bagian dari strategiIntinya kita akan tetap di pasar dan akan tetap terus di pasar, dan kita akan gunakan amunisi," beber Boediono.

Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan, saat ini USD mengalami penguatan karena kebutuhan likuiditas USD dari bank-bank besar dan perusahaan-perusahaan di AS sangat besarJadi, kendati negaranya terancam resesi, USD bukannya melemah, tapi bergerak anomalis dengan menunjukkan tren menguat"Jadi, karena murni masalah pasokan likuiditas valas yang kurangPermintaan USD banyak, sementara penawaran minim, membuat USD menguat," tuturnya.

Senada, ekonom Mirza Adityaswara mengatakan, rupiah akan menguat jika pasokan likuiditas USD mulai longgarMasalahnya, kata dia, sulit untuk menambah likuiditas valas karena semuanya tersedot ke luar negeri"Satu peluang besar ada pada permintaan BP Migas agar transaksi perusahaan-perusahaan tambang ditempatkan di perbankan nasional," ujarnya.

Hal tersebut, kata dia, menjadi salah satu bukti bahwa lalu- lintas devisa harus dikontrol"Bank sentral juga harus terus mendorong agar masyarakat melepas USD-nya, meski langkah ini hampir bisa dikatakan mustahil," tuturnyaDirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan Herry Purnomo mengatakan pembayaran utang luar negeri pemerintah langsung menggunakan rekening valas pemerintah di BISehingga secara langsung tidak begitu berdampak kepada APBN, meskipun kurs rupiah terus melemah"Kalau ke luar negeri itu sudah pakai valas kitaKita kan punya rekening valasJadi enggak kena pengaruh," kata Herry.

Bursa saham kemarin juga masih mengalami tekanan, kendati bursa kawasan mampu menutup perdagangan akhir pekan dengan manisBerita negatif di industri perbankan nasional membuat saham-saham sektor tersebut menjadi pioner penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG)Indeks kemarin tergelincir 8,69 poin (0,75 persen) menjadi 1.146,27Kelompok 45 saham terlikuid, indeks LQ45, menurun 2,4 poin (1,1 persen) membentuk level 215,97.

Terdapat 75 saham yang melorot harganya, 58 saham mendaki, dan 45 lainnya tak berubahTransaksi harian relatif masih sepi, hanya sekira Rp 1,5 triliunDari bursa kawasan, hampir semua menunjukkan kenaikan, kecuali indeks Shanghai yang melemah tipis 0,7 persenSementara indeks Nikkei naik 2,7 persenHang Seng mendaki 2,9 persenKospi terkerek signifikan 5,8 persen, dan STI Singapura menguat 3,1 persen.

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Budi Ruseno mengatakan, investor sudah berani masuk ke pasar dalam volume terbatasSentimen positif bursa regional tak mampu diikuti karena adanya tekanan cukup besar di sektor perbankan"Belum ada sinyal reversal dalam jangka pendek ini," tuturnya.(sof/eri/fan)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PUM Distop, REI Menjerit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler