JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga menembus Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (USD) mulai berdampak pada beban biaya industri otomotif. Hal itu berpotensi mengerek harga produk kendaraan roda empat impor serta produksi lokal.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto menyatakan, dampak pelemahan rupiah terhadap USD mulai dirasakan agen pemegang merek (APM) yang bergantung pada produk dan suku cadang impor. ''Mereka mesti membayar barang yang diimpor dengan harga lebih tinggi. Jadi, mulai berpengaruh ke beban perusahaan, tapi masih kecil,'' ujarnya kemarin (10/10).
Beberapa APM yang sudah memproduksi mobil di dalam negeri lebih bisa bertahan. Meski begitu, dampaknya tetap terasa karena kandungan lokalnya belum 100. ''Sebagian komponen masih impor, tapi porsinya beda-beda tiap mobil. Jadi, tidak bisa disamakan. Makin banyak pakai komponen impor, bebannya makin besar,'' sebutnya.
Kemampuan APM untuk bertahan di tengah melemahnya rupiah juga terkait dengan stok suku cadang yang disediakan. Makin banyak memiliki suku cadang, makin kecil terkena dampak pelemahan rupiah. ''Menaikkan harga produk merupakan wewenang masing-masing. Gaikindo tidak memberikan anjuran atau instruksi karena itu terkait strategi bisnis. Bisa laku tidak kalau harganya naik?'' tanyanya.
Jongkie memperkirakan, jika pelemahan rupiah bertahan hingga akhir tahun, banyak APM yang menyesuaikan harga mobil. Namun, dia tidak menampik bila ada APM yang langsung bereaksi dengan kondisi itu. (wir/c19/oki)
BACA JUGA: Garuda Operasikan Boeing 737 MAX 8 secara Bertahap
BACA ARTIKEL LAINNYA... Citilink Jadikan Makassar Titik Akselerasi
Redaktur : Tim Redaksi