jpnn.com - JAKARTA - Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jhony Darmawan mengatakan, industri otomotif saat ini sedang mengkalkulasi ulang rencana bisnis akibat terus melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Rupiah yang semakin melemah pasti berdampak terhadap kegiatan industri termasuk otomotif.
"Omong kosong kalau ada yang bilang aman-aman saja," ujarnya, kemarin.
BACA JUGA: Gaet Investor, Pemda Diminta Bentuk PTSP
Akibat melemahnya rupiah ini dipastikan biaya pembelian bahan baku dan suku cadang komponen otomotif akan berubah menjadi lebih tinggi.
Jhony mengakui industri otomotif nasional sudah memiliki kandungan komponen dalam negeri yang cukup tinggi. Di beberapa model bahkan telah lebih 80 persen. "Tapi ada juga yang masih impor. Industri komponen juga begitu, bahan bakunya banyak yang impor," sebutnya.
BACA JUGA: Promosikan Angkutan Laut, Pelindo Gandeng Pelabuhan Tanjung Priok
Pihak pabrikan tidak akan mengurangi komponen yang sudah menjadi ketentuan. Mau tidak mau mereka akan membeli komponen tersebut meskipun kondisi dolar naik. Ujung-ujungnya mereka akan menaikkan harga jual.
"Tapi dengan kondisi pasar dalam negeri yang sedang lesu seperti sekarang ini mana mungkin harga dinaikkan. Khawatirnya malah tidak laku. Target penjualan tahun ini saja sudah untung kalau bisa menyamai tahun lalu (1,2 juta unit, red)," terangnya.
BACA JUGA: Anggaran Pariwisata Naik 3 Kali Lipat, Yuddy Optimistis Hotel Penuh
Dia berharap pemerintah bisa segera mengatasi kondisi melemahnya rupiah sehingga industri bisa kembali bergairah. Meski begitu dia menilai rupiah tidak akan bisa turun hingga menyentuh Rp 10.000 per dolar AS.
"Kurs sekarang sudah diatas perkiraan kita. Pada umumnya para pemain automotif sudah memakai rate Rp12.000 hingga Rp12.500 untuk perhitungan harganya, jadi kalau bisa kembali di harga itu," jelasnya. (wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Waduuhhhââ¬Â¦. Krakatau Steel Rugi Rp 1,87 triliun
Redaktur : Tim Redaksi