Rupiah Terus Melemah

Rabu, 17 Juli 2013 – 06:17 WIB
JAKARTA - Rupiah tengah menuju titik keseimbangan atau ekuilibrium baru. Setelah menembus level Rp 10.000 per USD, Bank Indonesia (BI) membiarkan Rupiah terus melemah sesuai fundamentalnya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi Johansyah mengakui, yang dilakukan BI saat ini bukan lagi mengintervensi pasar uang untuk melawan depresiasi Rupiah, melainkan mengawal Rupiah menuju ekuilibrium baru. "BI menjaga saja supaya pergerakan menuju ekuilibrium itu bisa stabil," ujarnya, Selasa (16/7).

Data kurs BI yang mengacu pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin menunjukkan Rupiah ditutup pada level 10.036 per USD, melemah 12 basis poin dibanding penutupan Senin (15/7) yang di level 10.024 per USD.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pemerintah sepakat dengan langkah BI yang mengurangi intervensi dan membiarkan Rupiah bergerak sesuai fundamentalnya. "Tidak apa-apa, (pelamahan Rupiah) ini bukan masalah," katanya.

Doktor ekonomi lulusan Australian National University ini menyebut, dibandingkan negara-negara lain, depresiasi Rupiah terhadap USD masih relatif lebih ringan. "Kalau yang lain menguat, tapi Rupiah melemah, itu baru mengkhawatirkan," ujarnya.

Kenapa Rupiah tetap melemah meski harga BBM dinaikkan? Menurut Chatib, sebenarnya potensi penguatan Rupiah dari kenaikan BBM muncul dari potensi penurunan impor karena penghematan. Sayangnya, pengurangan stimulus di AS membuat aliran modal keluar dari emerging markets seperti Indonesia. "Jadi, faktor domestik (dari pengurangan impor BBM) kalah dengan faktor eksternal," jelasnya.
 
Ekonom yang juga Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mirza Adtyaswara mengatakan, meski faktor eksternal memegang peran penting, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini juga menjadi faktor krusial yang menggiring pelemahan Rupiah. "Lihat saja, inflasi kita tinggi, neraca dagang defisit, dan defisit APBN makin besar," ujarnya.

Dengan kondisi demikian, Rupiah memang akan sulit kembali menguat ke level di bawah 10.000 tanpa intervensi besar-besaran dari BI. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, ketika fundamental ekonomi Indonesia membaik, barulah Rupiah akan kembali menguat. "Dengan kondisi saat ini, nilai tukar Rp 10.100 (per USD) masih bida diterima," katanya. (owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Pertanyakan Keseriusan Pemerintah Revisi UU Jalan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler