jpnn.com, JAKARTA - Cadangan devisa Indonesia hingga akhir Mei lalu tercatat sebesar USD 122,9 miliar.
Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan cadangan devisa April yang sebesar USD 124,9 miliar.
BACA JUGA: Menurut Ekonom, Cara Ini Bisa Meredam Pelemahan Rupiah
Secara keseluruhan, cadangan devisa terus menurun dari posisi Januari yang sebesar USD 131,98 miliar.
Pada Januari, cadangan devisa Indonesia tertinggi sepanjang sejarah.
BACA JUGA: Pengusaha Khawatir Pelemahan Rupiah Turunkan Produksi
Namun, kemudian perlahan cadangan devisa mulai meninggalkan capaian tertingginya.
Cadangan devisa pada Mei setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,2 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah.
BACA JUGA: Ada Penguatan Rupiah, Pak Jokowi Ucapkan Hamdalah
Cadangan tersebut juga masih berada di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar tiga bulan impor.
Penurunan cadangan devisa terutama dipengaruhi penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selain itu, juga stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI) yang menempatkan rupiah di level Rp 13.902 per dolar AS (USD) pada Jumat (8/6), rupiah tercatat melemah 2,66 persen sejak awal tahun.
”Cadangan devisa tetap memadai, didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang membaik serta kinerja ekspor yang tetap positif. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman, Jumat (8/6).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, devisa Indonesia masih lebih dari cukup.
”Nanti juga akan ada devisa dari pajak migas. Selain itu, pariwisata kita punya sepuluh Bali baru. Kan Kemenpar bagus-bagus tuh programnya,” ujar Perry. (rin/c11/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saran untuk Gubernur BI agar Rupiah Tidak Terus Melemah
Redaktur & Reporter : Ragil