Rupiah Terus Menguat

Jumat, 11 Juli 2014 – 06:40 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Angin positif terus berhembus ke rupiah. Lancarnya rangkaian kampanye, coblosan, dan hasil hitung cepat atau quick count pemilihan presiden, menjadi sentimen positif di pasar keuangan Indonesia.

Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung (CT) mengatakan, saat ini pasar atau investor sudah memiliki keyakinan atas terpilihnya salah satu pasangan capres-cawapres berdasar hasil quick count beberapa lembaga survei. Meskipun masih ada perbedaan hasil quick count beberapa survei, namun pasar sepertinya sudah cukup nyaman.

BACA JUGA: Pemerintah Senang Arbitrase Internasional Tolak Gugatan Churchill Mining

"Pertama, karena (Pemilunya) aman maka rupiah menguat dan (harga) saham naik. Kalau nanti sudah (ada keputusan pemenang pemilihan presiden) final dari KPU (Komisi Pemilihan Umum), pasti (rupiah dan saham) lebih kuat lagi," ujarnya di Jakarta kemarin (10/7).

Meski demikian, CT mengakui jika selisih perolehan suara yang tipis hasil quick count bisa memicu sengketa hasil pemilihan presiden. Karena itu, dia meyakini jika masih ada sedikit kekhawatiran dari investor bahwa keputusan KPU bisa saja digugat ke Mahkamah Konstitusi, sehingga keputusan final nantinya masih menunggu dari MK.

BACA JUGA: Mudik Lebaran, Kereta Buatan Anak Negeri Dioperasikan

Karena itu, CT memperkirakan jika masuknya aliran modal atau capital inflow saat ini masih dalam tahap awal, karena investor belum berani berinvestasi terlalu banyak di Indonesia sampai menunggu kepastian final tentang kepemimpinan Indonesia. Karena itu, masih ada potensi aliran dana akan lebih besar masuk ke Indonesia begitu keputusan final diumumkan. "Jadi kalau sudah final dari MK, pasti super kuat," katanya.

Aliran modal sudah terlihat masuk ke Indonesia sejak awal pekan. Ketika itu, investor sudah mulai memprediksi jika pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla bakal memenangi persaingan menuju kursi RI 1 dan RI 2. Salah satu indikatornya adalah tren penguatan signifikan nilai tukar rupiah. Apresiasi makin kuat usai Pilpres dan banyaknya hasil quick count yang memenangkan pasanan Joko Widodo - Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Dahlan Iskan: BUMN Harus Bersih dari Nepotisme

Kemarin, data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan  rupiah ditutup di level 11.594 per USD, menguat 146 poin dibanding penutupan Selasa (8/7)) yang di posisi 11.695 per USD.

Posisi 11.594 per USD ini merupakan yang terkuat rupiah sejak 22 Mei 2014, ketika itu rupiah ditutup di posisi 11.515 per USD. Ini berarti, dalam periode dua pekan, rupiah sudah menguat 554 poin atau 4,57 persen dari posisi terlemah di 12.103 pada 27 Juni lalu.

Sementara itu, di pasar spot, data Bloomberg menunjukkan rupiah kemarin sudah menguat 52 poin ke posisi 11.573 per USD, naik 0,45 persen dibanding penutupan hari sebelumnya. Jika dicermati, penguatan rupiah ini menjadi yang terbesar dibanding mata uang utama di Asia lainnya.

Apalagi, banyak mata uang lain di Asia yang justru melemah dibanding USD, misalnya rupee India, yuan Tiongkok, ringgit Malaysia, baht Thailand, hingga peso Filipina.

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kemenangan Joko Widodo - Jusuf Kalla versi quick count beberapa lembaga survei menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar.

Karena itu, meskipun penguatan saat ini masih dinilai hanya sementara karena terdorong euforia pemilihan presiden. "Tapi, kalau sudah ada keputusan final, (penguatan) ini bisa permanen," ujarnya. (owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perkeretaapian Bandara Soetta Butuh Rp 2,5 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler