JAKARTA - Wakil Ketua DPR, Pramono Anung mengatakan, kerusuhan di dalam pertandingan tinju Bupati Nabire Cup yang berlangsung di Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama Nabire akibat manajemen yang amburadul. Pada akhirnya, tragedi itu menyebabkan 18 orang meninggal dunia.
"Manajemen amburadul kalau sampai ada 18 orang meninggal kan menunjukan fasilitas olahraga pasti tidak memenuhi standar," ujar Pramono di DPR, Jakarta, Senin (15/7).
Politikus PDI Perjuangan itu menjelaskan, di tempat pertandingan tinju itu hanya ada satu pintu masuk sehingga begitu terjadi kerusuhan mereka sulit untuk keluar. Karenanya, manajemen pertandingan seharusnya tidak hanya menyediakan satu pintu. "Seyogyanya pintu jangan hanya satu," ucapnya.
Menurut Pramono, jika penyelenggara tidak sanggup mengadakan pertandingan itu sebaiknya mereka tidak perlu melaksanakannya. "Apalagi ini tingkat kabupaten. Sampai ada korban 18 orang, ini bukan hanya prihatin tapi menyesak," ujarnya.
Di sisi lain kerusuhan itu kata Pramono, juga menunjukan masyarakat Indonesia mudah terpancing amarahnya. Apalagi, kerusuhan itu terjadi karena ada kelompok yang tidak menerima kekalahan.
Seperti diketahui, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabidhumas) Polda Papua Kombespol I Gede Sumerta Jaya menjelaskan keributan itu terjadi setelah pertandingan tinju antara Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumaropen dari Sasana Persada selesai. Pendukung Yulius Pigome yang kalah angka dalam pertandingan itu kemudian mengamuk.
Pada saat terjadi keributan sekitar 1.500 orang ada di dalam GOR. Para penonton itu saling dorong dan saling injak. (gil/jpnn)
"Manajemen amburadul kalau sampai ada 18 orang meninggal kan menunjukan fasilitas olahraga pasti tidak memenuhi standar," ujar Pramono di DPR, Jakarta, Senin (15/7).
Politikus PDI Perjuangan itu menjelaskan, di tempat pertandingan tinju itu hanya ada satu pintu masuk sehingga begitu terjadi kerusuhan mereka sulit untuk keluar. Karenanya, manajemen pertandingan seharusnya tidak hanya menyediakan satu pintu. "Seyogyanya pintu jangan hanya satu," ucapnya.
Menurut Pramono, jika penyelenggara tidak sanggup mengadakan pertandingan itu sebaiknya mereka tidak perlu melaksanakannya. "Apalagi ini tingkat kabupaten. Sampai ada korban 18 orang, ini bukan hanya prihatin tapi menyesak," ujarnya.
Di sisi lain kerusuhan itu kata Pramono, juga menunjukan masyarakat Indonesia mudah terpancing amarahnya. Apalagi, kerusuhan itu terjadi karena ada kelompok yang tidak menerima kekalahan.
Seperti diketahui, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabidhumas) Polda Papua Kombespol I Gede Sumerta Jaya menjelaskan keributan itu terjadi setelah pertandingan tinju antara Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumaropen dari Sasana Persada selesai. Pendukung Yulius Pigome yang kalah angka dalam pertandingan itu kemudian mengamuk.
Pada saat terjadi keributan sekitar 1.500 orang ada di dalam GOR. Para penonton itu saling dorong dan saling injak. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hakim Juga Tolak Eksepsi Fathanah
Redaktur : Tim Redaksi