Rusuh Sektarian di Mesir, 190 Orang Ditangkap

Pembakaran Dua Gereja Dibakar, 10 Tewas

Senin, 09 Mei 2011 – 05:05 WIB

KAIRO - Jatuhnya rezim otoritarian di Mesir dalam revolusi pada Februari lalu belum menjamin bahwa situasi keamanan dan politik telah kondusifDewan Tertinggi Militer, yang kini mengendalikan pemerintahan di Mesir, belum sepenuhnya mampu meredam gejolak di masyarakat.
 
Buktinya, kerusuhan sektarian meletus di Kairo pada Sabtu malam lalu (7/5)

BACA JUGA: Myanmar Didukung untuk Pimpin ASEAN pada 2014

Dua gereja hangus dibakar
Salah satu gereja itu berlokasi di kawasan kumuh Imbaba, Kairo

BACA JUGA: ASEAN Siap jadi Tuan Rumah PD 2030

Sedikitnya 10 tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam bentrok yang mengiringi pembakaran gereja tersebut.
 
Pemerintah Mesir bereaksi cepat terhadap pembakaran gereja itu
Militer kemarin (8/5) menangkap 190 orang yang diduga menyerang dan membakar tempat ibadah warga Kristen tersebut.
 
Militer Mesir menegaskan bahwa penangkapan tersebut dilakukan untuk memberikan efek jera bagi siapapun atau kelompok manapun agar tidak mengganggu keamanan nasional

BACA JUGA: Para Pemimpin ASEAN Rilis Tiga Pernyataan Bersama

Mereka akan dituntut dan disidang di pengadilan militer sehingga prosesnya yang cepatPara perusuh itu juga diancam hukuman secara maksimal dengan dakwaan membakar tempat ibadah.
 
Penangkapan ratusan demonstran tersebut merupakan tindakan paling tegas yang diambil oleh militer Mesir terkait kekerasan sektarianEnam di antara korban tewas adalah muslim, dan empat lainnya Kristen.
 
Menyusul insiden tersebut, Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf menunda lawatannya ke Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA).  "PM Sharaf langsung mengadakan rapat kabinet untuk membahas tragedi Imbaba," terang Ahmed al-Saman, juru bicara cabinet, kepada kantor berita MENA.
 
Menteri Dalam Negeri Mansur Essawy kemarin juga berkunjung ke lokasiWarga muslim dan kristen meminta pemerintah meningkatkan keamanan di jalan-jalan sekitar ImbabaPemerintah dikritik karena minimnya personel polisi dan rendahnya tingkat keamanan di jalan-jalan kota sejak revolusi rakyat meletus pada Januari lalu.
 
Kerusuhan itu terjadi setelah ratusan massa kelompok Salafiyah mengepung Gereja StMenas di wilayah miskin dan kumuh Imbaba, Kairo, Sabtu malam lalu (7/5)Mereka terprovokasi isu sensitif tentang hubungan antaragama.

Mereka menyerang gereja setelah mendengar kabar bahwa seorang perempuan kristen yang telah menikah dengan pria muslim diculikWarga setempat menuturkan bahwa sekelompok pemuda bersenjata pedang dan golok secara terpisah juga  menyerang Gereja Perawan Maria, yang berlokasi tidak jauh dari Gereja StMenas

"Warga tidak berani berada di dekat gereja," ujar Adel Mohammed, 29, yang tinggal dekat Gereja Perawan Maria"Aksi mereka (sekelompok muslim Salafiyah) membuat orang-orang ketakutanMereka melemparkan bom molotov ke arah gerejaSebagian bangunan terbakar," tambahnya

Warga kristen bergegas membuat barikade manusia di dalam dan di sekitar Gereja StMenasDalam sekejap saja, demonstrasi tersebut berubah menjadi bentrok fisikSaksi mata mengaku bahwa mereka melihat beberapa orang melepaskan tembakan dari atas atap gerejaTidak diketahui apakah penembak itu merupakan sniper (penembak jitu) dari militer atau warga sipil yang melakukan perlawanan.

Saat pecah revolusi rakyat yang menjatuhkan rezim Presiden Hosni Mubarak pada 11 Februari lalu, sebetulnya muncul semangat toleransi dan persaudaraan di antara muslim dan kristen MesirHubungan harmonis tersebut memang jarang terlihatSaat itu, dua komunitas tersebut saling menjaga dan juga melindungi ketika masing-masing menjalankan ibadah di Lapangan Tahrir, Kairo, pusat revolusi. 

Namun, beberapa bulan terkahir, sejak Mubarak jatuh, justru muncul ketegangan sektarian yang dipicu aktivitas gerakan baru muslim SalafiyahJumat lalu (6/5) ratusan kelompok Salafiyah berpawai di Kairo untuk menyikapi tewasnya Osama bin LadenMereka juga mengutuk operasi AS yang menewaskan Osama.

Sameh Fawzi, cendekiawan Koptik, berpendapat bahwa tren penyerangan atas gereja dan meningkatnya ketegangan di antara muslim Salafiyah dengan kristen Koptik terjadi karena lemahnya peran negaraPenguasa militer condong memilih rekonsiliasi ketimbang mengadili kelompok garis keras"Seharusnya negara mengimplementasikan hukum dengan cepatIni semacam kejahatan premanisme, tetapi masih ditoleransi," tandasnya(AP/AFP/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Paparkan 10 Isu Penting di KTT ASEAN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler