Ryamizard Ryacudu, Bapak Bela Negara Indonesia

Oleh: Ramses Wally, S.H

Senin, 09 September 2019 – 11:33 WIB
Menhan Ryamizard Ryacudu. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com - Hari Jumat tanggal 7 Sepetember 2019 merupakan hari bersejarah yang tidak akan bisa terlupakan di dalam hidup saya sebagai anak asli Papua. Karena pada hari itu, saya bisa bertemu Ryamizard Ryacudu, Sang Jenderal besar yang namanya sangat melegenda dan selama ini saya hanya bisa menyaksikan di televisi dan di media masa. Saya bisa bertemu beliau untuk berdiskusi tentang masalah Papua dan juga masalah kenegaraan lainnya.

Awalnya saya menyangka pertemuan dengan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu ini akan hanya berlangsung singkat dan mungkin suasananya formil dan kaku karena suasana lingkungan militer tertinggi di Indonesia. Namun, di luar dugaan saya, pertemuan itu berlangsung lama dan dalam suasana kekeluargaan yang hangat. Saya diajak makan siang bersama sang Jenderal besar. Bagi saya, beliau adalah seorang “LEGENDA HIDUP”.

BACA JUGA: Bamsoet: Semua Elemen Bangsa Harus Ikut Bela Negara

Dalam pertemuan itu, Bapak Ryamizard didampingi oleh Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin, S.H., S.I.P., M.H., Mayjen TNI Ilyas Alamsyah, Brigjen TNI Iroth Sonny Edhie, Kolonel Caj Charles Simamora, S.Sos., M.Eng., Bp. Dr. Jhony Petsie Ratu, Bp. Henock. Sedangkan saya didampingi oleh Adrian Indra, S.Sos, Staf ahli saya yang juga pengamat permasalahan pembangunan Papua.

Jujur saja, di hati dan di mata saya sebagai orang Papua asli, di era Presiden Joko Widodo saat ini, sangat terlihat para menterinya dekat dengan rakyat kecil dan sangat mau menerima berbagai keluhan serta informasi yang berhubungan dengan pembangunan kebangsaan dan sekaligus melaksanakan upaya-upaya merajut kesatuan NKRI yang telah tercipta selama ini.

BACA JUGA: Dandan Dari Jam 4 Pagi, Istri Menhan Dapat Sepeda Dari Jokowi

Apa-apa yang saya rasakan ketika pertemuan dengan Jenderal Ryamizard itu, menghapuskan segala images yang ada di dalam pikiran saya selama ini, bahwa militer itu kaku, tegas dan keras.

Hal seperti ini adalah kemajuan terbesar dalam ketatanegaraan Indonesia dan merupakan wujud nyata kemajuan demokrasi Indonesia. Ini adalah suatu contoh nyata tentang kedekatan kepada rakyat yang selalu dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, juga diimplementasikan oleh para menterinya.

BACA JUGA: Menhan: Program Bela Negara Turut Mendukung Terwujudnya SDM Unggul

Dalam pembukaan diskusi ini, Jenderal Ryamizard menyatakan bahwa sangat prihatin dengan kasus kerusuhan yang baru-baru ini terjadi di Papua. Bapak Ryamizard menyatakan bahwa kerusuhan Papua tersebut bukan merupakan kerusuhan yang biasa, tetapi ada tiga kelompok yang merancang dan menggerakkan, yaitu kelompok pemberontak bersenjata, kelompok pemberontak politik dan kelompok pemberontak klandestin/kelompok rahasia.

Jenderal Ryamizard juga menyinggung bahwa Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan sikap pemerintah secara tegas dan jelas agar Papua tetap damai dan aman. Sebagaimana kita ketahui, Papua bagian integral NKRI yang tak terpisahkan sampai kapanpun.

Untuk itu yang perlu dilakukan adalah bagaimana melaksanakan suatu program-program preventif/pencegahan agar kerusuhan yang sama jangan sampai terulang lagi di kemudian hari.

Program BELA NEGARA ini adalah salah satu perwujudan dari Konsep REVOLUSI MENTAL yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Program tersebut sangat relevan serta sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai permasalahan bangsa dan juga sekaligus untuk menangkal merosotnya jiwa Cinta Tanah Air dan Beda Mindset dalam memandang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kerusuhan Papua adalah sebagai contoh bagaimana Mindset sebahagian besar masyarakat Papua yang beda tentang NKRI. Dan juga kita bisa saksikan bagaimana pihak OPM dan ISIS berserta organisasi afliasi sayapnya terus melaksanakan Cyber War yang benar-benar tidak bisa dianggap remeh dan sebelah mata. Harus gerakan anti-Cyber War yang mereka lakukan, karena secara tidak langsung ideologi Papua Merdeka dan Ideologi Negara Khilafah sangat serius mengancam keutuhan NKRI.

Saya sebagai seorang Yo Ondofolo (Kepala suku tertinggi) dari wilayah Babrongko, distrik Ebungfauw, kab. Jayapura menyampaikan kepada Bp. Ryamizard Ryacudu bahwa disebahagian besar hati dan jiwa masyarakat Papua serta generasi muda Papua, Merah Putih belum tertanam di dada mereka. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Kesalahpahaman tentang sejarah bergabungnya Papua dalam NKRI

2. Karena adanya iming-iming tentang kemungkinan Papua bisa Merdeka.

3. Karena trauma masalah HAM dimasa lalu.

4. Karena belum maksimalnya pembangunan kesejahteraan Orang Papua Asli

5. Karena masih sering terjadi tindakan rasisme ataupun diskriminasi dan marjinalisasi terhadap Orang Asli Papua.

6. Karena masih banyaknya di media sosial berita-berita Hoaxs yang menimbulkan rasa “permusuhan” dengan NKRI.

7. Kegagalan Implementasi UU Otsus No. 21 tahun 2001 yang disebabkan oleh 19 Perdasus/Perdasi yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi Papua tidak didukung dengan Peraturan Pemerintah (PP), hanya 2 PP yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

Jadi, kerusuhan yang juga dikuti oleh berbagai tindakan yang anarkis yang terjadi di Papua itu, adalah akumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mungkin selama ini belum tersentuh dengan baik penganganannya oleh Pemerintah Pusat. Solusinya juga tidak bisa hanya secara parsial atau secara isedentil saja, tapi harus secara komprehensif dan kontinue. Pertanyaannya, dari mana memulainya untuk bisa menyelesaikan berbagai permasalahan itu

Secara garis besar saya sampaikan kepada Bapak Ryamizard Ryacudu, ada 3 bidang solusi yang dapat dilakukan untuk membangun Papua kedepannya.

I. BIDANG IDEOLOGI (Oleh Kemenhan)

Penanaman Ideologi Kebangsaan secara besar-besarn dan terus menerus di Papua, melalui Program BELA NEGARA.

II. BIDANG PEMERINTAHAN (Oleh Kemendagri dan DPR RI)

Sempurnakan UU No. 21 tahun 2001 dengan cara menerbitkan PP yang mendukung Perdasi/Perdasus yang telah dibuat oleh Pemprov Papua.

Atau izinkan berlakunya UU Otsus Plus di Papua.

III. BIDANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ASLI PAPUA (Oleh Kemendes PDT, Kemenaker, Kemen BUMN)

Arah pembangunan Papua difokuskan langsung kepada individu masyarakat miskin Papua dan para pemuda Papua yang masih mengganggur. Dengan memberikan bantuan modal dan pendampingan usaha sampai mereka bisa mandiri.

Berikan pelatihan keahlian khusus seperti pelatihan Ahli Las Listrik, pelatihan ahli Montir, pelatihan ahli sablon dan digital printing, pelatihan usaha kuliner dll kepada masyarakat asli Papua.

Berikan kesempatan magang maupun bekerja di BUMN-BUMN seluruh Indonesia kepada orang asli Papua.

Saya juga sampaikan kepada Jenderal Ryamizard, dalam membangun Papua, kalau bisa memakai sudut pandang/kaca mata Orang Papua Asli bukan dari sudut pandang Jakarta. Seperti contohnya pada periode sebelumnya yang banyak dibangun berbagai infrastruktur pelabuhan, bandar udara, jalan Trans Papua belum benar-benar menyentuh secara langsung terhadap kesejahteraan individu masyarakat Papua.

Dalam diskusi ini, saya sampaikan pada Jenderal Ryamizard bahwa saya sebagai Orang Asli Papua, ingin fokus mengajukan usul pada Kemenhan RI, untuk dapat melaksanakan Program Latihan BELA NEGARA secara lebih besar-besarn lagi di Papua. Dan, saya juga memohon agar dalam Pelatihan ini juga ditekankan dalam hal pelurusan sejarah yang sebenarnya tentang awal ketika Papua bergabung dengan NKRI dan Papua itu adalah sah secara Hukum, secara de Jure dan secara de fakto adalah bagian dari NKRI.

Propoganda dari kelompok OPM maupun dari kelompok yang berafliasi dengan ISIS yang bergerak melalui media sosial harus di-counter dengan penanaman ideologi kebangsaan dan rasa cinta negara melalui Program BELA NEGARA.

Bapak Ryamizard dan para staf beliau akhirnya setuju dengan usulan saya ini, dan segera akan mengunjungi Papua dalam waktu dekat ini. Bapak Ryamizard sempat menyampaikan bahwa, jika untuk keutuhan NKRI, beliau sudah mewakafkan dirinya dan bahkan nyawanya jika diperlukan. Saya terdiam, mendengar ucapan Jenderal Ryamizard tersebut. Dan saya jadi teringat kepada ayahanda beliau, Mayjen TNI Musanif Ryacudu, dikenal sebagai seorang loyalis Presiden Soekarno.

Saya juga tahu, perjuangan dan ketegasan dari Mayjend Musanif Ryacudu. Suatu kali, Mayjend Musannif marah besar ketika ada orang meragukan pemikiran Sukarno. Ketika itu Panglima Komando Mandala Siaga (Kolaga) selesai berpidato di Banjarmasin dan hendak pulang. Terdengar oleh telinga Komodor Leo Wattimena dan Musannif celetukan Brigadir Jenderal Soemitro, yang ketika itu menjadi Panglima Kodam Mulawarman di Kalimantan Timur.

“Apa itu? Menteri kok hanya bicara masalah Nasakom? Apa itu Nasakom,” kata Soemitro, yang katanya salah satu perwira cerdas di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD) tahun 1950-an di Bandung.

Mendengar omongan Soemitro, Leo jadi tidak enak karena atasannya di Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) disudutkan. Kala itu Laksamana Muda Udara Omar Dani merangkap juga sebagai Menteri Panglima Angkatan Udara (Menpangau). Bukan perwira AURI yang melawan omongan Soemitro, tetapi Musannif, seorang jenderal Angkatan Darat.

Musannif yang tiba-tiba berdiri dan membuat kursi terpelanting pun membela konsepsi Sukarno dan secara tidak langsung membuat orang yang mencemooh Omar Dani kena batunya.

“Siapa yang berani menentang Nasakom, akan berhadapan dengan saya, Ryacudu!” kata Mayjen Musanif dengan keras.

Di mata saya, sangat pantas Kementerian Pertahanan RI dipimpin oleh Bp. Ryamizard Ryacudu karena memang sangat faham dan berpengalaman dalam mengantusiapasi berbagai ancamana yang akan bisa ”menyerang” Indonesia.

Saya sangat tahu, bagaimana kiprah prestasi Jenderal Ryamizard ini di masa lalu, yaitu pernah diberikan gelar sebagai ”Bapak Tontaipur dan Raider Indonesia“ karena dari prakarsa, konsep latihan hingga disain Brevet dilakukan sendiri Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Riyacudu. Pembebasan sandera ketika melaksanakan misi operasi perdamaian PBB di Kamboja melaksanakan aksi cepat dalam penanganan Bencana Tsunami di Aceh dan memberikan ceramah di Kapal USS Abraham Lincoln.

Pemberian gelar sebagai Bapak Tontaipur dan Raider Indonesia ini karena dari prakarsa, konsep latihan hingga disain Brevet dilakukan sendiri Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Riyacudu. Pembebasan sandera ketika melaksanakan misi operasi perdamaian PBB di Kamboja.

Melaksanakan aksi cepat dalam penanganan Bencana Tsunami di Aceh Th Memberikan ceramah di Kapal USS Abraham Lincoln.

Ketika Aceh bergejolak dengan adanya kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Darat, pernah memeriksa langsung ke lokasi markas GAM di Cot Trieng, Aceh Utara, sehubungan dengan isu perayaan hari ulang tahun kelompok separatis itu.

Sebagai informasi, Kontak senjata TNI dengan GAM pernah terjadi di Desa Cot Glie, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar. Saat itu bentrok terjadi pada 1 Desember 2012 lalu yang membuat Prajurit Tingkat Dua TNI Imam S. anggota Yon 310 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dan seorang anggota GAM, Syahrul tewas dalam peristiwa tersebut.

Ikut Turun Mengejar Pasukan GAM

Saat terjadi kontak senjata antara TNI dan kelompok GAM di Desa Cot, Kecamatan Lhong, Aceh Besar, pada 2005 silam, Bp. Ryamizard Ryacudu sebagai Kasad saat itu turun langsung untuk mengejar pasukan GAM.

Dengan mengendarai kendaraan militer pikap terbuka, dia bersama rombongan tiba di lokasi dan langsung melakukan pengejaran terhadap pasukan GAM yang melarikan diri. Bp. Ryamizard membawa senjata laras panjang MP5, kontak senjata terjadi sekitar 15 menit dan tidak menimbulkan korban jiwa. Anggota GAM sulit dikejar karena lari ke rawa-rawa dan bukit di sekitar lokasi.

Membentuk Pasukan Elite di Seluruh Kodam

Jenderal Ryamizard Ryacudu pernah punya ide brilian dengan membentuk pasukan elite di seluruh Komando Daerah Militer (Kodam). Maka Ryamizard meningkatkan kualifikasi 10 pasukan infanteri reguler menjadi Raiders. Sebagian personel Raiders dilatih kemampuan antiteror di Pusdik Passsus milik Kopassus.

Pasukan ini memiliki kemampuan sebagai pasukan anti-teroris untuk pertempuran jarak dekat, lawan gerilya dengan mobilitas tinggi dan melakukan pertempuran-pertempuran berlanjut. Kemampuannya tiga kali pasukan infanteri biasa. Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa. Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti terjun dari helikopter.

Saya dan Ryamizard sempat diskusi tentang kejadian pada peristiwa penyanderaan 11 perwira PBB dari beberapa negara oleh pasukan Khmer Merah di Kamboja pada 1992. Berbagai upaya telah dilakukan PBB untuk bisa membebaskan 11 perwira yang berasal dari beberapa negara. Meski sudah dibicarakan di New York, ternyata tidak ada satu negara pun yang berhasil membebaskannya, termasuk Amerika Serikat dan Inggris. Akhirnya, Pimpinan UNTAC (united nation transitional authority in Cambodia) Yasushi Akhasi meminta Letkol Inf. Ryamizard Ryacudu untuk memimpin langsung pembebasan para perwira yang disandera oleh pasukan Khmer Merah tersebut.

“Saya hanya minta satu syarat!” kata Bp. Rymizard Ryacudu, “Kalau tugas ini sudah diserahkan pada saya (Indonesia), tidak boleh ada satu negara lain pun yang ikut campur!”

Pernyataan tegas itu disampaikan kepada Yasushi Akhasi yang berasal dari Jepang itu. Dan, akhirnya setelah melalui pendekatan teritorial dan intelijen, ke-11 perwira itu dibebaskan oleh Khmer Merah.

Sejak saat itulah nama TNI harum di Kamboja. Ketika terjadi penculikan dan penyanderaan oleh Khmer Merah, saat itu Pasukan Garuda XII B dipimpin Letkol Ryamizard Ryacudu. Pasukan ini menggantikan Pasukan Garuda XII pimpinan Letkol Erwin Sedjana. Setelah itu Pasukan Garuda XII C dikomandani Letkol Darmawi Chaldir.

Menurut Bp. Ryamizard, ketika pasukannya baru tiba di Kamboja, mereka melakukan defile pasukan keliling ibukota Kamboja, Phnom Penh. “Yah, kita waktu itu memang sengaja “show of force” keliling kota,” ungkapnya.

Hari-hari pertama mulai bertugas untuk melucuti senjata para pihak yang bersengketa sangatlah berat. Teror dari pasukan Khmer Merah pun dirasakan anak buah Bp. Ryamizard Mizard.

“Pernah suatu malam tenda kami diserang dengan pelontar granat,” ujar Ryamizard. Alhamdulillah. Granat itu tidak sampai meledak. Tetapi yang terjadi adalah rangsel anak buahnya terlempar keluar dari tenda. “Saat itu anak buah saya sedang sholat Tahajjud, jadi ranselnya ikut terlempar keluar. Andai saat itu anak buah saya sedang tidur, habislah seisi tenda,” ungkapnya.

Menurut Ryamizard, terjadinya penyanderaan 11 perwira asing itu karena sebenarnya akibat ulah mereka sendiri.

“Kebanyakan mereka ini tidak bisa mendekati rakyat dan Khmer Merah. Mereka juga dikenal sombong, sehingga itulah akibatnya,” lanjutnya.

Sementara, perlakuan pasukan Garuda XII terhadap rakyat Kamboja sangatlah manusiawi. Kalau ada rakyat yang sakit, mereka tidak segan-segan mendatangi dan mengobatinya. Dan, ini pula yang pernah dialami oleh komandan Khmer Merah. Selain itu, “Sebelum terekrut sebagai bagian dari Kontingen Garuda, kami diseleksi dan harus menjalani pembinaan selama tiga bulan. Setiap personel yang masuk itu memiliki kelebihan,” ujar seorang mantan anggota pasukan Garuda XII.

Ketika mengakhiri masa tugasnya yang juga berhasil membebaskan sandera 11 perwira asing, parade pun dilakukan Bp. Ryamizard. Yang membuat Bp. Ryamizard terharu adalah ini adalah saat melakukan defile keliling kota menjelang berakhirnya masa tugas Pasukan Garuda XII B itu, rakyat di Kamboja banyak yang turun gunung hanya ingin melihat pasukan Indonesia (TNI). Mereka benar-benar sangat mengelu-elukan kehadiran pasukan TNI. Makanya, ketika di dalam negeri ada pihak-pihak yang menuding TNI melanggar HAM, sementara rakyat negara lain mengelu-elukan TNI, Bp. Ryamizard merasa “teraniaya”.

Seorang mantan anggota Pasukan Garuda XII yang lain bercerita, medan di Kamboja itu sangatlah berat. Banyak pasukan dari AS yang menjadi korban dan tewas terbunuh di sana. Karena banyak diantaranya yang senang pada perempuan dan tidak mau bayar. Perempuan-perempuan inilah yang “menghabisi” tentara asing (terutama dari AS) dengan memotong kemaluannya ketika mereka sedang berkencan dengan perempuan. Ini ditakuti oleh sebagian besar pasukan asing di Kamboja, selain pasukan Khmer Merah. Sehingga, ketika terjadi penculikan dan penyanderaan 11 perwira asing, tidak ada satu pun pimpinan pasukan PBB yang berani membebaskannya. Setelah “kepepet” barulah Kepala Pemerintahan Sementara menunjuk Letkol Ryamizard Ryacudu untuk membebaskan mereka.

Desain Strategi Pertahanan Smart Power

Ryamizard juga menyampaikan pada saya bahwa kedepannya belum ada tanda-tanda Indonesia akan terlibat perang dengan negara manapun. Oleh karena itu konsep stregi pertahanan Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi terkini dan juga dengan berbagai analisa ancaman yang ada. Sistem itu berupa perang total atau total warfare yang merupakan kombinasi antara pembangunan kekuatan hard power dan soft power.

Kekuatan hard power terdiri atas kekuatan rakyat, TNI dan kesiapan Alutsista. Sementara kekuatan soft power berupa mempengaruhi mindset atau pikiran dan diplomasi pertahanan kawasan. Sistem smart power ini untuk mengantispasi tiga acaman yaitu:

1. Ancaman fisik yang nyata.
2. Ancaman nyata.
3. Ancaman nonfisik yakni merusak mindset bangsa.

Jenderal Ryamizard juga mengemukakan penanganan aksi kejahatan terorisme melalui pendekatan semesta. Pendekatan itu sebagai bagian dari fungsi pertahanan negara untuk melindungi keselamatan segenap bangsa. Penanganan ancaman terorisme dilaksanakan dengan pendekatan preventif, koersif, dan preemptive, atau represif.

Beliau tegaskan aparat teritorial turut berperan dalam penanganan dengan pola preventif dengan mengintensifkan fungsi intelijen, komando kewilayahan, serta unsur- unsur militer lainnya. Fungsi intelijen di setiap kesatuan dan strata, baik dalam wujud intelijen manusia maupun intelijen teknik, diberdayakan baik untuk mengungkap jaringan dan aktivitas di seluruh wilayah Indonesia maupun anasir-anasir dari luar wilayah Indonesia.

Saya menilai konsep dan strategi pertahanan negara Abad XXI telah berhasil dirumuskan oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu secara visoner, briliyant dan full profesionalisme.

Akhirnya dengan rasa hati yang tulus, saya menyampaikan kepada Bp. Ryamizard Ryacudu agar beliau bersedia untuk dapat diangkat sebagai Anak Adat suku Babrongko Umandrouw, Papua.

Saya ingin nantinya sejarah mencatat, bahwa seorang Jenderal Besar Indonesia juga merupakan adalah anak Adat masyarakat Papua. Dan sekaligus saya sebagai Yo Ondofolo suku Babrongko Umandrouw, Papua akan memberikan gelar sebagai ”BAPAK BELA NEGARA INDONESIA ” kepada Jenderal Besar (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Jasa dan kontribusi beliau sangat besar pada negeri ini baik melalui Konsep Program Bela Negara dalam hal membangun SOFT POWER maupun dalam hal mempersiapkan HARD POWER Pertahanan Indonesia. Dan saya juga saat ini sedang menyiapkan penulisan Buku yang berjudul ”Sang Jenderal Total Warfare Indonesia dan Bapak Bela Negara Indonesia“.(***)


Catatan: Tulisan ini hasil wawancara penulis dengan Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu

BACA ARTIKEL LAINNYA... Enzo Disebut Terpapar Radikalisme, Menhan Bereaksi Keras


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler