Di tengah krisis kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian Australia, sejumlah pekerja asing yang ada saat ini justru akan dipulangkan ke negara asalnya.
Hal ini dialami Jamson Agin, pekerja asal Malaysia, yang telah beberapa tahun bekerja di daerah pertanian Gippsland dan Yarra Valley di negara bagian Victoria.
BACA JUGA: Ekonomi Kian Sulit, Pernikahan Anak Meningkat Selama Pandemi
Michael Dawson, petani yang memperjakan Jamson, mengaku kecewa dengan isu visa yang dialami Jamson.
Padahal, baru pekan lalu pemerintah Australia merilis kebijakan visa pertanian yang ditujukan bagi pekerja asal negara-negara ASEAN.
BACA JUGA: Tren Hijrah Membuat Banyak Orang Meninggalkan Pekerjaan di Bank demi Hindari Riba
Visa khusus pekerja pertanian ini akan ditawarkan kepada warga Indonesia, Myanmar, Vietnam, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Laos, Brunei dan Kamboja, yang memenuhi persyaratan.
Mereka diharapkan akan mengisi kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian, yang dikhawatirkan akan semakin memburuk setelah aturan Visa Bekerja sambil Liburan (WHV) diubah.
BACA JUGA: Mentan Syahrul Sebut Hari Krida Pertanian 2021 Sangat Spesial, Ini Sebabnya...
Sebagai bagian dari perjanjian baru antara Australia dan Inggris, para 'backpacker' asal Inggris tidak lagi diwajibkan untuk bekerja minimal 88 hari di sektor pertanian bila ingin memperpanjang visa mereka di Australia.
Jamson dan Michael kini mempertanyakan mengapa Pemerintah Australia akan memulangkan Jamson, padahal di sisi lain berencana mendatangkan pekerja asal Malaysia melalui visa pertanian pada akhir tahun ini. Visa selalu jadi masalah
Manager perkebunan Mark Trzaskoma mengelola beberapa lahan pertanian di daerah Yarra Valley, Warragul dan Thorpdale.
Dia kini mengaku kecewa karena harus selalu melatih pekerja baru setelah pekerja sebelumnya kehilangan hak kerja.
"Bagi kami hal ini sangat mengecewakan, karena kami harus menyisihkan waktu dan tenaga untuk mempersiapkan pekerja yang kemudian akan kehilangan hak kerjanya, membuat kami harus mulai melatih lagi orang baru," ujar Mark.
Menurutnya sebagian solusi masalah kurangnya tenaga kerja sektor pertanian sebenarnya sudah ada, yaitu, para pekerja asing yang masih berada di Australia saat ini.
"Pemerintah mengambil langkah baru lagi padahal kami memerlukan pekerja saat ini juga. Para pekerja yang sudah ada, bisa mengatasi kekurangan itu," ujar Mark.
Menurut Mark, isu visa sering menjadi hambatan para pekerja di sektor pertanian.
"Kami sendiri telah mengalaminya," katanya. "Mereka bekerja lantas mengalami masalah dengan visanya dan kehilangan hak kerjanya."
"Begitu urusannya bisa diselesaikan, sudah begitu banyak waktu yang terbuang." Bekerja di Australia demi keluarga
Jamson saat ini bekerja untuk perusahaan jaring pengaman hasil pertanian di daerah Drouin, Victoria.
Dia telah bekerja selama dua tahun untuk perusahaan ini.
Meskipun negara asalnya Malaysia termasuk dalam daftar yang memenuhi syarat untuk visa pekerja pertanian yang baru, namun Jamson harus berusaha untuk bisa bertahan dan melanjutkan kerjanya di sini.
"Saya datang bekerja di sini demi istri, anak-anak dan orangtua saya," ujarnya.
"Saya menanggung biaya orangtua, istri dan anak-anakku. Saya tanggung biaya mereka dan pendidikan anak-anakku."
"Ibuku begitu bangga memiliki putra yang pergi ke Australia dan bekerja demi keluarganya," kata Jamson. Pemerintah Australia 'tidak fleksibel'
Michael, yang mempekerjakan Jamson untuk memasang jaring pengaman tanaman, mengaku sangat bergantung pada kerjaan Jamson selama ini.
"Kehilangan pekerja seperti Jamson sekarang, akan menghancurkan usaha saya. Saya akan sangat terpukul," ujarnya.
"Saya ini orangtua tunggal. Saya perlu waktu untuk bisa dari kerjaan. Dan saya telah mempercayakan kerjaan itu pada Jamson," katanya.
Michael menyebutkan industri pertanian sering mengalami permasalahan kehilangan pekerja yang telah terlatih dengan baik karena masalah visa.
"Hal ini merupakan problem besar bagi kami di kalangan industri pertanian," katanya.
"Mereka (Pemerintah Australia) tidak fleksibel sama sekali." Perhatikan pekerja asing yang sudah ada
Pengacara urusan imigrasi, Lauri Stewart menyatakan, seharusnya Pemerintah Australia memperhatikan para pekerja asing yang sudah ada di Australia.
Lauri mempertanyakan pihak berwenang yang akan memulangkan para pekerja asing, padahal mereka nantinya juga memenuhi syarat untuk kembali dengan menggunakan visa pekerja pertanian.
"Mengapa mereka mempersulit industri pertanian kita dengan melarang pekerja asing ini berada di Australia, sementara perusahaan sangat membutuhkan mereka," ujar Lauri.
Ia menyebut Menteri Imigrasi bisa mengatasi permasalahan kurangnya tenaga kerja sektor pertanian dengan cara memberikan hak kerja bagi pekerja asing yang sudah berada di Australia.
"Menteri Imigrasi memiliki kewenangan untuk menerbitkan visa bila menyangkut kepentingan umum atau kepentingan nasional, sesuai aturan Pasal 351 UU Keimigrasian," jelas Lauri.
Bagi Michael, kehadiran Jamson Agin sebagai pekerja di pertaniannya sangat membantunya.
"Jamson sangat bisa diandalkan. Dia seorang pekerja keras dan tak pernah mengeluh," ujarnya.
"Dia ingin kerja dan perusahaan saya membutuhkan kehadirannya," kata Micheal.
ABC telah berusaha menghubungi pihak imigrasi untuk meminta tanggapan.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kita Sudah Hadapi SARS, MERS, COVID-19, Pandemi Apa yang Akan Muncul Selanjutnya?