jpnn.com - jpnn.com - Harga cabai rawit tidak lantas para petani bumbu pedas itu tajir. Petani cabai di Cianjur, Jawa Barat, mengaku sering mengalami gagal panen. Cuaca buruk yang saat ini melanda membuat tanaman cabai mudah membusuk.
Karena itu, meski harga cabai rawit tembus Rp 130 sampai Rp 140 ribu per kilogram di Pasar Muka, Cianjur, tidak lantas petani meraup untung besar. Bahkan, mengalami kerugian.
BACA JUGA: Pelanggan Warung Padang Mulai Protes
Yusuf Ansori (23), salah seorang petani cabai di Kecamatan Takokak, mengaku tanaman cabai saat ini rentan membusuk. Bukan dari buahnya saja, tapi juga dari batangnya.
"Tahun ini paling parah, bukan hanya buahnya. Batang dan akarnya juga membusuk sebelum berbuah," kata dia seperti diberitakan Bandung Ekspres (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Harga Cabai Tinggi, Menko Darmin: Normal Saja itu
Menurutnya, dari seluruh lahan yang ditanami cabai, lebih dari 60 persennya mati dan membusuk.
"Jadinya merugi, belum berbuah sudah rugi banyak. Ini yang dihadapi petani cabai saat ini," kata dia.
BACA JUGA: Silakan Warga Petik Cabai, Gratis!
Dia menjelaskan, untuk cabai keriting dia menjualnya dengan harga Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram.
Sementara cabai rawit seharga Rp 40 ribu per kilogram kepada para distributor atau pedagang.
"Kalau harga di pasarnya berapa kami juga tidak tahu, yang jelas dari petani segitu. Kalau ada permainan harga ya itu adanya di tingkatan tengkulak atau pedagangnya sendiri," kata dia.
Sementara itu di pasaran, harga cabai rawit merah tidak kunjung turun, yakni Rp 140 ribu per kilogram. Beberapa jenis cabai pun kembali mengalami kenaikan setelah beberapa pekan lalu harganya turun.
Burhanudin (25), salah seorang pedagang di Pasar Muka, mengatakan, sejak awal tahun, harga cabai mendadak tinggi, seperti cabai rawit merah yang mencapai Rp 140 ribu per kilogram dan cabai tanjung yang kini segarga Rp 60 ribu per kilogram.
"Untuk cabai merah tidak kunjung turun, sementara cabai rawit hijau dari yang semula Rp 100 ribu menjadi Rp 80 ribu per kilogram. Tapi cabai tanjung yang awalnya turun jadi Rp 40 ribu per kilogram, harganya naik lagi jadi Rp 60 ribu per kilogram," kata dia.
Menurutnya, kenaikan harga cabai dikarenakan harga dari distributor yang tinggi, bahkan untuk cabai rawit hijau, dia membelinya dengan harga sekitar Rp 65 ribu sampai Rp 70 ribu per kilogram.
"Memang tidak beda jauh harga dari distributornya. Makanya harga di pasar juga mahal. Katanya stok lagi terbatas, saya juga beli hanya sepuluh kilogram untuk dua hari," kata dia.
Iceu Mutrisoh (52), pedagang komoditi bumbu dapur, mengaku tidak bisa membeli cabai rawit merah kepada distributor karena harganya yang fantastis. Walhasil, dia sudah tidak menjual lagi cabai tersebut kepada konsumen sejak Januari lalu.
"Harga di bandar (distributor, red) saja sudah Rp 100 ribu per kilogram. Kalau kami jual bisa mencapai Rp 130 ribu per kilogram kepada konsumen. Tapi sekarang saya sudah tidak jual lagi sejak sebulan yang lalu," kata dia.
Iceu meminta kepada pemerintah agar segera menstabilkan kembali harga kebutuhan pokok maupun harga komoditi bumbu dapur.
"Masih mending kalau harga mahal, barangnya ada. Tapi sekarang, harga mahal, barangnya sulit didapat," keluhnya.
Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Cianjur, Himam Haris, mengakui bahwa harga cabai rawit merah pada saat ini sangat mahal di kisaran Rp 130 ribu hingga Rp 140 ribu per kilogram.
Sebab, kondisi di lapangan tidak mendukung untuk pasokan, karena banyak petani yang mengalami gagal panen dan juga gagal saat penanaman.
"Biasanya satu hektar kebun cabai rawit bisa menghasilkan lima ton, tapi kini hanya bisa panen 800 kilogram saja atau sekitar 20 persen. Jadi pantas saja jika sekarang pasokan kurang dan harga pun pasti mahal. Cabai rawit hijau saja Rp 70 ribu per kilogram, dan cabai rawit merah Rp 130 ribu sampai Rp 140 ribu per kilogram. Dan itu kami akui karena pasokan kurang," bebernya.
Di samping itu, tegas dia, jika harga mahal karena adanya permainan spekulan, bupati akan segera membuat badan usaha milik daerah (BUMD) tentang perdagangan. Fungsinya, kata dia, untuk memfasilitasi kebutuhan para pedagang dan mengakomodir produk petani itu sendiri.
"Jadi nanti tidak ada alasan lagi ada lonjakan harga yang dipermainkan oleh spekulan dan tengkulak. Khusus Cianjur, kemandirian pangan itu akan diwujudkan, minimal 2018 sudah terealisasi," kata Himam.(bay/red/tts)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Cabai Setan Makin Mahal
Redaktur & Reporter : Soetomo