Puaskan diri Anda makan steak daging Australia saat perayaan Natal dan Tahun Baru kali ini, karena tahun depan, mungkin harganya akan menjadi terlalu mahal.

Harga daging di Australia telah mencapai titik tertingginya di tahun 2020, dengan indikator utamanya mencapai harga $8, atau lebih dari Rp80.000 per kilogram, menjadi yang termahal di dunia.

BACA JUGA: Kemanjuran Vaksin China di Atas 50 Persen, Tapi Laporan Lengkap Masih Ditunda

Namun harganya di tahun 2021 bisa jadi makin naik lagi, menurut platform perdagangan daging online, AuctionsPlus.

Nama AuctionPlus sangat terdengar di tengah pandemi COVID-19, setelah banyak produser yang berlomba-lomba untuk mengisi kembali stok hewan ternak mereka setelah sempat sepi akibat musim kekeringan.

BACA JUGA: Komunitas Kristen Indonesia di Australia Temukan Arti Natal Sesungguhnya Saat Pandemi

Pencarian hewan ternak ini telah dilakukan ke seluruh Australia. Penyebab harga hewan ternak naik

Jumlah permintaan daging di Australia telah memecahkan rekor baru untuk Eastern Young Cattle Indicator, atau indikator harga hewan ternak di Australia.

BACA JUGA: Vaksin Gratis Dijanjikan Untuk Semua Penduduk Australia Mulai Awal Maret 2021

Namun Ellen Simpson dari AuctionPlus merasa harga ini bisa semakin meningkat tahun depan.

"Harga $10 [lebih dari Rp100.000 per kilogram] sudah disebut-sebut," katanya.

"Menurut saya sudah ada keyakinan soal ini."

Alister Bennett dari bidang keuangan agrikultur di Australia dan Selandia Baru berpendapat harga ini dapat terus naik.

"Konsumsi sedang kuat, pasar ekspor juga kuat, sehingga mungkin tahun depan harganya bisa jadi $10 per kilogram, siapa tahu?" ujarnya.

Agen peternakan Australia Selatan, Darren Maney mengatakan telah menyaksikan banyak ternak sapi yang dikirim ke bagian utara New South Wales.

"Paling tidak produsen tidak akan mendapat penghasilan lebih rendah dari yang mereka dapatkan di bulan Desember ini," katanya.

"Namun mungkin akan ada kenaikkan sekitar 20 persen pada permintaan dari NSW." Kabar buruk bagi pembeli Photo: Peternak Rhonda King dengan kambing 'Speckled Park' miliknya. (Image supplied by Rhona King)

 

Para pelaku pemrosesan daging telah memotong jumlah jam kerja untuk mengurangi biaya operasional di tengah tingginya harga, namun belum ada tanda harga tersebut akan mengalami penurunan.

"Setiap kali bidang pemrosesan terlihat memiliki kemungkinan untuk kembali mendapatkan harganya, banjir permintaan," kata Darren Maney agen hewan ternak di Australia Selatan.

Ini merupakan kabar buruk bagi pembeli.

Jika sebuah kambing muda dihargai sebesar $10 atau lebih dari Rp 10.000 per kilogram di tempat penjualan, harganya bahkan akan menjadi lebih mahal di tempat pemotongan daging.

Ritchies IGA, yang membawahi kebanyakan supermarket di Victoria, sudah melihat tren peningkatan ini.

Wakil Eksekutif perusahaan tersebut, Fred Harrison melihat semakin langkanya steak premium, 'porterhouse', 'eye fillet' atau 'scotch fillet'.

"Scotch fillet harganya sudah naik jadi sekitar $46 [lebih dari Rp46.000] per kilo, sebagian alasannya adalah karena ada kelangkaan persediaan," katanya.

Ellen dari AuctionPlus mengatakan tidak biasanya harga daging di Australia lebih tinggi dari yang di Amerika Serikat.

"Sayangnya kami mencuri sebutan daging sapi termahal di dunia," katanya, yang juga mengatakan harganya mungkin saja jatuh secara signifikan.

"Kami memproyeksikan adanya penurunan hingga 30 persen di pertengahan tahun depan."

Diproduksi oleh Natasya Salim dan dirangkum dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.

Ikuti berita seputar pandemi Australia di ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo-Sandi Adalah Bukti Tak Ada Perbedaan Prinsip di Politik Indonesia

Berita Terkait