Saat Itu Ganjar Menggandeng Tokoh NU Bisa Menang, Sekarang Ada Faktor Jokowi

Rabu, 12 Juli 2023 – 14:11 WIB
Bakal Capres 2024 Ganjar Pranowo di Pademangan Barat, Jakarta Utara, Minggu (25/6). Foto: Aristo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Hingga saat ini belum jelas siapa sosok bakal cawapres pendamping Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 mendatang.

Begitu pun bakal cawapres pendamping Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Ketiga bakal capres 2024 itu belum mendapatkan pasangan.

BACA JUGA: Anies Baswedan Memanjatkan Doa Khusus

Akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr Indaru Setyo Nurprojo menilai ketiga bakal capres sangat berhati-hati menentukan sosok cawapresnya.

Pasalnya, figur cawapres memiliki posisi strategis untuk mendongkrak perolehan suara di Pilpres 2024.

BACA JUGA: Hasil 3 Survei Terbaru: Fokus Elektabilitas Anies Saja, Prabowo Sudah Jelas

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu mengatakan para bakal capres beserta partai pengusungnya saat ini masih memilah figur cawapres.

"Saya pikir mereka sekarang lagi menghitung walaupun mereka sudah mengantongi beberapa hal tentang figur dan sebagainya. Cuma kriterianya tidak lagi populer karena selain populer, tentunya kemudian diterima pemilih," kata Indaru ditemui di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (12/7).

BACA JUGA: Prabowo Subianto Dinilai Punya Aspek Kepemimpinan yang Sangat Mumpuni

Dikatakan, banyak pertimbangan untuk menentukan figur cawapres yang akan diusung agar bisa menggaet pemilih dari kalangan anak muda dan pemilih yang berbasis identitas atau agama.

"Ini yang saya pikir menjadi pertimbangan-pertimbangan utama, misalnya yang bisa diterima publik berasal dari basis nahdiyin," jelasnya.

Selain itu, kata dia, sosok cawapres harus memenuhi kriteria bisa juga diterima oleh publik dan mendapat kepercayaan publik.

"Itu yang saya pikir masih butuh kejelimetan untuk kemudian perlu digarap oleh beberapa koalisi partai," tegasnya.

Indaru pun mencontohkan saat Pilpres 2019, figur Ma'ruf Amin yang dipilih menjadi cawapres bagi Joko Widodo (Jokowi), yang menurutnya bagian dari strategi untuk menekan konflik.

Pertimbangan semacam itu juga akan dipakai dalam menentukan sosok cawapres di Pilpres 2024.

Disinggung kemungkinan masing-masing capres saling menunggu pengumuman cawapres, dia mengatakan hal itu bisa saja terjadi, tetapi tidak lepas dari berbagai perhitungan mengenai sosok cawapres yang akan diusung tersebut.

Misal dalam Pilkada Gubernur Jateng 2028. Saat itu calon gubernur (cagub) Sudirman Said menggandeng Ida Fauziyah yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai calon wakil gubernur (cawagub).

Cagub Ganjar Pranowo pun mengambil orang NU sebagai cawagubnya, yakni Taj Yasin Maimoen.

Oleh karena itu, kata dia, saat sekarang muncul sejumlah nama cawapres yang secara kultural berbasis nahdiyin seperti Yenny Wahid, Mahfud MD, Erick Thohir, dan sebagainya.

Namun, Indaru mengakui, ada faktor lain selain cawapres, yang juga berpengaruh besar pada perolehan suara, yakni sosok Jokowi.

"Artinya, pendulumnya. Ini Mas Ganjar Pranowo, Pak Prabowo Subianto, dan Mas Anies Baswedan semua 'kan butuh endorse, dan endorse-nya itu Pak Jokowi," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler