jpnn.com, JAKARTA - Jauh hari sebelum penyiraman air keras kemarin (11/4), Novel Baswedan sempat berbagi cerita kepada tetangga dekat di lingkungan tempat tinggalnya.
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu merasa dibuntuti oleh beberapa orang yang tidak dia kenal.
BACA JUGA: Aksi Intimidasi pada KPK, Anak Gusdur Geram
Keterangan itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Al – Ihsan Abdur Rahim Hasan.
Menurut pria yang akrab dipanggil Hasan itu, Novel belum lama curhat kepada dirinya.
BACA JUGA: Jaya: Ini tak Mencerminkan Peradaban Indonesia
”Dia bilang, dua minggu ini saya merasa dibuntuti,” ujarnya.
Novel enggan menceritakan kegelisahan tersebut kepada banyak orang karena tidak ingin disebut paranoid.
BACA JUGA: Fahri Hamzah: Pencekalan Novanto Tidak Berdasar
Bagi Hasan insiden kemarin tidak ubahnya jawaban kegelisahan Novel.
”Saya jawab, Pak Novel banyak salawat. Tahu-tahu ada kejadian hari ini,” kata dia.
Pria yang mengantar Novel ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading itu menuturkan, curhat Novel memang bukan tanpa alasan.
Beberapa hari belakangan banyak orang tidak dikenal berkeliaran di sekitar Masjid Al – Ihsan.
Ketika ditanya soal teror terhadap Novel, Hasan sontak menjawab.
”Kami sudah kenyang. Banyak orang asing berkeliaran,” ungkapnya.
Novel memang bukan kali pertama diteror. Selama berperan sebagai penyidik KPK, dia sudah berulang-ulang berhadapan dengan situasi gawat. Namun, insiden kemarin boleh dibilang paling ekstrem.
Selesai salat subuh berjamaah sekitar pukul 05.10 WIB, Novel memilih undur diri.
Dia pamit kepada beberapa jamaah yang turut salat berjamaah di Masjid Al – Ihsan.
”Pak Novel keluar dari pintu utama,” ucap Ketua Forum Musyawarah RW 10 Edy Juwono.
Namun, tidak lama setelahnya Novel teriak minta tolong. Semula, jamaah Masjid Al – Ihsan menduga persoalan biasa.
Karena itu, tidak semua jamaah keluar masjid untuk memberi bantuan.
Menurut Edy hanya beberapa yang langsung membantu Novel. Salah satu diantaranya adalah Romli. ”Dia yang memapah Pak Novel,” ujarnya.
Sebelum dipapah, alumnus Akpol 1998 itu menabrak pohon nangka di depan rumah blok T nomor 11.
Rumah tersebut tidak lain milik Ketua RT 03, RW 10 Wisnu Broto.
Dia termasuk salah satu jamaah yang ikut salat subuh bersama Novel.
Berdasar keterangan Wisnu, seluruh jamaah bergegas keluar setelah Romli berteriak di depan pintu masjid.
”Pak Novel, Pak Novel,” kata Wisnu berusaha menirukan ucapan Romli.
Kondisi Novel saat itu sudah basah oleh air dari bak di tempat wudhu Masjid Al – Ihsan.
”Pak Novel kesakitan. Teriak keras sekali. Sampai semua tetangga bangun,” jelas Wisnu.
Meski begitu, Novel tetap sadar. Dia bahkan sempat ingin mengejar pelaku namun ditahan oleh jamaah yang menolongnya.
”Saya dan Pak Hasan yang bawa ke rumah sakit,” kata dia.
Penyiraman air keras kepada Novel berlangsung sangat cepat. Tidak heran beberapa warga merasa insiden tersebut sudah direncanakan secara matang.
Apalagi, beberapa hari belakangan tidak jarang warga melihat orang tidak dikenal.
Sutrisno, 55, salah seorang warga yang tinggal tidak jauh dari rumah Novel menyebutkan, pelaku sudah tahu jalan.
”Kabur ke arah jalan yang tidak diportal,” jelasnya.
Meski tidak melihat secara langsung, Sutrisno mendapat informasi bahwa pelaku sudah bolak-balik di sekitar Masjid Al – Ihsan sejak sebelum salat subuh berjamaah mulai.
”Ada yang lihat sekitar jam setengah lima kurang seperempat,” ungka dia.
Namun, demikian identitas keduanya tidak diketahui. Sebab langit masih gelap. ”Yang kelihatan dua-duanya laki-laki,” imbuhnya.
Atas insiden yang menimpa Novel, Lurah Pegangsaan Dua Abdul Buang mengaku kecolongan.
”Kejadian setelah subuh. Beberapa portal sudah dibuka,” ujarnya.
Dia berjanji bakal lebih ketat mengawasi wilayahnya. Termasuk di antaranya menggiatkan siskamling. Sehingga kejadian serupa tidak terulang. (syn/)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pimpinan KPK-Kapolda Bahas Pengamanan Ke Penyidik
Redaktur : Tim Redaksi