jpnn.com - Angin kencang dan ombak besar menghantam KM Arista yang baru saja meninggalkan Pelabuhan Paotere Makassar. Jaraknya sekitar lima kilometer. Badan kapal oleng dan terbalik.
RUDIANSYAH - Makassar
BACA JUGA: Inilah Rincian Nama-nama Korban Kapal Tenggelam di Makassar
Kapal angkutan orang, KM Arista mulai oleng dihantam ombak lautan. Beberapa penumpang meminta nakhoda kapal berinisial D menurunkan kecepatan kapalnya.
Tapi lelaki berusia 30 tahunan itu tak menurunkan kecepatan. Kapal berukuran 5 Gross Ton (GT) tetap melaju meninggalkan Pelabuhan Paotere Makassar tujuan Pulau Barrang Lompo, Kecamatan, Sangkarrang, Rabu, 13 Juni, sekitar pukul 12.30 Wita.
BACA JUGA: KM Arista Tenggelam di Pulau Kayangan, 13 Orang Tewas
Di bawah terik matahari, sejumlah penumpang tertidur pulas. Lainnya yang membawa balita, sibuk menenangkan balitanya yang sedang menangis. Salah satunya adalah Arini.
Ibu berusia 30 tahun itu membawa dua orang anak, yakni Muh Yusri (5), dan Arsyam (1). "Istrinya pak Yunus saat itu sedang memberikan asi ke anaknya. (Arsyam), karena anaknya terus menangis," kata Masyita yang ditemui di RS TNI AL Jala Ammari, Rabu.
BACA JUGA: Perahu Tenggelam di Jember saat Angkut Warga Tiongkok
Perempuan berusia 18 tahun itu, ingat betul bagaiman Arini begitu sabar memberikan asi kepada Arsyam. Padahal kapal mulai terguncang, hinga kapal tiba-tiba terbalik.
Arini tetap memang erat Arsyam. Sambil panik mencari Yusri yang tak lagi terlihat. Arini yang berusaha mencari jalan agar bisa keluar dari rumah kapal, tak berhasil hingga kehabisan napas. Meninggal.
"Kapal oleng ke kiri dulu saat dihantam ombak pertama. Hantaman ombak kedua kapal oleng ke kanan dan langsung terbalik," ujar Masyita kedinginan.
Pakaian Masyita masih basah kemarin. Sarung yang diberikan oleh keluarganya tak cukup untuk menghangatkan badannya. Bibirnya gemetar saat melanjutkan bagaimana kapal yang ditumpainya itu sudah terbalik dan mulai tenggelam.
Masyita yang tadinya dalam keadaan terlentang mulai panik. Ia terkurung dalam kapal yang terus tenggelam. Dia panik, dan berenang mencari jalan untuk keluar. "Saya tidak tahu siapa yang menarik tangan saya dari atas. Mungkin tante saya," ungkapnya.
Berhasil mengirup oksigen di permukaan laut. Masyita tak lagi memikirkan barang belanjaannya. Yang ada bagaimana bisa menyelamatkan diri.
Beberapa jeriken yang mengapung di permukaan laut diperebutkan. Untung saja Masyita berhasil meraih satu jerigen. "Saya beruntung jeriken sangat dekat dengan saya. Jaraknya sekitar tiga meter," ungkapnya.
Masyita melihat bagaimana puluhan penumpang lainnya terteriak meminta pertolongan. Sahabatnya, Nurbaya yang berada di sebelahnya juga selamat. Ia keluar lewat jendela.
"Kami berenang ke tanggul sekitar satu jam. Hingga akhirnya ada kapan nelayan yang mendapatkan kami," ungkap Masyita lagi.
Arini berhasil ditemukan oleh sumainya, Yusuf. Namun, sudah meninggal dunia. Yusuf saat itu berpisah dengan istri dan anaknya. Ia memilih duduk di bagaian depan kapal.
Sedangkan Arsyam di temukan oleh Ihsak (30) dalam keadaan meninggal. "Bayi itu (Arsyam) naik memgapung dekat dengan saya," kata Ihsak di Rumah Sakit TNI AL Jala Ammari.
Sedangkan Yusri selamat namun dalam keadaan kritis. Dokter di RS TNI AL Jala Ammari tak berhenti memberikan napas bantuan kepada Yusri.
Dada Yusri kemarin terlihat berdetak kencang. Sesekali ia batuk, dan akhirnya ia dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo untuk mendapatkan perawatan intensif. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Speedboat Tenggelam, Wakapolres Labuhan Batu Hilang
Redaktur & Reporter : Soetomo