Saat Pengajian NU, MPR Sosialisasikan Empat Pilar

Kamis, 31 Oktober 2019 – 13:16 WIB
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, GRESIK - Ribuan masyarakat Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu malam, 30 Oktober 2019, memenuhi Lapangan Tanjung Anyar, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Mereka berada di sana untuk menghadiri Pengajian NU dalam rangka memperingati Hari Santri.

Dalam pengajian yang diisi oleh penceramah KH. Manarul Hidayat, hadir Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, tokoh-tokoh NU Bawean serta perangkat kecamatan dan desa.

BACA JUGA: Profil Jazilul Fawaid: 6 Tahun di Pesantren, Kini Wakil Ketua MPR

Dalam pengajian juga ada penyampaian Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau popular disebut Empat Pilar MPR.

Jazilul mengatakan momentum itu digelar untuk memperingati Hari Santri sekaligus tanggung jawab dirinya sebagai pimpinan MPR untuk melakukan Sosialisasi Empat Pilar di Pulau Bawean. Sebab di tempat itu diakui hampir seratus persen penduduknya adalah kaum santri. Karena seratus persen kaum santri maka pengajian dihadiri oleh ribuan orang.

BACA JUGA: Pimpinan MPR Jazilul Menyosialisasikan Empat Pilar di Tanah Kelahiran

"Acara ini diumumkan di masjid dan musala,” tuturnya.

Dalam sosialisasi, Jazilul mengingatkan kembali atau memompa semangat kepada masyarakat akan pentingnya Empat Pilar. Diakui sebenarnya pemahaman nilai-nilai kebangsaan kaum santri sudah kuat.

“Santri itu mengedepankan cinta Tanah Air,” ujarnya.

“Bahkan pelajaran Empat Pilar diajarkan di pesantren sejak kecil seperti ada bait lagu Cinta Tanah Air sebagian dari iman,” ungkapnya.

Cinta NKRI menurutnya ada aturannya. Aturan itu ada pada Pancasila, UUD, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Meski demikian Jazilul menegaskan bahwa santri juga harus diberdayakan. Sumber daya manusia dan perekonomiannya harus diperkuat.

“Ini penting sebab bila ekonominya tidak kuat maka akan mudah tergoda oleh paham yang salah,” ucapnya.

Dicontohkan ada lulusan pesantren karena tidak mempunyai pekerjaan maka ia pergi keluar negeri. Di luar negeri itulah ia terkena paham radikal terorisme. "Dan melakukan operasinya di Indonesia,” ujarnya.

Untuk itulah dirinya menegaskan kembali bahwa santri juga perlu diberi dukungan pemberdayaan ekonomi agar tak mudah tergoda paham lain.

Jazilul menyebut globalisasi lewat medsos juga menyerbu masyarakat di manapun berada, termasuk di Bawean.

Untuk itu, dirinya mengingatkan kepada santri dan masyarakat bahwa tantangan hari ini berbeda dengan tantangan kemarin.

“Bila santri dan masyarakat kuat maka mereka bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga Indonesia,” urainya.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler