Ketua Umum Asosiasi Pengelolaan Reksa Dana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto, menyebut tahun 2011 sebagai tahunnya reksa dana syariah
BACA JUGA: Kembangkan Broadband, Telkom Alokasikan Rp21 T
"Return-nya bisa 5 persen sampai 10 persen di atas indeks," ujarnya saat diskusi industry reksa dana syariah, pekan lalu.Sinyal dari prospektifnya produk investasi ini adalah sektor komoditas, infrastruktur, dan consumer, yang terus membaik dan belakangan menjadi driver atas pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Meski begitu, kata Abi, pertumbuhan dana kelolaan reksa dana syariah pada kuartal pertama 2011 ini relatif lebih lambat dibandingkan dengan yang lainnya
BACA JUGA: Kembangkan Broadband, Telkom Alokasikan Rp21 T
"Reksa dana syariah masih perlu sosialisasi lagiSepanjang empat bulan pertama 2011, dana kelolaan reksa dana meningkat Rp 4,588 triliun menjadi Rp 153,687 triliun dibandingkan akhir tahun 2010 sebesar Rp 149,099 triliun
BACA JUGA: Salim Group Bangun Apartemen
Pertumbuhan masih didominasi reksa dana saham yaitu 15,85 persen senilai Rp 52,937 triliun dari akhir 2010 sebesar Rp 45,695 triliun.Sementara reksa dana syariah hanya tumbuh 2,08 persen atau sebesar Rp 78 miliar menjadi Rp 3,842 triliun dibanding dana kelolaan akhir 2010 sebesar Rp 3,764 triliunTahun ini pertumbuhannya diharapkan bisa melebihi tahun 2008 yang mencapai 5 persenTahun lalu, reksa dana syariah hanya tumbuh 2,5 persen"Reksa dana syariah benar-benar butuh sosialisasi lebih banyak lagi," kata Abi.
Berdasarkan data APRDI, reksa dana syariah pertama kali hadir pada tahun 2008 dengan jumlah dana kelola sebesar Rp 774 miliarMemasuki tahun pertama, nilai dana kelola per akhir 2009 melonjak 4,7 kali lipat menjadi Rp 3,671 triliunSedang per akhir 2010 lalu, dana kelolaan tercatat sebesar Rp 3,764 triliun.
Abi memerkirakan pertumbuhan industri reksa dana tahun ini mencapai 15 hingga 20 persen seiring dengan proyeksi pertumbuhan pasar modal IndonesiaDiharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam hal ini investor untuk berinvestasi tanpa mempertimbangkan musim"Terlebih jika investasi di reksa danaSebaiknya konsisten menyisihkan dana investasi tanpa harus terpengaruh atmosfer," tuturnya.
Sejauh ini, Abi memandang bahwa kebanyakan investor di dalam negeri masih bergantung pada iklim yang sedang terjadiPerilaku tersebut dinilainya kurang tepat karena selain bisa mengganggu maksimalnya hasil investasi juga menghambat pertumbuhan pasar modal.
"Sekarang masih banyak yang beranggapan bahwa kalau pasar lagi bagus terus masuk, sedangkan kalau pasar lagi kurang bagus pilih keluarSaat kondisi pasar kurang bagus sebaiknya jangan keluar dari pasar justru itu merupakan kesempatan untuk aksi beli dengan nilai yang rendahPerilaku industri seperti itu harus selalu dijaga," sarannya(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JAW Penetrasi CPO dan Karet
Redaktur : Tim Redaksi