Sadarestuwati Ceritakan Pengalaman jadi Sopir Taksi Hingga Anggota MPR RI

Rabu, 10 November 2021 – 22:54 WIB
Anggota MPR Sadarestuwati menceritakan pengalaman hidupnya saat menjadi pembicara pada beda Novel Meraih Mimpi yang diinisiasi Setjen MPR RI, Rabu (10/11). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Anggota MPR Sadarestuwati mengapresiasi terbitnya Novel Meraih Mimpi yang diinisiasi Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI.

Menurutnya, sebagian kisah dalam novel tersebut menyerupai perjalanan hidup yang pernah dilaluinya.

BACA JUGA: Sadarestuwati PDIP Singgung Fungsi Waduk di DKI tidak Optimal

Sadarestuwati menceritakan untuk menjadi anggota legislatif seperti sekarang ini dirinya harus bekerja keras, tidak gampang putus asa dan selalu ingat serta berpasrah diri kepada Allah.

“Saya adalah anak petani yang tidak meneruskan pendidikan dokter sesuai keinginan orang tua dan memilih pindah ke fakultas pertanian. Kepindahan ini membuat Bapak marah dan tidak mau menegur," kenang Estu, sapaan akrab Sadarestuwati saat menjadi pembicara bedah Novel Meraih Mimpi yang merupakan rangkaian acar Pekan Kehumasan MPR, Rabu (10/11).

BACA JUGA: Buku Digital MPR Resmi Diluncurkan di Acara Puncak Pekan Kehumasan

Menyikapi kondisi tersebut, dia pun bertekad untuk hidup mandiri karena tak ingin meminta biaya kuliah kepada orang tuanya.

"Saya rela menjadi sopir taksi, berjualan beras di Surabaya, dan tidak malu-malu menjalani profesi sebagai sales," cerita Estu.

BACA JUGA: Pekan Kehumasan MPR, Ada Pameran Foto Hingga Bedah Novel Meraih Mimpi

Sukses meraih gelar sarjana pertanian, dia terus melanjutkan usahanya yang semakin besar hingga akhirnya dipercaya memimpin sebuah BUMN yang beroperasi di Surabaya.

“Jangan pernah merasa paling rendah dan paling tidak mampu, karena tidak memiliki apa-apa. Sebaliknya jadikan kesulitan karena tidak memiliki apa-apa. Jadikan itu sebagai energi positif untuk mengejar cita-cita dan meraih kesuksesan,” pesannya.

Narasumber lainnya yang juga pengamat literasi Ade E Sumengkar berpendapat Novel Meraih Mimpi berisi cerita yang sangat menarik.

“Kalau dinikmati secara serius, kita bisa dibuatnya menangis, haru dan bahagia. Ini benar-benar kisah yang sangat baik, karena di dalamnya terdapat karakter bangsa Indonesia yang dicerminkan dalam Empat Pilar MPR RI,” kata Ade.

Dia berharap Novel Meraih Mimpi diperbanyak dan dibagikan kepada masyarakat dengan harapan bisa menginspirasi dan memberi semangat khususnya generasi muda dalam mencapai cita-cita.

"Tidak sekadar pasrah karena alasan kemiskinan," tegasnya.

Novel Meraih Mimpi menceritakan perjuangan serta rintangan yang harus dilalui Sukmo mengejar keberhasilan.

Saat ia masih kecil, ayahnya jatuh sakit dan memaksanya pulang untuk beristirahat di kampung.

Sukmo dihadapkan pada pilihan sulit antara ikut ayahnya pulang ke kampung atau berjuang sendiri di kota besar.

Dia akhirnya memilih berjuang untuk meraih cita-cita dengan menjadi petugas kebersihan masjid sekaligus mencari tempat berteduh.

Melalui cara tersebut, Sukmo bisa menabung untuk menempuh tekadnya melanjutkan pendidikan.

Malangnya uang yang ditabungnya malah raib, tetapi Sukmo tidak marah.

Dia justru berusaha makin keras agar bisa mengembalikan uangnya yang hilang.

Nasib membawanya bekerja menjadi anak kapal yang membawa barang-barang dagangan.

Singkat cerita, berkat kerajinannya Sukmo pun dipercaya oleh pemilik kapal dan ia diberi tanggungjawab untuk mengelola kapal tersebut.

Kesuksesan menjadi pengusaha ada di depan matanya, jika ia melanjutkan kepercayaan mengurus kapal.

Sukmo memilih melanjutkan pendidikan hingga akhirnya selesai dari perguruan tinggi luar negeri dan sukses membangun usahanya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler