PALEMBANG –Muhammad Muslim alias Alim, Bocah berusia 8 tahun itu, dini hari pukul 01.00 WIB, Rabu (29/5), akhirnya meninggal dunia. Alim sendiri merupakan korban penusukan oleh pelaku Efredi alias Karim (39) tetangganya. Nyawa Alim tak tertolong lantaran mengalami luka cukup parah di bagian dada, perut, dan kakinya seperti disayat.
Kejadian yang menimpa buah hati Edi Mulyadi (44) dan Eni (33) itu, sempat menghebohkan warga. Sebab, informasi yang beredar, korban dimutilasi alias menjadi "tumbal" ilmu kebatinan pelaku Efredi. Bahkan, beberapa warga sempat takut dan melarang anaknya untuk keluar rumah.
Dugaan lain, pelaku Efredi yang berhasil diamankan dari rumah temannya di Jl Cisoka, Tangerang Banten, tengah mendalami ilmu hitam dan akan mengambil organ dalam sang korban.
"Setelah koordinasi dengan Polsekta Cisoka, pelaku sudah ditangkap di Cisoka. Sudah diamankan barang bukti seperti sarung pisau, cangkul, dan sandal korban. Khusus pisau masih dalam pencarian lantaran dibuang pelaku," beber Kapolresta Palembang Kombes Pol Sabaruddin Ginting melalui Kapolsekta Kalidoni AKP Tri Sumarsih.
Disinggung apakah pelaku mengalami gangguan kejiwaan saat melakukan aksinya, Tri mengatakan, masih dalam pemeriksaan lebih lanjut. "Menurut saya sih, pelaku mendalami ilmu kebatinan hingga nekat melakukan aksinya tersebut," ujarnya lagi.
Ditanya kapan pelaku tiba di Palembang, Tri hanya berkata, “Masih dalam perjalanan. Malam ini (kemarin) kami tiba di Palembang, tunggu saja. Kalau gila mungkin tidak, tapi katanya waktu melakukan ada bisikan gaib yang menyuruhnya seperti kerasukan,” terang AKP Tri Sumarsih.
Kejadian tragis yang menimpa Alim, Jumat (24/5) sekitar pukul 13.30 WIB, di rumah pelaku, Jl Mayor Zen, RT 29/6, Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni. Bermula saat pelaku mendatangi korban yang sedang bermain di lorong rumahnya.
Pelaku mengajak korban untuk bermain PS gratis dan diberi uang Rp5 ribu. Korban akhirnya mau dibujuk dan datang ke rumah pelaku. Nah, di dalam rumahnya, pelaku beraksi.
Informasi yang dihimpun Sumatera Ekspres, korban dalam keadaan sadar saat pelaku menyayat tubuhnya. Tak lama berselang, ibu korban bernama Eni minta kakak korban Firman dan keponakannya untuk mencari keberadaan korban. Firman kakak korban sempat melihat sandal korban di rumah pelaku, namun tak berani masuk.
Lantas ibu korban menyusul ke rumah pelaku. Saat itu, ibu korban bertemu dengan ibu pelaku yang memberi tahu kalau anaknya telah dibunuh oleh pelaku.
Eni, histeris sehingga terdengar warga. Saat warga mengecek kamar pelaku, ternyata korban sudah tergeletak bersimbah darah dengan usus terburai. Oleh warga, korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pusri dan dirujuk ke ruang ICU RSMH Palembang.
Menjalani perawatan intensif selama lima hari di RSMH, korban kemudian meninggal dunia lantaran mengalami luka yang cukup parah. Tusukan pelaku di perut membuat usus korban terburai. Sedangkan tusukan di dada mengenai organ hatinya.
Ditemui di rumah duka, warga ramai melayat korban. Tampak Camat Kalidoni Syahrul Hefni SSos MSI, Lurah Sei Lais Danilawati HS, dan Kabid TKSD Disdikpora Kota Palembang, yang juga Ketua PGRI Kota Palembang, Ahmad Zulinto, Kanit Reskrim Polsekta Kemuning Ipda Cek Mantri serta guru-guru korban.
Edi Mulyadi menceritakan, korban merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini, masih duduk di kelas 1 SD. Ketika menjalani perawatan di rumah sakit, korban sempat sadar dan bercerita pengalaman tragisnya. “Anak aku bilang dia melihat waktu disayat pelaku. Terus kubilang mengapa tidak jerit" Kata anak aku dia tidak berani dan cuma jerit sekali,” terang Edi, ayah korban di rumah duka.
Edi mengenal pelaku sebagai orang yang penurut dan mudah bergaul. Pelaku juga sering menyampaikan undangan warga dan memimpin tahlilan di musala. "Saya sempat bertemu dan berbincang dengan pelaku sekitar dua minggu sebelum kejadian. Atas tindakan pelaku, keluarga korban berharap agar dihukum setimpal atas perbuatannya. Saya tidak menyangka kenapa dia bisa berbuat seperti itu. Dua minggu lalu, aku sempat bertemu dan dia nanya berapa anak aku?” terangnya sembari menggendong Ikbal (3), anak bungsunya.
Eni tampak duduk sembari memandangi anaknya yang sudah terbujur kaku. "Saat hendak menjemput anak saya, di tengah jalan bertemu dengan ibu pelaku, dia bicara kepadaku yang katanya kalau anak kamu dibunuh oleh anak aku," kata Eni dengan mata berkaca-kaca.
Pantauan Sumatera Ekspres (Grup JPNN) di rumah pelaku terlihat sebagian warga berjaga-jaga dan menggembok pagar rumah. Di halaman samping rumah pelaku, terdapat lubang besar yang diduga sudah disiapkan pelaku untuk mengubur korban. Rumah pelaku juga ditinggal kosong, sementara Bik Aya, ibu pelaku, mengungsi untuk sementara waktu.
Siapa pelaku" Dia seorang sarjana dan masih bujang. Memiliki usaha PS 2 di dalam kamarnya. Pelaku pernah 15 hari mendekam di rumah sakit jiwa. Diobati karena dua bulan terakhir sering melamun sendiri, tepatnya sejak menuntut ilmu kebatinan di Pulau Jawa.
“Sudah dua bulan ini dia (pelaku, red) galak dak nyambung kalau diajak cerita. Terus dia sering diam dewek. Dia juga pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Dia kabarnya juga nuntut ilmu di Jawa, dak tahu ilmu apa. Padahal sebelumnya, orangnya biasa bae dan penurut juga alim,” terang Alfian (54), tetangga pelaku.
Informasi mengenai pelaku mencari ilmu kebatinan di Jawa memang santer dibicarakan warga. Begitupun tentang pelaku yang sedikit mengalami gangguan jiwa. Hanya saja warga sempat sangsi, bila pelaku gila saat melakukan aksinya. Hal ini lantaran, pelaku berhasil kabur ketika akan ditangkap. Juga mengenai lubang yang sebelumnya digali pelaku, yang mengindikasikan kalau pelaku sudah berencana melakukan aksinya.
Jenazah korban sendiri dibawa dari rumah sakit ke rumahnya di Jl Mayor Zen, Lr Pertama, RT2/1, Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni, sekitar pukul 02.30 WIB. Dimakamkan di TPU Sei Selayur, Kalidoni, sekitar pukul 14.00 WIB. (gti/ce2)
Kejadian yang menimpa buah hati Edi Mulyadi (44) dan Eni (33) itu, sempat menghebohkan warga. Sebab, informasi yang beredar, korban dimutilasi alias menjadi "tumbal" ilmu kebatinan pelaku Efredi. Bahkan, beberapa warga sempat takut dan melarang anaknya untuk keluar rumah.
Dugaan lain, pelaku Efredi yang berhasil diamankan dari rumah temannya di Jl Cisoka, Tangerang Banten, tengah mendalami ilmu hitam dan akan mengambil organ dalam sang korban.
"Setelah koordinasi dengan Polsekta Cisoka, pelaku sudah ditangkap di Cisoka. Sudah diamankan barang bukti seperti sarung pisau, cangkul, dan sandal korban. Khusus pisau masih dalam pencarian lantaran dibuang pelaku," beber Kapolresta Palembang Kombes Pol Sabaruddin Ginting melalui Kapolsekta Kalidoni AKP Tri Sumarsih.
Disinggung apakah pelaku mengalami gangguan kejiwaan saat melakukan aksinya, Tri mengatakan, masih dalam pemeriksaan lebih lanjut. "Menurut saya sih, pelaku mendalami ilmu kebatinan hingga nekat melakukan aksinya tersebut," ujarnya lagi.
Ditanya kapan pelaku tiba di Palembang, Tri hanya berkata, “Masih dalam perjalanan. Malam ini (kemarin) kami tiba di Palembang, tunggu saja. Kalau gila mungkin tidak, tapi katanya waktu melakukan ada bisikan gaib yang menyuruhnya seperti kerasukan,” terang AKP Tri Sumarsih.
Kejadian tragis yang menimpa Alim, Jumat (24/5) sekitar pukul 13.30 WIB, di rumah pelaku, Jl Mayor Zen, RT 29/6, Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni. Bermula saat pelaku mendatangi korban yang sedang bermain di lorong rumahnya.
Pelaku mengajak korban untuk bermain PS gratis dan diberi uang Rp5 ribu. Korban akhirnya mau dibujuk dan datang ke rumah pelaku. Nah, di dalam rumahnya, pelaku beraksi.
Informasi yang dihimpun Sumatera Ekspres, korban dalam keadaan sadar saat pelaku menyayat tubuhnya. Tak lama berselang, ibu korban bernama Eni minta kakak korban Firman dan keponakannya untuk mencari keberadaan korban. Firman kakak korban sempat melihat sandal korban di rumah pelaku, namun tak berani masuk.
Lantas ibu korban menyusul ke rumah pelaku. Saat itu, ibu korban bertemu dengan ibu pelaku yang memberi tahu kalau anaknya telah dibunuh oleh pelaku.
Eni, histeris sehingga terdengar warga. Saat warga mengecek kamar pelaku, ternyata korban sudah tergeletak bersimbah darah dengan usus terburai. Oleh warga, korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pusri dan dirujuk ke ruang ICU RSMH Palembang.
Menjalani perawatan intensif selama lima hari di RSMH, korban kemudian meninggal dunia lantaran mengalami luka yang cukup parah. Tusukan pelaku di perut membuat usus korban terburai. Sedangkan tusukan di dada mengenai organ hatinya.
Ditemui di rumah duka, warga ramai melayat korban. Tampak Camat Kalidoni Syahrul Hefni SSos MSI, Lurah Sei Lais Danilawati HS, dan Kabid TKSD Disdikpora Kota Palembang, yang juga Ketua PGRI Kota Palembang, Ahmad Zulinto, Kanit Reskrim Polsekta Kemuning Ipda Cek Mantri serta guru-guru korban.
Edi Mulyadi menceritakan, korban merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini, masih duduk di kelas 1 SD. Ketika menjalani perawatan di rumah sakit, korban sempat sadar dan bercerita pengalaman tragisnya. “Anak aku bilang dia melihat waktu disayat pelaku. Terus kubilang mengapa tidak jerit" Kata anak aku dia tidak berani dan cuma jerit sekali,” terang Edi, ayah korban di rumah duka.
Edi mengenal pelaku sebagai orang yang penurut dan mudah bergaul. Pelaku juga sering menyampaikan undangan warga dan memimpin tahlilan di musala. "Saya sempat bertemu dan berbincang dengan pelaku sekitar dua minggu sebelum kejadian. Atas tindakan pelaku, keluarga korban berharap agar dihukum setimpal atas perbuatannya. Saya tidak menyangka kenapa dia bisa berbuat seperti itu. Dua minggu lalu, aku sempat bertemu dan dia nanya berapa anak aku?” terangnya sembari menggendong Ikbal (3), anak bungsunya.
Eni tampak duduk sembari memandangi anaknya yang sudah terbujur kaku. "Saat hendak menjemput anak saya, di tengah jalan bertemu dengan ibu pelaku, dia bicara kepadaku yang katanya kalau anak kamu dibunuh oleh anak aku," kata Eni dengan mata berkaca-kaca.
Pantauan Sumatera Ekspres (Grup JPNN) di rumah pelaku terlihat sebagian warga berjaga-jaga dan menggembok pagar rumah. Di halaman samping rumah pelaku, terdapat lubang besar yang diduga sudah disiapkan pelaku untuk mengubur korban. Rumah pelaku juga ditinggal kosong, sementara Bik Aya, ibu pelaku, mengungsi untuk sementara waktu.
Siapa pelaku" Dia seorang sarjana dan masih bujang. Memiliki usaha PS 2 di dalam kamarnya. Pelaku pernah 15 hari mendekam di rumah sakit jiwa. Diobati karena dua bulan terakhir sering melamun sendiri, tepatnya sejak menuntut ilmu kebatinan di Pulau Jawa.
“Sudah dua bulan ini dia (pelaku, red) galak dak nyambung kalau diajak cerita. Terus dia sering diam dewek. Dia juga pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Dia kabarnya juga nuntut ilmu di Jawa, dak tahu ilmu apa. Padahal sebelumnya, orangnya biasa bae dan penurut juga alim,” terang Alfian (54), tetangga pelaku.
Informasi mengenai pelaku mencari ilmu kebatinan di Jawa memang santer dibicarakan warga. Begitupun tentang pelaku yang sedikit mengalami gangguan jiwa. Hanya saja warga sempat sangsi, bila pelaku gila saat melakukan aksinya. Hal ini lantaran, pelaku berhasil kabur ketika akan ditangkap. Juga mengenai lubang yang sebelumnya digali pelaku, yang mengindikasikan kalau pelaku sudah berencana melakukan aksinya.
Jenazah korban sendiri dibawa dari rumah sakit ke rumahnya di Jl Mayor Zen, Lr Pertama, RT2/1, Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni, sekitar pukul 02.30 WIB. Dimakamkan di TPU Sei Selayur, Kalidoni, sekitar pukul 14.00 WIB. (gti/ce2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sel Pengadilan Diperjualbelikan untuk Bermesraan
Redaktur : Tim Redaksi