jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni angkat bicara menanggapi polemik pengecatan pesawat kepresidenan dari warna dominan biru menjadi merah putih.
Bahkan, ada pihak-pihak yang menilai proyek pengecatan pesawat kepresidenan itu tidak etis lantaran dilakukan di tengah pandemi Covid-19 dan menghabiskan uang Rp 2 miliar lebih.
BACA JUGA: Sahroni: Serahkan Saja kepada KPK Agar Mengawasi Ketat Proyek Ini
Sahroni pun menyebut pengecatan pesawat itu sudah diangarkan sejak 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19.
Namun, katanya, ada waktu interval yang ditentukan untuk pengecatan ulang pesawat kepresidenan tersebut, yakni 7 tahun sekali sehingga baru bisa dilakukan tahun ini.
BACA JUGA: Ruhut Bongkar Fakta Masinton Pernah Ditegur Pak Luhut, Effendi Simbolon Pengin jadi Menteri
"Jadi, memang sudah jelas perencanaannya dan anggarannya sejak 2019, bukan dilakukan secara tiba-tiba," ucap Ahmad Sahroni dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (4/8).
Politikus Partai NasDem itu menilai perubahan kelir menjadi merah putih juga tidak perlu dipermasalahkan.
BACA JUGA: Masinton Berani Menohok Luhut Panjaitan, Menyebut Nama Kiai Said Aqil
"Untuk warnanya juga seharusnya tidak dijadikan persoalan lagi. Justru bagus diganti menjadi merah putih. Warna yang melambangkan bendera negara kita," ucapnya.
Sahroni menyayangkan jika pelaksanaan prosedur rutin itu justru disebut sebagai kegiatan penghamburan anggaran.
Menurut dia, dalam mengalokasikan pengeluaran negara, eksekutif dan legislatif tentu sangat berhati-hati dan melewati proses yang panjang.
"Saya rasa biasa saja ya soal pengecatan pesawat kepresidenan ini, tidak perlu terlalu dibesar-besarkan," ujar pria asal Tanjung Priok, Jakarta Utara itu.
Sahroni juga menyebut pengecatan pesawat dan penanganan pandemi virus Corona yang tengah berjalan merupakan dua hal yang berbeda dan tidak perlu dikait-kaitkan.
"Kalau mau menyampaikan kritik, kan bisa ke isu-isu yang lebih strategis dalam program penanganan Covid-19. Kalau soal pesawat, sih, itu kan untuk alasan keamanan. Sesuatu yang tentunya memang jadi perhatian kita semua," pungkas Ahmad Sahroni. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam