jpnn.com - Keberagaman konsumsi pangan menjadi gerakan yang terus didorong pemerintah sebagai salah satu solusi untuk mewujudkan ketahanan pangan.
Selain itu, pola konsumsi pangan yang beragam dengan memprioritaskan pangan lokal dapat menjadi jalan keluar dari jebakan ketergantungan impor.
BACA JUGA: NFA Lakukan Sejumlah Langkah Ini untuk Kendalikan Inflasi Pangan
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi saat menghadiri pengesahan Rekor Muri Sajian Makanan Olahan Terbanyak dari Bahan Sagu dan Gelar Pangan Lokal yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Maluku bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota dan tim Penggerak PKK Provinsi Maluku di Ambon, Sabtu (20/8).
Arief mengatakan NFA akan mendukung terus upaya pengembangan keanekaragaman pangan terutama yang bersumber dari pangan lokal.
BACA JUGA: Kecelakaan Maut di Tol Batang-Pemalang, Innalillahi
Untuk itu, pihaknya sangat mengapresiasi pengembangan makanan olahan sagu yang dilakukan pemerintah provinsi Maluku melalui event ini. Diharapkan langkah ini dapat ditiru provinsi lain melalui pengembangan pangan lokal di daerahnya masing-masing.
Menurut Arief, pihaknya mendukung sepenuhnya pengembangan sagu oleh Pemprov Maluku.
BACA JUGA: Siswa SMP Tewas Ditusuk di Sekolah, Pelakunya Tak Ada yang Menyangka
Pengembangan sagu menjadi bahan dasar berbagai penganan seperti kue, roti, dan mie memperkuat pontensi substitusi terhadap komoditas impor seperti gandum.
"Apabila kolaborasi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha konsisten secara hand to hand mengembangkan sagu sebagai pengganti gandum, besar peluang kita mengurangi ketergantungan terhadap gandum," ungkapnya.
Arief melihat Indonesia merupakan salah satu negara produsen sagu terbesar di dunia.
"Secara umum, peluang dan kekuatan yang kita miliki adalah tersedianya lahan tanaman sagu yang masih sangat luas, teknologi pengolahan yang mulai berkembang, serta peluang pasar yang masih terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri," paparnya.
Dia menjelaskan pati sagu dalam setiap 100 gram memiliki kandungan energi sebesar 350 kalori, hampir setara dengan kalori dari tapioka, gandum, dan beras.
Pengembangan pangan lokal dalam rangka penganekaragaman konsumsi sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo.
"Sesuai arahan Bapak Presiden, kita harus bersiap menghadapi ancaman krisis pangan, energi, dan krisis keuangan. Untuk menghadapi hal tersebut, Presiden mengarahkan agar kita membangun sinergi dan mengoptimalkan sumber daya pangan lokal kita untuk menjawab permasalahan global," ujar Arief.
Selain itu, pengembangan sagu juga seiring dan sejalan dengan gerakan penganekaragaman pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
“Perlu dilakukan promosi/sosialisasi/kampanye dan edukasi secara masif untuk merubah mindset pola konsumsi pangan masyarakat," ujarnya.
Arief juga melihat potensi Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Menurutnya, menambahkan, mengkombinasikan sagu dengan ikan merupakan komposisi yang sangat ideal sebagai pangan cerdas B2SA yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gizi dan stunting.
"UMKM pangan yang mengembangan produk sagu dan ikan harus terus didorong dan dikuatkan," ujarnya.
Gubernur Maluku Murad Ismail menyampaikan bahwa rekor muri ini menjadi momentum penting guna menyatakan kemerdekaan dan kedaulatan pangan di Maluku.
"Kita orang Maluku bangga memiliki sagu sebagai pangan lokal sumber karbohidrat yang lezat dan sehat. Sagu bukan hanya pangan kita, tetapi juga identitas budaya yang keberadaannya patut kita jaga dan lestarikan," urainya.
Penghargaan rekor Muri untuk Sajian Makanan Olahan Terbanyak dari Bahan Sagu diterima oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku Widya Pratiwi Murad Ismail sebagai inisiator kegiatan tersebut.
Rekor Muri yang diselenggarakan dalam rangkaian Peringatan HUT ke-77 Provinsi Maluku ini menyajikan sebanyak 520 jenis olahan masakan dari bahan dasar sagu yang meliputi makanan besar, kue basah, kue kering, mi, puding, minuman dan lain-lain, baik yang sudah menjadi makanan pokok sehari-hari maupun inovasi baru olahan sagu yang merupakan beragam makanan dan minuman baik tradisional maupun kekinian yang berpeluang menjadi salah satu sumber ekonomi rumah tangga guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga maupun masyarakat. (rhs/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti