jpnn.com - Salah tidak pernah salah. Dia selalu berada pada saat yang tepat dan mengambil keputusan yang benar. Nyaris semua orang mengakui hal itu.
Suka tidak suka, mereka harus mengakui bahwa Salah melakukan semuanya dengan benar.
BACA JUGA: Cristiano Ronaldo Pengin Bintang Juventus Ini Merapat ke Manchester United
Babak pertama berakhir. Pertandingan Watford melawan Liverpool Sabtu (16/10) di Vicarage Road seolah-olah sudah mati. Liverpool sudah unggul empat gol tanpa balas.
Claudio Rannieri--yang baru saja mengambil alih kepelatihan dari Xisco Munoz—bersedekap di kotak technical area. The Tinkerman berpikir keras mencari cara untuk menghentikan tiga hantu di lini depan Liverpool, Firmino, Mane, dan Salah.
BACA JUGA: Liverpool vs Milan: The Reds Menang Dramatis, Mohamed Salah Samai Torehan Legenda
Sepanjang babak pertama Trio Firmansa mengacak-acak pertahanan Watford. Tiga tombak itu bergerak seperti bayangan yang sulit dicegat. Mane sudah mencetak satu gol. Firmino--yang kembali menjadi starter--sudah mencetak trigol, dan siap membawa pulang bola pertandingan sebagai hadiah bagi pencetak hattrick.
Salah belum mencatat gol atas namanya. Namun, dia sudah mengirim dua assist matang yang membuat Firmino dan Mane mencetak gol yang terlihat mudah. Mane dan Firmino memeluk Salah sebagai gestur terima kasih dalam selebrasi.
BACA JUGA: Cristiano Ronaldo Sedang Berduka karena Ini
Orang boleh menyebut persaingan diam-diam antara Salah dengan Mane. Salah sering dianggap selfish dengan menendang sendiri bola ke gawang, ketimbang mengumpan kepada Mane yang lebih bebas.
Namun, kali ini Salah mengirim umpan lengkung menyusur tanah, melewati deretan pemain bertahan lawan, dan menemukan Mane di tiang jauh yang langsung menceploskan bola ke gawang.
Sembilan menit setelah jeda, Salah menerima bola dari Firmino di garis kotak penalti kanan gawang. Salah mendorong bola ke kotak 16 meter. Tiga pemain belakang Watford mencium bahaya dan melakukan gerak saling melapis untuk menghentikan bahaya.
Salah bergerak mengontrol bola melewati Juan Hernandez, Juraj Kucka, dan Craig Cathcart.
Pemain terakhir ini masih berusaha mengejar dan mengeblok tendangan Salah dengan menjatuhkan diri. Namun, Salah menggocek dan memindahkan bola ke kaki kiri yang menjadi kekuatannya. Cathcart mengadang angin, dan Salah kemudian dengan kaki kirinya menendang melengkung melewati jangkauan Ben Foster dan beberapa pemain belakang yang berada di mulut gawang.
Suporter tandang Liverpool meledak histeris begitu melihat bola masuk ke gawang. Salah, seperti biasanya, tidak berselebrasi berlebihan. Ia tersenyum, berlari ke arah suporter away dan memberi cium jauh kepada mereka.
Jurgen Klopp meloncat di technical area menyaksikan momen brilian itu. Ia mengepalkan kedua tangan dan memukul ke udara menyambut gol itu. ‘’Salah pemain terbaik di dunia. lebih baik dari Ronaldo dan Messi,’’ kata Klopp usai pertandingan.
Momen brilian ini menjadi rangkaian keajaiban yang ditunjukkan Salah, Si Penyihir dari Mesir.
Dalam pertandingan sebelumnya Salah menyihir publik Etihad ketika mencetak gol istimewa ke gawang City yang memastikan pertandingan berakhir seri 2-2.
Salah menerima bola di sisi kanan kotak penalti City, lalu mendribel melewati tiga pemain belakang lawan. Bola masih lengket di kaki kanannya ketika ia melirik ke arah gawang. Biasanya, Salah memindahkan bola ke kaki kiri yang menjadi kekuatan utamanya. Kali ini, dia tidak punya waktu untuk melakukannya. Dengan kaki kanannya dia mencocor bola mendatar dan melewati jangkauan Ederson.
A moment of brilliance. Tulis media-media Inggris. Sihir Mesir membungkam publik Etihad. Pendukung Liverpool histeris dan berjingkrak-jingkrak dengan liar. Jurgen Klopp meloncat, mengepalkan tangan, dan memukul udara berkali-kali.
Dia menggeleng-gelengkan kepala, tidak percaya terhadap apa yang dilihat. Ajaib, tetapi nyata.
Hanya Lionel Messi yang bisa melakukan gerakan seperti itu. Messi punya senjata utama kaki kiri, sama dengan Salah. Setiap memasuki kotak berbahaya, lawan akan fokus mengawasi kaki kiri Messi.
Namun, Messi yang jenius bisa memanfaatkan kesempatan sekecil apa pun untuk mencetak gol dengan bagian yang paling lemah dari kakinya.
Setiap kali Messi mencetak gol dengan kaki kanan, rasanya nilainya menjadi lebih tinggi dari kaki kiri. Mencetak gol dengan kaki kiri adalah biasa. Mencetak gol dengan kaki kanan adalah luar biasa. Itulah Messi. Itulah Salah.
Mencetak gol di Etihad melewati pemain-pemain belakang terbaik di Premier League dan Eropa-- seperti Ruben Dias dan Aymeric Laporte--adalah pencapaian istimewa seorang Salah.
Nilainya sama sederajat dengan gol Messi—saat masih di Barcelona--yang dicetak dengan melewati Sergio Ramos. Kepuasan Messi akan lebih tinggi ketika mencetak gol dengan menundukkan Ramos dan Iker Casillas sekaligus.
Messi atau Salah? Jurgen Klopp, tentu saja, tanpa ragu memilih Salah. Kata Klopp, Messi pada masa puncaknya di Barcelona pun belum bisa menandingi Salah sekarang. Agak lebay, tetapi 'okay'.
Sekarang, Messi sudah 34 tahun dan berburu dengan waktu untuk menyesuaikan hidup baru di Paris. Salah masih 29 tahun, masih cukup waktu untuk membuktikan momen-momen ajaib ke depan.
Gaya hidup yang bersih dan disiplin akan menjadikan Salah bisa bertahan pada penampilan puncak seperti Messi dan Ronaldo.
Para pundit pun memuji Salah setinggi langit. Steve McManaman, mantan bintang Liverpool dan Real Madrid, menyejajarkan Salah dengan Messi. Mantan superstar Chelsea, Joe Cole, menyebut kemampuan brilian Salah setara dengan bintang Brazil dan Barcelona, Ronaldinho.
Di mana Cristiano Ronaldo? Agak terlupakan. Ketika Salah membuat dua momen brilian dalam pertunjukan melawan City dan Watford, Ronaldo malah manyun karena Manchester United dipermalukan oleh Leicester City 2-4.
Sebelumnya, Ronaldo uring-uringan ketika United ditahan 1-1 oleh Everton di Old Trafford.
Penampilan Ronaldo yang cemerlang dalam tiga pertandingan awal sejak comeback ke Old Trafford mulai mendatar. Sepekan sebelumnya dalam kualifikasi Piala Dunia, Ronaldo mencetak hattrick untuk Portugal dan mengantar kemenangan 5-0 melawan Luksemburg.
Namun, di Old Trafford bersama United, Ronaldo mejan dalam tiga pertandingan.
Kekalahan dari Leicester membuat United terlempar dari empat besar di posisi kelima. Tekad United untuk berburu juara bersaing dengan empat besar mulai dipertanyakan. Muncul tekanan untuk memecat Ole Gunnar Solskjaer yang dianggap tidak bisa meramu Ronaldo dengan baik.
Namun, hierarki tertinggi Old Trafford masih percaya kepada Ole.
Dalam tiga minggu ke depan United akan menghadapi tiga kandidat juara, Liverpool, Manchester City. Momen-momen ini akan menjadi ajang pembuktian bagi Ronaldo dan pertaruhan penting bagi Ole. Ronaldo akan bisa merestorasi namanya--dan menyelamatkan Ole dan United--kalau bisa mengalahkan Liverpool dan City. Dua tugas itu mirip mission impossible.
Namun, jangan pernah coret Ronaldo. Ia pasti terbakar oleh Salah. Ia sudah menunjukkan daya saing level tertinggi selama sepuluh tahun melawan Messi. Sekarang, Ronaldo harus membuktikan kualitasnya melawan Salah.
Usia tidak berpihak kepada Ronaldo. Namun, ingat, Ronaldo bukan manusia, dia manusia setengah mesin. Ada unsur cyborg di tubuh Ronaldo yang menjadikannya manusia setengah mesin.
Persaingan melawan Salah akan membuat mesin di tubuh Ronaldo menderu dan memanas.
Jurgen Klopp berhasil menjadikan Salah sebagai tukang sihir yang mengerikan. Ole Gunnar Solskjaer masih harus mencari formula yang tepat untuk mengoptimalkan mesin Ronaldo.
Siapa yang lebih unggul, Si Mesin Cyborg atau Sang Tukang Sihir? Bola bundar. (*)
Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror