jpnn.com, JAKARTA - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kembali menuai kritik akibat menggelar lomba karya tulis bertema “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam”.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Saleh Partaonan Daulay menilai lomba karya tulis yang digelar BPIP itu tidak produktif, dan kontekstual karena temanya sangat jauh dari yang dihadapi Indonesia.
BACA JUGA: BPIP Ajak Masyarakat Membangun Ruang Publik dengan Kegiatan Positif
"Tidak produktif karena diyakini tidak akan mampu meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila," kata Saleh Partaonan Daulay dalam siaran persnya, Sabtu (14/8).
Menurut Saleh, lomba bertema “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam,” tidak perlu dan tak mendesak untuk dibahas.
BACA JUGA: Kristina Gagal Ikut Paskibraka, Begini Respons BPIP
Dia mengatakan sejak zaman perjuangan kemerdekaan hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan.
"Para ulama dan para santri selalu menjunjung tinggi dan menghormati eksistensi bendera negara dan lagu kebangsaan," ujarnya.
BACA JUGA: Legislator PAN Heran, 34 TKA Masuk di Indonesia Saat PPKM Level 4
Anggota Komisi IX DPR RI itu menambahkan sebelum ditulis, orang pasti akan mengetahui kesimpulan yaitu Islam tidak mempermasalahkan hormat bendera dan menyanyikan lagu.
Sebab, lanjutnya, itu adalah bagian dari perwujudan cinta tanah air.
Sementara, cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Saleh mengatakan masih banyak tema yang lebih tepat untuk diajukan atau dilombakan, seperti yang sangat aktual dengan kondisi kekinian.
Dia mencontohkan, misalnya bantuan sosial di era pandemi dalam perspektif Pancasila, meneguhkan nilai persatuan dan gotong royong di masa pandemi, akses terhadap pelayanan kesehatan sebagai manifestasi keadilan sosial, mengungkap nilai-nilai spiritualitas di balik pandemi Covid-19, dan lain-lain.
Meskipun temanya tidak spesifik menyebut kata santri, tetapi dipastikan para santri sangat menguasai tema tersebut.
Tinggal mencari referensi agar bisa diaktualisasikan sesuai dengan tema yang diminta.
"Tema seperti itu sangat relevan dalam upaya pemaknaan dan pembumian nilai-nilai Pancasila," ungkapnya.
Dia mengingatkan membuat tema atau judul jangan sampai terkesan menyudutkan kelompok tertentu.
Meski yang membuat tidak merasakan, kata dia, tetapi orang lain kemungkinan akan tersinggung.
"Kalau bikin judul dan tema jangan terkesan dipersempit untuk menyudutkan kelompok tertentu. Bisa jadi orang lain justru sangat merasa dan tersinggung," kata dia.
Menurut Saleh, BPIP sudah sering kali membuat polemik dan hiruk pikuk.
Semestinya, hal seperti itu dihindari.
Dia mengatakan semua saat ini sedang fokus menghadapi Covid-19, dengan berbagai varian baru yang lebih agresif.
Sudah semestinya, kata Saleh, berbagai program kementerian/lembaga diarahkan pada upaya mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi.
"Kalau soal hormat bendera dan lagu kebangsaan, ya, tidak solutif. Sebab, itu tidak pernah dipersoalkan. Tidak perlu dicarikan solusi. Dengan begini BPIP banyak disorot masyarakat," pungkas Saleh Partaonan Daulay. (ddy/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Dedi Sofian