Salut! Kim Jong Un Jatuhkan Sanksi Tegas kepada Pejabat Korup

Senin, 20 Juli 2020 – 20:37 WIB
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Foto: Reuters/KCNA

jpnn.com, PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memecat sejumlah manajer proyek yang bertugas membangun sebuah rumah sakit di Pyongyang. Mereka kedapatan memeras warga setempat agar memberi sumbangan.

Pemecatan itu merupakan langkah keras kedua yang dilakukan pemerintah terhadap beberapa pejabatnya, mengingat kebijakan semacam itu jarang dipublikasikan di media setempat.

BACA JUGA: Tak Mau Dijebak Politik AS, Kim Jong-Un Ogah Bertemu Trump

Kim Jong Un memerintahkan Rumah Sakit Umum Pyongyang dapat selesai dibangun pada peringatan 75 tahun berdirinya Partai Buruh pada Oktober tahun ini.

Dia menyampaikan pembangunan RS merupakan prioritas pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat di tengah pandemi COVID-19.

BACA JUGA: Korea Utara Nol Kasus Virus Corona, Kim Jong Un Bilang Begini

Dalam kunjungan terbarunya ke lokasi pembangunan, Kim memecat sekelompok manajer proyek serta memanggil komisi koordinasi konstruksi, karena mereka dianggap gagal mengalokasikan anggaran secara wajar.

Sejumlah manajer proyek juga meminta peralatan dan bahan material dari masyarakat.

BACA JUGA: Murka ke Tiongkok, tetapi Bakar Patung Kim Jong-Un

"Dia (Kim, red) menindak keras mereka karena membebani masyarakat dengan meminta seluruh jenis 'bantuan'," demikian isi berita KCNA.

Isi berita itu juga menyebut insiden pemerasan itu merupakan penyimpangan serius dari kebijakan partai.

KCNA juga menyiarkan beberapa foto yang menunjukkan raut serius Kim, yang lengkap dengan masker, saat mengunjungi lokasi pembangunan RS.

Kim telah dua kali memecat beberapa manajer pembangunan RS pada bulan ini. Ia sebelumnya mengkritik mereka tidak perhatian dan melanggar aturan anti-pandemi.

Namun, Kim mengapresiasi kontraktor proyek karena membuat kemajuan yang cepat, meskipun mereka menghadapi situasi sulit. Namun, ia meminta partai untuk menyelidiki kinerja komisi koordinasi konstruksi sebagai sebuah kesatuan dan mengganti seluruh pihak yang bertanggung jawab.

Yang Moo-jin, seorang profesor di University of North Korean Studies di Seoul, Korea Selatan, mengatakan pemecatan itu jadi sinyal proyek pembangunan tengah terhambat. Langkah Kim itu juga dapat menjadi tanda Korut mengalami kesulitan ekonomi.

"Pemecatan itu menunjukkan pembangunan RS kemungkinan terhambat dan upaya memenuhi tenggat waktu pada Oktober jauh lebih sulit karena pandemi dan sanksi membuat mobilisasi sumber daya tidak mudah," kata Yang.

Korea Utara belum melaporkan kasus positif COVID-19, tetapi pemerintah telah memberlakukan kebijakan pencegahan seperti larangan berkumpul, kewajiban pakai masker, dan karantina wajib bagi para petugas di perbatasan. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler