ROMA - Proses pemilihan Paus baru di Vatikan kembali menuai protes dari aktivis perempuan yang tergabung dalam kelompok Femen. Para perempuan cantik ini berdemo dengan telanjang di alun-alun Santo Petrus memprotes pemilihan Paus yang tengah berlangsung hanya beberapa meter dari tempat mereka melakukan aksi.
Aksi kelompok yang berasal dari Ukraina ini, awalnya dimulai oleh penggiat HAM Anna Hutsol, yang berdiri di depan Vatikan dengan mempertontonkan payudaranya. Aksi ini untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan selama bertahun-tahun menentang keyakinan kontroversial Vatikan yang tidak lagi relevan dengan fakta di lapangan.
"Vatikan adalah lembaga yang justru membawa kembali ke zaman kegelapan. Vatikan harus mati karena kesucian hanya atribut. Mereka melakukan pedofilia, homofobia, korupsi, kebencian terhadap wanita, perjuangan melawan kontrasepsi dan kontrol kehidupan pribadi," tulis aktivis Femen dalam facebooknya.
Selain beraksi telanjang, kelompok ini berjalan menuju lapangan Santo Petrus sambil secara simbolis menyebarkan asap merah di sekitar Kota Vatikan untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan tentang sejarah berdarah di belakang Gereja Katolik.
Menurut examiner.com (12/3) asap merah sekaligus menunjukkan simbol dari sejarah kekerasan berdarah Kristen dan menyatakan tekad untuk memerangi Femen seksisme agama. Dua demonstran Femen yang topless ditangkap dua jam sebelum asap hitam naik dari Vatikan.
Kelompok pegiat Femen sendiri didirikan di Kiev, Ukraina dan selama ini menentang Paus Benediktus yang menolak pernikahan sesama jenis. Femen merupakan gerakan perempuan yang didirikan oleh Anna Hutsol pada tahun 2008 lalu.
Beberapa aksi yang pernah dilakukan seperti berunjuk rasa bugil di dalam Gereja Katedral Notre Dame Paris, demo di pagelaran busana Versace, Fashion Week Womenswear di Milan, Italia, serta aksi bugil saat Paus Benediktus XVI ketika itu sedang memimpin doa Angelus bulan lalu tepat ketika sang Paus berada di jendela apartemen pribadinya di St. Peter's Square. Tidak mengherankan, Femen menyambut gembira keputusan pengunduran diri Paus pada 28 Februari silam. (esy/jpnn)
Aksi kelompok yang berasal dari Ukraina ini, awalnya dimulai oleh penggiat HAM Anna Hutsol, yang berdiri di depan Vatikan dengan mempertontonkan payudaranya. Aksi ini untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan selama bertahun-tahun menentang keyakinan kontroversial Vatikan yang tidak lagi relevan dengan fakta di lapangan.
"Vatikan adalah lembaga yang justru membawa kembali ke zaman kegelapan. Vatikan harus mati karena kesucian hanya atribut. Mereka melakukan pedofilia, homofobia, korupsi, kebencian terhadap wanita, perjuangan melawan kontrasepsi dan kontrol kehidupan pribadi," tulis aktivis Femen dalam facebooknya.
Selain beraksi telanjang, kelompok ini berjalan menuju lapangan Santo Petrus sambil secara simbolis menyebarkan asap merah di sekitar Kota Vatikan untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan tentang sejarah berdarah di belakang Gereja Katolik.
Menurut examiner.com (12/3) asap merah sekaligus menunjukkan simbol dari sejarah kekerasan berdarah Kristen dan menyatakan tekad untuk memerangi Femen seksisme agama. Dua demonstran Femen yang topless ditangkap dua jam sebelum asap hitam naik dari Vatikan.
Kelompok pegiat Femen sendiri didirikan di Kiev, Ukraina dan selama ini menentang Paus Benediktus yang menolak pernikahan sesama jenis. Femen merupakan gerakan perempuan yang didirikan oleh Anna Hutsol pada tahun 2008 lalu.
Beberapa aksi yang pernah dilakukan seperti berunjuk rasa bugil di dalam Gereja Katedral Notre Dame Paris, demo di pagelaran busana Versace, Fashion Week Womenswear di Milan, Italia, serta aksi bugil saat Paus Benediktus XVI ketika itu sedang memimpin doa Angelus bulan lalu tepat ketika sang Paus berada di jendela apartemen pribadinya di St. Peter's Square. Tidak mengherankan, Femen menyambut gembira keputusan pengunduran diri Paus pada 28 Februari silam. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaga Rahasia Konklaf, Vatikan Pasang Pengacak Sinyal HP
Redaktur : Tim Redaksi