jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 di sepanjang 2020 menyebabkan banyak tantangan bagi dunia usaha di tanah air.
Namun, dalam perkembangan yang terjadi selama Kuartal IV-2020, perekonomian mulai menunjukkan pemulihan meskipun tanda berakhirnya pandemi Covid-19 belum terlihat jelas.
BACA JUGA: Kredit untuk Daya Ungkit, BNI Ajak UMKM Diskusikan Rencana Pinjaman
Sejak akhir 2020 hingga saat ini, pemerintah masih terus menjalankan kebijakan pembatasan aktivitas sosial dengan seksama untuk mengendalikan penyebaran kasus Covid-19.
Sambil mempercepat program vaksinasi kepada masyarakat yang ditargetkan dapat selesai pada akhir 2021.
BACA JUGA: Jadi Dirut BNI, Royke Tumilaar Bilang Begini
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI terus beradaptasi di tengah masa pemulihan dari pandemi Covid-19 dan selalu berupaya menumbuhkan bisnis, terutama pada triwulan terakhir 2020, dengan fokus pada penguatan fundamental perseroan.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan bahwa hasilnya cukup memuaskan. BNI dapat mengelola imbal hasil dari aset-aset pencetak pendapatan perseroan dengan sangat baik, yang tentunya ditopang oleh kredit yang disalurkan pada 2020 Rp 586,2 triliun atau tumbuh 5,3 persen year on year (YoY).
BACA JUGA: Jelas Banget, Ini Target dari Pak Jokowi untuk Komite Covid-19 & PEN
Pada Kuartal IV-2020, perseroan juga melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan komposisi aset dan liabilities, sehingga pengelolaan dana perseroan dapat lebih efektif. Pada 2020, perseroan mampu menjaga NIM di level 4,5 persen melalui strategi manajemen biaya dana yang efektif.
BNI mencatatkan biaya dana (cost of fund) yang terus mengalami perbaikan di setiap kuartalnya, terutama pada Kuartal IV-2020 yang berada pada level 2,0 persen atau membaik 60 basis poin dari kuartal sebelumnya.
"Sehingga, cost of fund pada akhir 2020 turun menjadi 2,6 persen dari 3,2 persen di 2019," kata Novita, Jumat (29/1).
Menurut Novita, di tengah kondisi perkonomian yang menantang, perseroan dapat merealisasikan pendapatan non-bunga atau fee based income Rp 11,9 triliun atau tumbuh 4,5 persen dibandingkan periode yang sama 2019.
Perseroan juga dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2 persen YoY.
Menurut Novita, kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0 persen YoY, dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak.
Serta berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) Rp 27,8 triliun pada 2020.
Menurut Novita, bekal PPOP tersebut menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan yang memadai, dalam menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang dan juga memberikan kekuatan untuk meminimalisir volatilitas keuntungan perseroan.
"Pada 2020, BNI mencatatkan laba bersih Rp 3,3 triliun disertai dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4 persen lebih besar dibandingkan 2019 yang sebesar 133,5 persen," kata Novita.
Intermediasi
Pendapatan bunga bersih (net interest income) masih dapat tumbuh berkat penyaluran kredit di tengah pandemi, sekaligus memastikan fungsi intermediasi perseroantetap berjalan.
Kredit BNI tersalurkan pada segmen korporasi, segmen bisnis kecil, dan payroll loan dari segmen bisnis konsumer yang memiliki risiko rendah.
Pada Desember 2020, penyaluran kredit di segmen korporasi meningkat 7,4 persen YoY menjadi Rp 309,7 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada segmen bisnis kecil masih sustain 12,3 persen YoY menjadi Rp 84,8 triliun.
Demikian juga kredit konsumer yang masih tumbuh 4,7 persen YoY menjadi Rp 89,9 triliun pada akhir tahun lalu.
Pertumbuhan kredit segmen kecil terutama disalurkan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Adapun kredit konsumer sebagian besar tersalurkan dalam bentuk kredit pemilikan rumah dan payroll loan.
Penyaluran kredit tersebut ditopang oleh akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK).
"Pada akhir 2020, DPK tumbuh 10,6 persen YoY menjadi Rp 679,5 triliun," ungkap Novita.
Strategi perseroan untuk terus fokus pada peningkatan dana murah tercermin dari rasio CASA pada akhir Desember 2020 yang berada di level 68,4 persen atau meningkat 160 bps secara YoY.
Upaya perseroan dalam peningkatan CASA berhasil menekan biaya dana pihak ketiga.
Dampak positif dari penurunan biaya dana pihak ketiga ini diteruskan oleh bank kepada nasabah dalam bentuk penurunan suku bunga kredit.
Program Restrukturisasi Kredit
BNI menjadi salah satu bank yang aktif mendukung upaya-upaya pemerintah menekan dampak pandemi Covid-19, mulai dari restrukturisasi kredit hingga program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
BNI telah membukukan pinjaman yang direstrukturisasi dengan stimulus Covid-19 Rp 102,4 triliun atau 18,6 persen dari total pinjaman.
Berdasar segmen bisnis, restrukturisasi kredit diberikan kepada korporasi Rp 44,2 triliun, menengah Rp 21 triliun, kecil Rp 28 triliun, dan konsumer Rp 9,2 triliun.
Sebagian besar debitur yang mendapatkan fasilitas restrukturisasi pinjaman berasal dari sektor manufaktur 27,0 persen atau sekitar Rp 27,6 triliun.
Sektor perdagangan, restoran dan hotel 15,4 persen atau sekitar Rp 15,8 triliun.
Sektor pertanian 12,6 persen atau sekitar Rp 12,9 triliun.
"Ketiga sektor ini terdampak paling parah oleh pandemi dan merupakan 55 persen dari total pinjaman yang direstrukturisasi karena Covid-19," katanya.
Untuk skema restrukturisasi, perseroan menggunakan beberapa skenario yang meliputi penjadwalan ulang pokok, penundaan pembayaran bunga, serta penurunan suku bunga.
Pelaku usaha membutuhkan waktu untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Tanpa restrukturisasi kredit, kata Novita, pengusaha tentunya akan berat menyangga permodalannya.
"BNI berharap debitur yang telah memanfaatkan restrukturisasi ini untuk tetap survive," jelasnya.
Selain mendukung program restrukturisasi kredit untuk menekan dampak Covid-19, BNI juga bersama-sama dengan bank-bank Himbara serta beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD) berperan aktif dalam program PEN pada 2020 lalu.
"Akumulasi penempatan dana pemerintah dalam rangka PEN pada 2 tahap di BNI Rp 7,5 triliun," kata Novita.
Dari target penyaluran kredit dalam rangka PEN, BNI telah merealisasikan penyaluran kredit Rp 28 triliun atau setara 3,7 kali dana PEN, di atas target Rp 22,5 triliun.
Fokus BNI menyalurkan kredit ke segmen UMKM Rp 24,26 triliun atau 86,64 persen total penyaluran kredit dalam rangka program PEN.
Bertransformasi
Pada 2021 ini, BNI akan melangkah dengan lebih optimistis, setelah melalui tantangan yang cukup berat selama masa awal pandemi Covid-19.
Untuk itu, Novita menegaskan, BNI telah menggulirkan Transformasi BNI yang secara resmi dimulai pada 27 Januari 2021.
Langkah-langkah transformasi yang disiapkan BNI akan memastikan perseroan tetap mampu tumbuh secara berkelanjutan.
Manajemen telah menetapkan strategi untuk menjadikan BNI sebagai "Lembaga Keuangan Yang Unggul dalam Layanan dan Kinerja secara Berkelanjutan".
Menurut dia, pada saat pandemi seperti saat ini, di mana bisnis secara umum menurun, BNI berinisiatif melakukan transformasi sebagai upaya akselerasi peningkatan kinerja keuangan secara berkelanjutan, serta menyempurnakan rencana jangka panjang perseroan.
Novita menjelaskan Program Transformasi BNI ini berbasiskan value BNI RACE, yaitu Risk Culture, Agile, Collaboration, dan Execution Oriented.
"Dengan nilai-nilai BNI RACE yang diimplementasikan sehari-hari tersebut BNI pun dapat bersaing dengan kompetitor, mempersiapkan diri untuk melaju lebih kencang, memimpin persaingan, dan meraih kemenangan," kata Novita. (adv/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy