Sambut Bantuan Australia, Menlu Retno Banggakan Program Vaksiansi Indonesia

Kamis, 02 September 2021 – 23:50 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berbicara pada pertemuan virtual COVAX AMC Engagement Group pada Senin (12/7/2021). Foto: ANTARA/HO-Kemlu RI

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan Indonesia telah mencapai target vaksinasi COVID-19 yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Secara global, WHO menetapkan target vaksinasi yaitu 10 persen populasi di setiap negara pada akhir September 2021, dan 40 persen populasi tiap negara pada akhir 2021, serta 70 persen populasi tiap negara pada pertengahan 2022.

BACA JUGA: Menlu Retno Tegaskan Komitmen Indonesia kepada Rakyat Myanmar

“Saat ini, setidaknya 140 negara telah memvaksin 10 persen warganya, termasuk Indonesia,” ujar Menlu Retno ketika menyampaikan sambutan secara virtual tentang kedatangan dukungan vaksin dari Australia, Kamis.

Menlu Retno menyebut bahwa per 1 September lalu, Indonesia telah menyuntikkan 100 juta dosis vaksin COVID-19, sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat ketujuh terbesar dunia dalam konteks jumlah dosis vaksin yang disuntikkan.

BACA JUGA: Menlu Retno Marsudi Menyampaikan Peringatan Serius soal COVID-19

“Dengan penduduk yang besar, upaya untuk melakukan akselerasi vaksinasi akan terus dilakukan. Percepatan vaksinasi tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat,” kata dia.

“Vaksin dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan akan menjadi modal yang kuat bagi Indonesia untuk terus dapat menurunkan angka penyebaran virus,” ujar Retno, menambahkan.

BACA JUGA: Menlu Retno Diminta Berperan Aktif Cegah Perang Terbuka di Afghanistan

Namun, Menlu RI juga menyoroti kesenjangan kemajuan vaksinasi COVID-19 di setiap negara dan kawasan.

Menurut Global Dashboard for Vaccine Equity, sebanyak 57,34 persen penduduk di negara berpendapatan tinggi telah divaksin, jauh di atas 2,14 persen penduduk di negara berpendapatan rendah.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pun telah mengingatkan bahwa akses dan distribusi vaksin yang tidak merata akan menciptakan “perbedaan berbahaya” (dangerous divergence) dalam tingkat kelangsungan hidup dari COVID-19 dan pemulihan ekonomi.

Selain itu, laporan terbaru The Economist Intelligence Unit menyebutkan lambatnya vaksinasi global akan menggerus PDB global sebesar 2,3 triliun dolar AS (sekitar Rp32.766 triliun) pada 2022-2025, yang 65,6 persen di antaranya terjadi di negara berkembang dan 73 persen di antaranya di kawasan Asia Pasifik.

Untuk itu, Menlu Retno menjelaskan bahwa pemimpin WHO, Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia merilis pernyataan bersama minggu lalu guna meminta negara-negara untuk memenuhi komitmen berbagi dosis vaksin serta menghapus restriksi ekspor dan hambatan perdagangan terkait bahan produksi vaksin.

Menlu Retno juga menyatakan bahwa pandemi ini belum kelihatan akhirnya, meskipun sejumlah negara memperkirakan pandemi akan berubah menjadi endemi dan telah melakukan penyesuaian strateginya ke arah “hidup bersama COVID”.

Dikatakannya, hingga kini jumlah kasus COVID-19 global hampir menyentuh 210 juta dan angka kematian lebih dari 4,5 juta. Dirjen WHO menyampaikan saat ini, setiap harinya, terdapat lebih dari 650 ribu kasus baru di seluruh dunia.

“Lonjakan kasus masih terjadi, termasuk di kawasan dan negara yg sebelumnya telah mengalami penurunan kasus,” kata Retno.

Di Indonesia, jumlah kasus baru menunjukkan tren penurunan yaitu di bawah 200 ribu kasus dan sejak 24 Agustus lalu, status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat wilayah Jawa dan Bali sudah diturunkan ke level 3.

Untuk itu, Menlu Retno menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia untuk mencegah angka kasus tidak kembali meningkat.

“Kemitraan untuk melakukan vaksinasi dan mematuhi protokol kesehatan adalah kunci,” ujar dia, menegaskan. (ant/dil/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler