jpnn.com, NUR-SULTAN - Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke negara tersebut, yang antara lain untuk menghadiri Kongres VII Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional (VII Congress of the Leaders of World and Traditional Religions).
Dalam pertemuan bersama dengan perwakilan masyarakat sipil dan korps diplomatik di Nur Sultan, Selasa (13/9), Tokayev menyoroti sejarah penting kunjungan Paus Fransiskus yang bertepatan dengan peringatan 30 tahun hubungan Kazakhstan-Vatikan.
BACA JUGA: Paus Minta Maaf kepada Masyarakat Adat Kanada atas Dosa Masa Lalu Gereja Katolik
“Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik ke Kazakhstan untuk pertama kalinya. Tahun ini menandai peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antara Kazakhstan dan Vatikan. Kami sangat mementingkan acara ini, karena pertemuan hari ini dirancang untuk meningkatkan kerja sama kita di berbagai bidang ke tingkat yang baru,” ujar Tokayev, seperti dikutip situs resmi Presiden Kazakhstan, Rabu.
Tokayev memuji upaya Paus Fransiskus yang tak kenal lelah dan berdedikasi atas nama umat manusia di seluruh dunia.
BACA JUGA: Makin Keras kepada Rusia, Paus: Imperialisme Bukan Bagian Kerajaan Yesus
“Anda telah tiba di Kazakhstan pada titik kritis dalam sejarah manusia. Saya percaya sudah saatnya bagi kaum moderat dari berbagai budaya dan agama untuk menyatukan kebijaksanaan dan energi mereka untuk menyatukan orang-orang di balik gagasan perdamaian, kerukunan sosial, dan saling mendukung,” kata dia.
Pemimpin Kazakhstan itu mencatat bahwa selama 30 tahun kemerdekaan, Kazakhstan telah menerapkan model kesepakatan antar-etnis dan antar-agamanya sendiri, berdasarkan prinsip "persatuan-dalam-keanekaragaman".
BACA JUGA: Paus Fransiskus Murka Lihat Situasi di Ukraina, Pakai Istilah Perang Gila
“Hari ini, Kazakhstan adalah rumah kebanggaan bagi komunitas Katolik terbesar di Asia Tengah. Umat ??Kristen, bersama dengan orang beragama lainnya, berkontribusi kuat untuk membangun Kazakstan yang adil, di mana koeksistensi, toleransi, dan saling menerima berkembang,” tutur Tokayev.
Dalam pidatonya, Tokayev menggarisbawahi bahwa sebagai bagian dari upaya untuk berkontribusi dalam membangun harmoni dan dialog di seluruh dunia, Kazakhstan mengadakan VII Congress of the Leaders of World and Traditional Religions pada 14-15 September 2022.
Sejak didirikan pada 2003, forum internasional tersebut telah menjadi contoh yang baik tentang bagaimana orang berkumpul menjadi satu, terlepas dari perbedaan mereka.
“Saya sangat percaya bahwa hanya dialog, persaudaraan manusia, dan rasa hormat yang akan memungkinkan koeksistensi dan toleransi. Dalam hal ini, saya sangat menghargai keterlibatan luar biasa dan dukungan tak ternilai yang diberikan Takhta Suci kepada penyelenggaraan kongres,” kata Tokayev.
Ketika berbicara kepada para peserta acara tersebut, Paus Fransiskus menyatakan kepuasannya berkunjung ke Kazakhstan yang dia anggap sebagai peziarahan damai untuk mencari dialog dan persatuan.
“Seperti kata pepatah lokal, awal dari kesuksesan adalah persatuan. Ini tentu penting di mana-mana, tetapi terutama di sini. Ada hampir seratus lima puluh kelompok etnis dan lebih dari delapan puluh bahasa di negara ini. Ini adalah orang-orang dengan sejarah, budaya, dan tradisi agama yang berbeda, yang bersama-sama membentuk simfoni yang luar biasa dan menjadikan Kazakhstan sebagai laboratorium unik multietnis, multikultural, dan multi-pengakuan,” kata Paus.
Fransiskus juga memuji keputusan Tokayev untuk menghapuskan hukuman mati di Kazakhstan. Menurut dia, hal itu merupakan penegasan nilai kehidupan manusia atas nama hak untuk berharap, bagi setiap manusia.
Paus menyerukan peningkatan upaya diplomatik untuk mempromosikan dialog, yang diperlukan di tengah ketegangan geopolitik saat ini.
“Saatnya belajar untuk tidak memperburuk permusuhan dan berhenti memperkuat blok lawan. Kita membutuhkan pemimpin yang di tingkat internasional dapat mempromosikan saling pengertian dan dialog antar masyarakat, dan menghidupkan kembali “semangat Helsinki”—aspirasi untuk memperkuat multilateralisme, membangun dunia yang lebih stabil dan damai, merawat generasi baru. Ini membutuhkan pengertian, kesabaran, dan dialog dengan semua orang,” tutur pemimpin Gereja Katolik itu.
Lebih lanjut, Paus menyampaikan penghargaan atas upaya Kazakhstan di bidang perlucutan senjata dan non-proliferasi senjata nuklir, dekarbonisasi ekonomi, dan investasi dalam sumber energi terbarukan.
“Seiring dengan kepedulian terhadap dialog antaragama, ini semua adalah benih harapan yang ditanam di tanah bersama umat manusia, yang harus kita tanamkan atas nama generasi baru dan generasi muda. Takhta Suci mendukung Anda dalam upaya ini,” kata Paus Fransiskus.
Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih kepada Presiden Tokayev atas keramahannya, berharap perdamaian dan persatuan lebih lanjut untuk Kazakhstan. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif