Sampai Ortu Meninggal Tahunya Guru PNS

Kamis, 18 Februari 2016 – 00:19 WIB
Suko Adireno. Foto: Mesya MUhammad/JPNN

jpnn.com - STATUS sebagai PNS masih menjadi impian sebagian kalangan masyarakat, terutama di daerah. Banyak yang rela bertahun-tahun menjadi honorer dengan gaji sangat minim, dengan harapan suata saat diangkat menjadi PNS.

Mesya Muhammad-JPNN

BACA JUGA: Sang Guru Piano Berkisah tentang Joey si Anak Ajaib

ADALAH Suko Adireno, 48, guru honorer yang mengabdi di SDN Ngijo 2 Karangpeloso, Kabupaten Malang, 12 tahun lamanya. Harusnya, Suko sudah menjadi guru PNS, namun karena kebijakan yang tidak berpihak kepadanya akhirnya namanya tidak tercatat sebagai honorer K1.

Sekedar diketahui, honorer K1 langsung diangkat PNS tanpa tes. Gagal, Suko pun masuk dalam daftar honorer K2.

BACA JUGA: Kalijodo: Antara Krishna Murti, Daeng Aziz dan Fortuner

Awal masuk menjadi tenaga honorer, Suko yang juga korwil Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Kabupaten Malang dibayar pihak sekolah sebesar Rp 150 ribu. Baru dua tahun terakhir ini, bapak dua anak ini menikmati gaji Rp 650 ribu per bulan.

‎Meski bergaji Rp 650 ribu, namun Suko bisa menguliahkan anak pertamanya di Universitas Negeri Malang dan yang kedua di SMK kelas satu. Secara logika, gaji Rp 650 tidaklah cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya. Jangankan bayar kuliah dan sekolah anak, untuk makan sehari-hari pun sudah sulit.

BACA JUGA: Ketika Ribuan Kelelawar Tiba-tiba Menghilang, Pertanda Ada Perselingkuhan

Namun bukan Suko namanya kalau tidak pintar mencari peluang. Selain menjadi guru honorer K2, ada dua profesi lainnya yang digeluti. Pertama, menjadi MC untuk acara mantenan Jawa maupun nasional. Banyak masyarakat di Jawa Timur yang menggunakan jasa Suko. Di musim pernikahan‎, Suko biasanya panen dengan bayaran Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu sekali nge-host. 

Bila musim sepi pengantin, menjadi hari tersulit bagi Suko. Beruntung ada istrinya yang ikut menopang ekonomi keluarga dengan menawarkan jasa menerima pesanan nasi kotak. Meski tidak sering, namun sangat membantu Suko dan keluarganya.

Profesi kedua yang dilakoni Suko adalah sales sabun dan parfum. Suko yang menjadi guru kelas dan mengajar 48 siswa ini, suka menawarkan produknya kepada wali murid. Meski tidak memaksa, banyak ortu murid yang membeli karena merasa kasihan dengan Suko.

"Ya mereka tahu saya cuma guru honorer. Saya memang wali kelas, tapi ya gajinya cuma segitu, makanya mereka kasihan," ujar Suko kepada JPNN, baru-baru ini.

Sebelum menjadi guru honorer, lulusan IKIP Malang tahun 1992 ini memang sudah menjadi sales. Kalau rajin memasarkan ke konsumen, Suko bisa mengantongi Rp 1,6 juta. "Itu kotor loh ya, kan namanya sales harus keliling ke mana-mana. Sepatu saya sampai ganti beberapa kali karena bolong keseringan jalan," ujar Suko tersenyum pahit.

‎Saat menjadi sales, ortu Suko keberatan. Mereka mengidam-idamkan Suko menjadi guru PNS seperti kakaknya yang ketiga. Suko terlahir sebagai anak keempat. Kakak pertama  dan kedua hanya lulusan SD serta profesi sebagai petani.

"Ortu saya baru tahu pentingnya pendidikan setelah kakak saya yang ketiga menjadi guru PNS. Kakak saya lulusan Sekolah Menengah Keguruan. Itu pulalah yang membuat ortu menyekolahkan saya di IKIP," katanya dengan mata menerawang.

Namun, keberuntungan kakak ketiganya tidak mampir di Suko. Lulus kuliah Suko justru jadi sales, keluar masuk rumah orang. "Hati ortu saya nelongso karena sebagai buruh tani, mereka sudah mengeluarkan biaya besar untuk saya," ujarnya.

Jalan menjadi guru terbuka, ketika SDN Ngijo 2 butuh guru honorer. Suko pun melamar dan mendapatkan SK dari sekolah. Betapa bahagianya ortu Suko melihat putranya akhirnya menjadi guru.

Saking bangganya, ortu Suko menggelar syukuran meski harta benda tidak ada lagi lantaran habis saat membiayai Suko kuliah. Melihat kegembiraan yang membuncah di hati kedua ortunya, Suko pun tidak tega berterus terang kepada ortunya kalau dirinya hanya honorer. Rahasia itu tersimpan rapat sampai ortunya meninggal pada 2006.

"Saya masih punya utang ke ortu. Mereka tahu saya PNS, padahal honorer. Ini yang jadi penyemangat saya untuk berjuang menjadi PNS,‎ karena saya ingin memenuhi harapan ortu yang sudah di alam barzah," tutur Suko, dengan suara parau menangis tangis. (esy/jpnn)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Joey Alexander, Bubi Chen, dan Dejavu yang Sulit Terulang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler