Samuel Christ Sempat Dilarang Orang Tua Jadi YouTuber

Senin, 13 Juli 2020 – 15:49 WIB
YouTuber Samuel Christ. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - YouTuber Samuel Christ mengaku tak pernah memiliki passion menjadi content creator. Apalagi, saat masih tinggal bersama kakeknya di Makassar, tidak banyak yang memotivasi untuk maju.

Jauh dari orang tua yang tinggal di Malang, membuatnya hampir tidak naik kelas. Namun, setelah berkumpul dengan orang tua, ia mulai serius belajar.

BACA JUGA: Pengin Jadi YouTuber Sukses? Simak Nih Tips dari Yudist Ardhana

"Saya mulai bisa serius belajar hingga tamat SMA dan bercita-cita melanjutkan pendidikan di Seattle, Amerika,” kata Samuel Christ.

Bukan isapan jempol belaka, ia pun benar-benar mewujudkan mimpinya. Setelah melakukan serangkaian tes, dirinya masuk ke Edmonds Community College dan lulus dengan nilai cum laude.

BACA JUGA: YouTuber Ini Rancang Masker Anti Corona yang Bisa Buka Tutup Secara Otomatis

“Masuk ke Amerika Serikat, selama dua tahun pertama belajar di college, kemudian saya ditransfer ke University of Washington di Seattle, AS, yang tercatat sebagai salah satu dari 15 top kampus di dunia,” sebutnya.

YouTuber

BACA JUGA: 7 Fakta Menarik Tentang Hana Hanifah, Artis FTV yang Diduga Terjerat Kasus Prostitusi

Meski awalnya tak berniat menjadi YouTuber,  pria kelahiran Malang, 5 Mei 2000 ini justru dikenal sebagai content creator YouTube di kalangan milenial tanah air.

“Sejak awal saya memang tidak ada passion menjadi content creator. Bahkan, tiga bulan saya di Amerika pun banyak waktu terbuang. Kerjaannya cuma main game yang tidak ada manfaatnya sama sekali,” kata Samuel Christ.

Ia kemudian mulai menyadari kemampuannya yang senang berbicara. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat vlog dari Amerika.

Untuk pertama kalinya, ia membuat video horor halloween. “Awalnya hanya ingin mendokumentasikan diri saja,” ucapnya.

“Jadi, di masa depan nanti saya bisa melihat bahwa saat saya masih di Amerika pernah membuat ini,” lanjutnya.

Namun, setelah bebeapa membuat vlog, ia mulai tertarik untuk serius menekuni bidang content creator. Meski pada 2017, profesi tersebut belum sepopuler seperti sekarang.

“Saya pernah bicara kepada orang tua mau jadi YouTuber, mereka enggak mengerti. Tidak setuju. YouTube kala itu memang belum populer. Kata orang tua, ngapain sih beli kamera, lebih baik serius sekolah,” kenang Samuel.

Ia bahkan sempat diremehkan dan dijadikan candaan oleh teman-temannya saat mengutarakan niat menjadi YouTuber.

“Waktu itu tidak ada yang percaya. Mimpi saya, kalau jumlah subscriber mencapai 10 ribu aja, itu luar biasa. Tetapi teman saya bilang, hal itu tidak akan tercapai, mungkin 20 tahun lagi baru bisa dicapai.”

Hal itu hampir saja membuat mental Samuel jatuh. Terlebih, setelah enam bulan posting video dengan konsisten di Youtube, tidak ada perkembangan sama sekali. Hasilnya nihil.

“Saya merasa tidak cocok jadi konten kreator. Sudah 6 bulan bikin video, tidak ada perkembangan yang baik. Yang nonton cuma 100-200 orang,” katanya.

Namun, di tengah kegalauannya, tiba-tiba salah satu videonya yang sudah diposting dua bulan sebelumnya berjudul ‘Jangan Pernah Telepon Nomor Ini’ meledak dan ditonton hingga ratusan ribu kali.

Semangatnya pun kembali membuncah. Baginya, itulah titik awal dari kebangkitannya sebagai seorang Youtuber.

Samuel pun makin inovatif dalam membuat konten-konten yang menarik bagi para subscriber-nya.

Bahkan, konten bertajuk ‘Reaksi Orang Luar Negeri Lihat Youtuber Indonesia’ yang dibuatnya bisa tembus hingga 13 juta penonton.

Begitu pula dengan konten reaksi orang luar negeri lainnya, juga ditonton hingga jutaan kali.

Menurutnya, inilah puncak dari kariernya sebagai Youtuber dengan jumlah pengikut lebih dari 1 juta subscriber.

Tak hanya sukses sebagai Youtuber, karier bermusik Samuel pun terus berlanjut. Dirinya pun mengabadikan kisah nyata kehidupannya dalam sebuah lagu berjudul ‘Inside of You’.

“Lagu ini mengisahkan perjalanan karier saya di Youtube yang awalnya sama sekali tidak di-support,” pungkas pemilik brand fashion @astrangechapter.(mg7/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler