jpnn.com, SURABAYA - Inflasi di Jawa Timur menyentuh angka 0,29 persen pada April lalu.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 0,09 persen.
BACA JUGA: Inflasi di Daerah Ini Ternyata Lebih Tinggi dari Nasional
Sejak awal tahun hingga April lalu, laju inflasi di Jatim mencapai 1,98 persen. Inflasi Jatim lebih tinggi bila dibandingkan kuartal pertama 2016 yang hanya 0,34 persen.
Inflasi disumbang sejumlah komoditas, terutama harga pakaian yang meningkat 1,42 persen.
BACA JUGA: BI Berjuang Jaga Inflasi di Angka 4 Persen
Selain itu, pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan daya 900 VA mengakibatkan tarif listrik meningkat 7,27 persen.
Hal itu berkontribusi pada indeks harga konsumen (IHK) Jatim 0,23 persen.
BACA JUGA: Pemerintah Segera Cabut Subsidi Pelanggan 450 VA
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Teguh Pramono menuturkan, Pemprov Jatim harus lebih waspada agar inflasi pada Mei ini tidak lebih tinggi dibandingkan April.
Alasannya, akhir bulan ini sudah memasuki Ramadan dan Lebaran jatuh pada Juni mendatang.
Jadi, mungkin terjadi kenaikan harga yang berdampak pada laju inflasi.
Selain sandang dan listrik, komoditas yang mendorong inflasi adalah daging ayam ras dan emas perhiasan.
Permintaan daging ayam ras yang meningkat pada April tidak diimbangi pasokan sehingga harganya meningkat 8,77 persen.
’’Harga daging ayam diperkirakan terus meningkat hingga Ramadan,’’ terang Teguh.
Kenaikan harga perhiasan emas sekitar lima persen dipicu harga emas dunia.
Di sisi lain, komoditas yang mengalami penurunan harga terbesar adalah cabai rawit, bawang merah, dan beras. (car/c14/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anda Pelanggan Listrik 900 VA? Tarik Napas...
Redaktur & Reporter : Ragil