jpnn.com, JAKARTA - Calon Wakil Presiden (Cawapres) Sandiaga S Uno mengaku akan fokus menggarap ketahanan pangan dan harga bahan pokok. Pendamping Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 itu mengatakan, harga bahan pangan di Indonesia lebih mahal dibandingkan di negara Asia Tenggara lainnya.
Menurut Sandi, ada persoalan serius pada rantai distribusi bahan pangan. Akibatnya, harganya di tingkat konsumen menjadi mahal.
BACA JUGA: Gemura: Setop Polisikan Prabowo
“Bahan makanan di Indonesia lebih mahal dibandingkan di negara lain. Sepiring makan siang di Jakarta lebih mahal dari sepiring makan siang dengan kualitas yang sama di Singapura, Thailand juga sama,” kata Sandi saat berkunjung ke redakwi Jawa Pos di Graha Pena Jakarta, Kamis (4/10).
Namun, kata Sandi, mahalnya harga sepiring makan siang di Jakarta tak sebanding dengan pendapatan yang diraih petani. Pasalnya, petani yang juga merupakan produsen beras harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk.
BACA JUGA: Bisa Jadi Beginilah Pembagian Peran di Kasus Ratna Sarumpaet
“Harga bahan pokok itu tak mencerminkan menguatkan nilai tukar petani. Harga belinya tinggi tapi ongkos petani juga meningkat dari pupuk dan penghasilannya tidak naik itu yang bikin petani jadi tidak sejahtera,” kata Sandi.
Beberapa waktu lalu, hasil riset Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menunjukkan bahan pangan di Indonesia terutama beras dan garam lebih mahal dibandingkan Singapura, Malaysia dan Thailand. Sebagai contoh beras yang di Indonesia dijual Rp 12.560 per kilogram, di Singapura hanya Rp 11.635.
BACA JUGA: Masa Prabowo Semudah Itu Diperdaya Ratna Sarumpaet?
Bahkan, beras yang sama di Malaysia cuma dijual Rp 9.183/kg. Sedangkan di Thailand hanya Rp 7.419/kg.
Adapun harga garam di Indonesia Rp 10.980 per Kg. Padahal, di Singapura hanya Rp 8.779, di Malaysia Rp 3.013 dan di Thailand Rp 4.313.(uji/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungi Jawa Pos, Sandiaga Kenang Tagihan dari Dahlan Iskan
Redaktur : Tim Redaksi