Sandi Langkahi Makam Pendiri NU, Nahdiyin Mengadu ke Hasto

Jumat, 16 November 2018 – 20:46 WIB
Hasto Kristiyanto selaku sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf dalam rapat konsolidasi TKD Jokowi-Ma'ruf Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Jumat (16/11). Foto: TKN Jokowi-Ma'ruf

jpnn.com, SURABAYA - Sejumlah warga Nahdatul Ulama (NU) menemui Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - KH Ma’ruf Amin (TKN Jokowi - Ma’ruf) Hasto Kristiyanto di Surabaya, Jumat (16/11). Para nahdiyin itu mendatangi Hasto yang sedang berada di Surabaya dalam rangka rapat konsolidasi Tim Kampanya Daerah (TKD) Jokowi - Ma’ruf Provinsi Jawa Timur.

Maksud kedatangan para nahdiyin itu adalah mengadukan aksi Calon Wakil Presiden (Cawapres) Sandiaga S Uno yang melangkahi makam salah satu tokoh pendiri NU KH Bisri Syansuri di Jombang, beberapa waktu lalu. Warga menyampaikan berbagai unek-unek yang intinya merasa tersinggung karena makam tokoh yang dihormati nahdiyin dilangkahi.

BACA JUGA: Warning Hasto untuk Caleg Parpol Pengusung Jokowi-Maruf

Hasto yang dalam kesempatan itu didampingi Ketua TKD Jokowi - Ma’ruf Provinci Jatim Mahfud Arifin mengaku memahami kegelisahan nahdiyin. “Kami memahami kegusaran warga NU terhadap tindakan tidak terpuji Sandiaga yang melangkahi makam almarhum KH Bisri Syansuri,” kata Hasto.

Sekretaris jenderal PDI Perjuangan itu menambahkan, ziarah kubur seharusnya didasari niat suci dan penuh rasa hormat. Dalam pandangan Hasto, tindakan Sandiaga melangkahi makam tidak hanya melukai perasaan warga NU, tapi juga mencerminkan ketidakpahaman terhadap kepribadian bangsa sendiri.

BACA JUGA: Kritikan Mega Untuk Ingatkan Prabowo?

“Bahaya kalau negara dipimpin oleh seorang yang tidak memahami kepribadian bangsanya dan menjadikan ziarah kubur hanya sebagai pencitraan demi dapat dukungan keluarga nahdiyin,” tegas Hasto.

Politikus asal Yogyakarta itu menyebut ziarah Sandiaga yang didasari motif untuk berkuasa bakal menuai karma secara politik. Menurutnya, tindakan mantan wakil gubernur DKI itu telah menyentuh hal yang paling elementer terkait dengan karakter pemimpin yang seharusnya respek terhadap tradisi keagamaan dan kultur bangsa.

BACA JUGA: Kritik dan Saran dari Fahri Hamzah untuk Prabowo

“Tidak heran kampanye belum lama berlangsung, mereka sudah tiga kali meminta maaf. Jadi pemimpin itu tidak boleh grasah-grusuh, emosional, main ancam, dan mengedepankan pencitraan seolah agamis,” tutur Hasto.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kubu Sebelah Saling Berebut Suara dengan Gerindra


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler