Sanggam Hutapea: Pengembangan Kawasan Danau Toba Tidak Boleh Berhenti

Jumat, 25 Agustus 2023 – 13:02 WIB
Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea mengingatkan pengembangan pariwisata Kawasan Danau Toba sebagai destinasi prioritas menuju wisata kelas dunia tidak boleh berhenti walau era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berakhir tahun depan.

"Siapa pun nantinya terpilih sebagai Presiden pada Pilpres 2024, pengenbangan kawasan Danau Toba harus dilanjutkan. Sebab pembangunan dan pengembangan kawasan Danau Toba masih membutuhkan perhatian dari pemerintah pusat, khususnya menyangkut anggaran dan mendatangkan investasi,” ujar Sanggam Hutapea di Jakarta, Jumat (25/8).

BACA JUGA: Ketua Umum IMI Bambang Soesatyo Apresiasi Kesuksesan Kejurnas Danau Toba Rally 2023

Menurut Sanggam, sejak kawasan Danau Toba ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi prioritas oleh Presiden Jokowi, pembangunan di kawasan ini memang sudah terlihat.

Namun, untuk menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia dan industri pariwisata yang menghasilkan devisa bagi negara masih jauh dari harapan.

BACA JUGA: Kematian 2 Pelajar di Danau Toba Harus jadi Pelajaran buat Para Orang Tua

Oleh karena itu, menurut Sanggam, sangat perlu pembangunan dan pengembangan berkelanjutan dari pemerintahan mendatang yang dihasilkan lewat Pemilu 2024.

Menurut dia, kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi di antara aspek pendukung lainnya.

BACA JUGA: Sanggam Hutapea: Event Internasional di Danau Toba Harus Berdampak Jangka Panjang

Sanggam Hutapea pun memaparkan berbagai pandangannya yang cukup mendasar untuk pengembangan dan pembangunan kawasan Danau Toba menuju wisata kelas dunia.

Dia menilai akses ke Danau Toba di era pemerintahan Jokowi ini sudah sangat terbuka, karena pemerintah memberikan perhatian penuh dengan membangun jalan tol guna memperpendek jarak tempuh ke Danau Toba.

Demikian juga dengan pembangunan bandara Internasional Silangit di Siborong-borong Tapanuli Utara, yang makin mendekatkan wisata langsung menikmati keindahan kawasan Danau Toba.

Akses transportasi di danau juga sudah membaik dan memadai, apa lagi dengan kehadiran beberapa kapal penyeberangan yang diluncurkan di beberapa lokasi seperti kapal penyeberangan dari Tigaras Kebupaten Simalungun ke Samosir, penyeberangan dari Muara ke Samosir, penambahaan kapal penyeberangan dari Ajibata ke Ambarita, Samosir, serta ketersediaan kapal-kapal milik pengusaha lokal yang sudah memenuhi syarat laik berlayar.

Akan tetapi, sarana dan prasarana yang ada sekarang, menurut Sanggam Hutapea tidak serta merta mampu mendatangkan wisatawan, karena belum adanya produk wisata yang ditawarkan dan masih monoton hanya mengandalkan keindahan alamnya saja.

Sejak pemerintah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata, sampai sekarang belum ada bentuk produk wisata di kawasan Danau Toba yang dimunculkan sebagai usaha memberikan nilai tambah," kata Sanggam Hutapea yang selalu vokal menyuarakan pariwisata Danau Toba.

Apa sebenarnya produk wisata Danau Toba? Apakah keindahan alam, kuliner, budaya, atau yang lain? Kalau kita putuskan produk wisata Danau Toba adalah keindahan alam, maka di titik-titik mana wisatawan harus dibawa.

Kalau produk wisata budaya, tentu  budaya seperti apa yang akan kita tonjolkan. Demikian juga sisi kuliner, belum ada tempat kuliner bagi wisatawan untuk menimati suasana kawasan Danau Toba seperti di Bali ada Jimbaran tempat wisatawan makan malam di tepi pantai, dan pada saat makan malam, wisatawan disungguhi tari tarian tradisional dan alunan lagu-lagu.

Fasilitas yang begini belum ada di kawasan Danau Toba. Padahal, tambah Sanggam Hutapea, banyak lokasi di kawasan Danau Toba yang bisa dibenahi sebagai tempat kuliner.

Oleh karena itu, menurut Sanggam Hutapea perlu perumusan prodak wisata Danau Toba dibicarakan seluruh bersama, khususnya para kepala daerah di tujuh kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir .

Sanggam mengakui belum melihat banyak peran pemerintah daerah, khususnya Pemda di wilayah kawasan Danau Toba.

Demikian juga, keberadaan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) sebagai wakil pemerintah pusat di kawasan Danau Toba hanya membuat konsep, sedang yang mengeksekusi produk-produk itu sejatinya adalah Pemda di kawasan Danau Toba itu sendiri.

Pemerintah, menurut Sanggam, harus lebih kreatif karena salah satu kunci keberhasilan pariwisata adalah kreativitas, termasuk bagaimana mereka kreatif mengemas produk-produk lokal.

Salah satu contoh kreatif yang diutarakan Sanggam yakni bagaimana mengemas narasi untuk mengisahkan kawasan wisata Danau Toba.

Sanggam mengatakan pangelaran atraksi budaya yang dirangkai dengan sejumlah kegiatan budaya tradisional juga merupakan salah satu faktor penting mendukung kawasan Danau Toba jadi wisata dunia.

Di samping menjadi daya tarik melengkapi paket keindahan alam Danau Toba sebagai andalan, atraksi budaya yang mengedepankan kearifan lokal, sekaligus sebagai panggung melestarikan budaya.

Sanggam menginggatkan orang Batak juga di anugerahi Tuhan dengan talenta bernyanyi karena memilki suara yang bagus bagus. Tak heran jika kawasan Danau Toba yang mayoritas dihuni suku Batak menjadi gudangnya penyanyi.

Terbukti banyak penyanyi berdarah Batak melanglang buana ke berbagai negara. Bahkan untuk artis nasional juga banyak berdarah Batak. Pontesi bakat menyanyi masyarakat di kawasan Danau Toba ini perlu digarap sebagai salah satu produk wisata.

Sanggam mencontohkan di berbagai tempat wisata yang dikunjunginya di Eropa, hampir semua ada pengamen. Para pengamen itu dijadwalkan tampil berbagai sudut kota. Nah, talenta masyarakat di kawasan Danau Toba yang rata-rata memilki sura merdu sejatinya bisa di bina dan ditampilkan di titik titik strategis.

Salah satu lagi contoh kreatif yang diutarakan Sanggam Hutapea yakni keberadaan tugu tugu marga di kawasan Danau Toba sangat menarik jika dinarasikan.

Sebab tidak banyak suku di dunia ini memiliki budaya membangun tugu untuk mengetahui silsilahnya. Menjadikan Tugu-Tugu Marga yang ada di Tapanuli sebagai produk wisata akan menarik bagi wisatawan.

“Tugu-tugu marga itu harus dinarasikan sebab kalau hanya sekedar tugu maka daya tariknya kurang. kreativitas, termasuk bagaimana kreatif mengemas produk produk lokal," tegas Sanggam.

Dari sisi promosi, Sanggam mempertanyakan apakah promosi pariwisata Danau Toba dilakukan di luar negeri atau di dalam negeri. Kalau promosi dilakukan ke luar negri maka harus jelas sasarannya, apakah wisatawan Asia atau Eropa.

"Diperlukan terobosan untuk mengenalkan pariwisata Danau Toba kembali ke pasar potensial," ujar Sanggam.

Jika tidak ada upaya dan kerja keras menggali potensi- potensi terpendam di kawasan Danau Toba, maka perubahan dan pembenahan yang bisa membuat wisatawan tertarik tidak akan terjadi.

Menurut Sanggam, wisatawan yang berkunjung tidak akan betah berlama-lama sebab jika hanya menikmati keindahan alam Danau Toba saja, wisatawan paling dua atau tiga malam saja betah di Danau Toba.

Alumnus pascasarjana Universitas Gajah Mada itu mengharapkan tujuh kabupaten yang daerahnya bersentuhan langsung di kawasan Danau Toba harus mampu melahirkan produk dan menghadirkan destinasi-destinansi yang menjadi daya tarik, dan produk yang dikemas pun harus punya khas daerah masing-masing dan tidak saling berkompetisi

Di samping itu, lanjut Sanggam Hutapea, perhatian dari pemerintah mendatang untuk konsep pembangunan berkelanjutan.

“Perlu saya ingatkan pembangunan kawasan Danau Toba sebagai wisata kelas dunia harus dilakukan secara terintegrasi, dengan mengkaji aspek alam, pemulihan ekosistem Danau Toba, sumber daya manusia, budaya, sosial dan potensi investasi yang akan menambah devisa negara dan berujung pada kesejahteraan masyarakat,” tegas Sanggam Hutapea.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler