Sangkep Warige Segera Dilakukan, Berikut Tanggal dan Kisah Putri Mandalika

Selasa, 03 Januari 2023 – 23:12 WIB
Rapat persiapan Sangkep Warige (Rapat Besar) untuk menentukan hari Pesona Bau Nyale 2023. Foto: Edi Suryansyah/JPNN.com

jpnn.com - Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan rapat persiapan Sangkep Warige (Rapat Besar) untuk menentukan hari Pesona Bau Nyale 2023.

Rapat tersebut dilangsungkan di Dusun Wisata Sasak Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, pada Selasa (3/1) siang tadi. 

BACA JUGA: Banjir Menggenangi Jalan Bypass Sirkuit Mandalika, Ini Penyebabnya

Kepala Dinas Pariwisata Lendek Jayadi mengatakan, Sangkep Warige penentuan hari H Bau Nyale Tahun 2023 akan dilaksanakan pada hari Rabu (11/1) mendatang.

"Lokasi pelaksanaan Sangkep Warige di Dusun Wisata Sasak Ende,” kata Lendek Jayadi usai rapat. 

BACA JUGA: Erick Thohir Apresiasi Prestasi Veda Ega di IATC Mandalika

Menurut Lendek, Sangkep Warige nantinya akan diawali dengan Sangkep Madie, dan hasil dari Sangkep Madie dibawa ke Sangkep Warige untuk dimusyawarahkan kembali. 

Setelah itu, akan diputuskan kapan hari H Bau Nyale 2023 dilaksanakan. 

BACA JUGA: Veda Ega Kembali Kibarkan Merah Putih di Sirkuit Mandalika

"Sebelum Sangkep Madie dan Sangkep Warige akan ada atraksi kesenian adat dan budaya Sasak," ujar Lendek.

Selain itu, kata Lendek, dalam penentuan Hari H Bau Nyale tersebut. Sejumlah tokoh akan diundang untuk bersama-sama menentukan waktu yang tepat menurut penanggalan Sasak. 

"Pemutusan hari H Bau Nyale sesuai dengan perhitungan penanggalan sasak yang menjadi alat hitung penentuan hari H Bau Nyale," jelasnya.

Seperti diketahui, dalam bahasa Sasak sendiri Bau artinya menangkap, sedangkan dan Nyale adalah Cacing Laut. 

Bau Nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama. 

Umumnya, antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya. 

Masyarakat setempat percaya kalau nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak. 

Putri Mandalika diceritakan sebagai sosok cantik yang diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru. 

Tak ingin terjadi kekacauan di kemudian hari jika ia memilih salah satu diantaranya, Putri Mandalika pun menolak semua pinangan itu dan memilih mengasingkan diri. 

Akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat di Pantai Kuta di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah pada tanggal 20 bulan 10, tepatnya sebelum Subuh. 

Seluruh undangan berduyun-duyun menuju lokasi. Putri Mandalika yang dikawal ketat prajurit kerajaan muncul di lokasi. 

Kemudian dia berhenti dan berdiri pada sebuah batu di pinggir pantai. Tak lama, ia pun terjun ke dalam air laut dan menghilang tanpa jejak. 

Seluruh undangan sibuk mencari, namun mereka hanya menemukan kumpulan cacing laut yang kemudian mereka percayai sebagai jelmaan Putri Mandalika. 

Dari cerita tersebut, masyarakat suku Sasak percaya bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. 

Bahkan, Pemerintah Daerah pun telah menetapkan event Bau Nyale sebagai acara tahunannya. (mcr38/jpnn) 


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Edi Suryansyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler