Sanksi FA Pada Cavani Berbuntut Panjang di Uruguay

Jumat, 15 Januari 2021 – 16:00 WIB
Pemain Manchester United Edinson Cavani (kiri) merayakan gol ke gawang Everton dalam laga perempat final Piala Liga di Goodison Park, Liverpool, Inggris, Rabu (23/12/2020). ANTARA FOTO/Pool via REUTERS/Clive Brunskill/foc.

jpnn.com, URUGUAY - Sanksi yang dijatuhkan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) terhadap Edinson Cavani masih berbuntut panjang.

Cavani sebelumnya dijatuhi sanksi larangan bermain untuk tiga pertandingan dan denda £ 100.000 (hampir Rp 2 miliar).

BACA JUGA: Bandingkan Metode Pelatihan Shin Tae-yong Dengan Pelatih Lokal

FA menilai postingan pemain asal Uruguay itu di media sosial menghina, kasar dan tidak pantas.

Pemain United itu sebelumnya menuliskan frasa 'Gracias Negrito', sebagai tanggapan atas pesan ucapan selamat setelah penampilan kemenangan pertandingan melawan Southampton, November 2020.

BACA JUGA: Malaysia Turunkan Timnas U-19 di Sea Games 2021, Indonesia?

Frasa itu diterjemahkan sebagai 'terima kasih orang kulit hitam kecil'.

Sebagian besar rekan senegaranya menegaskan, frasa itu adalah ungkapan sayang.

BACA JUGA: Politikus Ikut Bicara Soal Aturan Jaga Jarak di Sepak Bola

Cavani sebenarnya dengan cepat menghapus postingannya, setelah muncul keluhan. Ia kemudian mengeluarkan permintaan maaf dan menegaskan sepenuhnya menentang rasisme.

Nah, putusan FA yang menjatuhkan sanksi bagi Cavani, ternyata menimbulkan banyak ketidakpercayaan di negara asal Cavani.

Rosas, yang menjalankan outlet distribusi anggur, mengatakan berita itu membuatnya marah.

Sebagai tindakan protes, dia merancang label dengan frasa "Gracias Negrito" yang terhampar di atas latar belakang biru dan putih yang mengingatkan pada bendera Uruguay.

Ia pun memposting montase foto beberapa botol anggur yang baru didandani di media sosial.

Ternyata banyak yang memesan botol itu.

Ia pun kemudian memproduksi dan membuat jalur distribusi, dan sejak saat itu dia tidak menghentikan pengiriman botol yang dijual seharga seharga 340 peso (sekitar Rp 115 ribu) itu.

"Reaksinya adalah kegilaan ilahi," kata Rosas kepada AFP.

"Orang-orang paham bahwa ini (desain label) dilakukan dengan cinta. Harganya juga mewakili itu karena untungnya tidak banyak."

Pemberontakan Rosas hanyalah salah satu contoh kemarahan Uruguay yang disulut keputusan FA menghukum Cavani.

 


Kebodohan Budaya

Akademi bahasa Spanyol Uruguay juga mengeluarkan pernyataan yang menuduh FA tidak paham.

Disebut, frasa yang dipermasalahkan itu sebagai hal yang umum.

Frasa itu biasa digunakan sebagai ungkapan penuh kasih sayang di antara teman atau anggota keluarga.

Sementara itu, Asosiasi Pemain Sepak Bola Uruguay mengatakan FA sendiri telah "rasis", sedangkan Asosiasi Sepak Bola Uruguay (AUF) mengatakan Cavani telah menderita ketidakadilan yang mencolok.

"Dalam bahasa Spanyol kami, yang sangat berbeda dari bahasa Spanyol yang digunakan di wilayah lain di dunia, nama panggilan negro atau negrito digunakan sebagai ungkapan persahabatan, kasih sayang, kedekatan dan kepercayaan, dan sama sekali bukan menghina atau mendiskriminasi ras atau warna kulit si penerima pesan," demikian pernyataan Asosiasi Pemain Sepak Bola Uruguay.

Tercatat bahwa pesan Cavani itu dialamatkan kepada seorang teman dekat, sesama Uruguay, yang tahu dan biasa berbagi pesan dengan gaya Cavani.

Selain jajaran kelembagaan yang membela Cavani, individu-individu juga bergegas membela pemain timnas Uruguay itu.

Twitter dibanjiri hashtag #GraciasNegrito, bisnis kecil mulai memproduksi kaus yang dihiasi frasa tersebut.

Sebuah pesawat menerbangkan spanduk bertuliskan frasa tersebut yang kemudian memajangnya di pantai timur ibu kota Uruguay, Montevideo, untuk menunjukkan dukungan.

Sementara banyak orang berbondong-bondong membela Cavani, bahkan menuduh FA lagi mabuk kolonial.

Beberapa di komunitas Afro-Uruguay mengatakan mungkin sudah waktunya untuk peninjauan bahasa.

Pemain kulit hitam Mathias Acuna, 28, yakin sanksi FA tidak adil, tetapi bukan berarti rasisme bukan masalah.

"Ada kalanya (kata 'negro' atau 'negrito') digunakan dengan penuh kasih sayang, sebagai pujian. Itu tergantung dari siapa," katanya kepada AFP.

"Sangat disayangkan bahwa dia (Cavani), yang menggunakannya dengan penuh kasih sayang, yang dijadikan contoh, tetapi rasisme di Uruguay dan di sepak bola ada. Orang harus lebih berhati-hati, " katanya.

"Kami bukan hitam atau putih, kami adalah manusia, tidak lebih."


Budaya Bisa Berubah

Menurut laporan Bank Dunia baru-baru ini, Uruguay menonjol di Amerika Latin.

Karena merupakan masyarakat egaliter dengan tingkat ketidaksetaraan yang rendah, meskipun anggota dari populasi keturunan Afro lebih cenderung hidup di bawah garis kemiskinan nasional.

Bagi Martin Rorra dari organisasi pemuda Afro, kontroversi seharusnya memicu lebih banyak refleksi nasional dan analisis kritis.

"Sebaliknya, kami menolak untuk melihat adat istiadat ini sebagai masalah atau untuk menyadari rasisme," katanya kepada AFP.

Penggunaan ejekan adalah masalah lama dalam sepak bola.

Rekan senegara Cavani, Luis Suarez secara kontroversial menyebut Patrice Evra seorang "negro" dalam sebuah argumen di lapangan, juga bersikeras pada saat itu penggunaan kata Uruguay itu tidak bermuatan rasial.

Pada Desember, penggunaan kata "negru" (bahasa Rumania untuk "hitam") oleh seorang pejabat menyebabkan pemain mundur dalam pertandingan Liga Champions.

Rorra yakin beberapa reaksi terhadap kasus Cavani, termasuk label anggur "Gracias negrito", meremehkan masalah penting alih-alih menghadapinya.

Aktivis kesetaraan, Alicia Esquivel setuju.

Dia bilang merasa "sakit hati" karena produk seperti itu bisa muncul.

"Ini menunjukkan bahwa orang tidak menyadari apa yang kami minta: Itu adalah frasa yang harus kami hapus dari kosa kata kami," katanya kepada televisi Canal 12.

"Jika kita benar-benar ingin berkomitmen pada masalah (non-rasisme) kita harus membuat beberapa keputusan yang tidak menyenangkan, yang mungkin mengarah pada penolakan elemen budaya kita," kata Rorra menyimpulkan.(Antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler