TULUNGAGUNG - Sedikitnya 30 warga Desa/Kecamatan Ngunut dilarikan ke puskesmas terdekat, Sabtu (29/6). Itu dilakukan setelah puluhan warga di Lingkungan VI mengalami mual, muntah, pusing, dan buang air besar. Akibatnya, 15 warga dirawat di Puskesmas Ngunut, sedangkan 15 warga lain rawat jalan.
Diduga, mereka mengalami keracunan makanan yang berasal dari hajatan tasyakuran warga setempat. Hingga kini, Dinas kesehatan (Dinkes) Tulungagung masih menyelidiki penyebab terjadinya keracunan tersebut.
Sebanyak 30 warga itu mengalami keluhan yang serupa Rabu lalu (24/6). Namun, mereka tidak langsung berobat ke puskesmas karena mengira hanya sakit biasa. ''Begitu tetangga mengalami hal yang sama dan mengaku sering muntah, kami berobat ke puskesmas Kamis (27/6),'' ungkap Sri Asih, seorang korban, saat ditemui di Puskesmas Ngunut.
Perempuan 18 tahun tersebut mengaku, sebelum mual dan muntah, dirinya bersama warga lain mengikuti hajatan tasyakuran. ''Senin malam (24/6) saya bersama warga ikut hajatan dan menyantap makanan,'' katanya. Ketika ditanya lokasi hajatan, Sri tidak mau menjawab. ''Saya tidak enak Mas. Dikira saya menyudutkan. Sebab, ini kan belum tentu kebenarannya,'' ujarnya.
Dia mengungkapkan, makanan yang disantap adalah nasi dan daging. Sebenarnya, saat menyantap makanan tersebut, tidak ada masalah. Tapi, selang dua hari, dirinya mendadak muntah-muntah.
Dr Agus Suprapto, kepala Puskesmas Ngunut, menyatakan bahwa pihaknya menerima tiga hingga lima pasien dari Lingkungan VI Desa/Kecamatan Ngunut Kamis (27/6). ''Kami hanya mendiagnosis muntaber,'' jelasnya.
Sekitar pukul 15.00, pihaknya menerima banyak pasien dari tempat dan keluhan yang sama. Kemudian, pihaknya melakukan sidak ke desa setempat. ''Melihat banyaknya warga yang memiliki keluhan yang sama, yakni muntah-muntah, kami menduga mereka keracunan makanan,'' paparnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Satrio yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung Gatot D.P. Poerwanta menyatakan, keracunan tersebut berasal dari daging yang sudah tercemar bakteri salmonella atau e-coli. Namun, bakteri yang mencemari daging itu masih sedikit, sehingga tidak begitu membahayakan warga.
Indikasinya, warga baru mengeluh mual dan muntah-muntah setelah dua hari menyantap makanan tersebut. Meski demikian, pihaknya akan memastikan penyebab keracunan masal itu dengan melakukan uji lab. (ful/and/jpnn)
Diduga, mereka mengalami keracunan makanan yang berasal dari hajatan tasyakuran warga setempat. Hingga kini, Dinas kesehatan (Dinkes) Tulungagung masih menyelidiki penyebab terjadinya keracunan tersebut.
Sebanyak 30 warga itu mengalami keluhan yang serupa Rabu lalu (24/6). Namun, mereka tidak langsung berobat ke puskesmas karena mengira hanya sakit biasa. ''Begitu tetangga mengalami hal yang sama dan mengaku sering muntah, kami berobat ke puskesmas Kamis (27/6),'' ungkap Sri Asih, seorang korban, saat ditemui di Puskesmas Ngunut.
Perempuan 18 tahun tersebut mengaku, sebelum mual dan muntah, dirinya bersama warga lain mengikuti hajatan tasyakuran. ''Senin malam (24/6) saya bersama warga ikut hajatan dan menyantap makanan,'' katanya. Ketika ditanya lokasi hajatan, Sri tidak mau menjawab. ''Saya tidak enak Mas. Dikira saya menyudutkan. Sebab, ini kan belum tentu kebenarannya,'' ujarnya.
Dia mengungkapkan, makanan yang disantap adalah nasi dan daging. Sebenarnya, saat menyantap makanan tersebut, tidak ada masalah. Tapi, selang dua hari, dirinya mendadak muntah-muntah.
Dr Agus Suprapto, kepala Puskesmas Ngunut, menyatakan bahwa pihaknya menerima tiga hingga lima pasien dari Lingkungan VI Desa/Kecamatan Ngunut Kamis (27/6). ''Kami hanya mendiagnosis muntaber,'' jelasnya.
Sekitar pukul 15.00, pihaknya menerima banyak pasien dari tempat dan keluhan yang sama. Kemudian, pihaknya melakukan sidak ke desa setempat. ''Melihat banyaknya warga yang memiliki keluhan yang sama, yakni muntah-muntah, kami menduga mereka keracunan makanan,'' paparnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Satrio yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung Gatot D.P. Poerwanta menyatakan, keracunan tersebut berasal dari daging yang sudah tercemar bakteri salmonella atau e-coli. Namun, bakteri yang mencemari daging itu masih sedikit, sehingga tidak begitu membahayakan warga.
Indikasinya, warga baru mengeluh mual dan muntah-muntah setelah dua hari menyantap makanan tersebut. Meski demikian, pihaknya akan memastikan penyebab keracunan masal itu dengan melakukan uji lab. (ful/and/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... REACH Ajak Anak Muda Wujudkan Mimpi Besar
Redaktur : Tim Redaksi