Santri Tewas Dikeroyok, LaNyalla Angkat Bicara

Sabtu, 26 Juni 2021 – 22:27 WIB
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti saat berkunjung dan ziarah ke Makam Sunan Ampel Surabaya, beberapa waktu yang lalu. (ANTARA/HO-DPD RI)

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti angkat bicara terkait peristiwa pengeroyokan yang mengakibatkan seorang santri salah satu pesantren di Ponorogo, Jawa Timur, tewas.

LaNyalla menyesalkan peristiwa tersebut.

BACA JUGA: Tindakan Wakapolres Jaksel Sangat Terpuji, Patut untuk Ditiru

Senator dari Jawa Timur ini mengatakan kejadian tersebut seharusnya bisa dihindari.

"Saya sangat menyesalkan terjadinya pengeroyokan hingga menyebabkan seorang santri meninggal dunia. Miris sekali, karena hanya permasalahan uang Rp 100 ribu nyawa seseorang jadi melayang," ujar LaNyalla Mattalitti dalam keterangannya, Sabtu (26/6).

BACA JUGA: Shandy Aulia Tak Terima Putrinya Dihina, Pakar Kesehatan Jelaskan Kriteria Kurang Gizi

Pengeroyokan terhadap santri berinisial M itu terjadi pada Selasa (22/6).

Kejadian berawal saat korban mengaku mencuri uang Rp 100 ribu milik temannya.

BACA JUGA: Puan Ingatkan Perang Melawan yang Satu ini Tak Boleh Kendur!

Permasalahan sebenarnya sudah selesai setelah pengurus ponpes memanggil para santri dan korban mengakuinya.

Namun, empat pelaku melakukan pengeroyokan hingga korban terluka parah.

Akibatnya, korban mengalami luka di sekujur tubuh dan pendarahan hingga ke otak yang menyebabkannya meninggal dunia.

Santri M sendiri baru sebulan berada di pondok.

LaNyalla mengatakan, pencurian memang tidak dapat dibenarkan.

Namun, penyelesaian masalah dengan kekerasan bukanlah solusi, cara itu bahkan menyalahi banyak aturan.

"Kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi pengasuh ponpes. Pembinaan yang baik sangat penting untuk menghindari kejadian-kejadian seperti ini," katanya.

Menurut LaNyalla, para pelaku mungkin tidak bermaksud membunuh.

Namun, perbuatan pelaku tetap harus mendapat ganjaran sesuai hukum yang berlaku.

Hanya saja, mantan Ketua Umum PSSI tersebut meminta polisi menerapkan peradilan anak bagi pelaku yang masih di bawah umur.

Apalagi, tiga dari empat pelaku masih masuk dalam kategori anak.

"Selain itu penting juga dilakukan pendampingan psikologis bagi para pelaku."

"Karena saya yakin pelaku anak mengalami guncangan moral karena tidak menyangka perbuatan mereka sampai menyebabkan sang teman meninggal dunia."

"Namun, tetap perilaku mereka tidak bisa dibenarkan," ucapnya.

LaNyalla juga menyoroti maraknya kejadian kekerasan di lingkungan ponpes yang belakangan kerap terjadi.

Menurutnya, ada sistem yang harus dibenahi sehingga permasalahan kekerasan di lingkungan ponpes dapat dihindari.

"Saya kira ponpes perlu difasilitasi dengan konseling atau psikolog."

"Pemerintah dalam hal ini kementerian agama dapat memfasilitasinya agar ada pendampingan lebih dari ponpes terhadap santri."

"Karena dari peristiwa ini bisa dilihat ada sesuatu yang salah mengenai psikologi santri dan perlu ditangani dengan serius," pungkas LaNyalla.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler