Saran Bu Titi Perludem Agar Tragedi Pemilu 2019 Tak Terjadi Lagi

Rabu, 02 Februari 2022 – 23:06 WIB
Ilustrasi - Mantan Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Pegiat kepemiluan Titi Anggraini menyinggung perlunya penataan teknis penyelenggaraan Pemilu 2024 demi mencegah jatuhnya korban meninggal akibat pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan itu yang dihelat serentak.

"Perlu menata ulang manajemen teknis pemilu untuk bisa mengurai beban kerja petugas pemilihan," kata dia dalam diskusi berjudul Pemilu 2024: Perbaikan dan Harapan yang disiarkan Gelora TV di YouTube, Rabu (2/2).

BACA JUGA: Rakernas Perindo Bahas Strategi Dulang Suara di Pemilu 2024

Mantan Direktur Eksekutif Perludem itu pun menyebut ada beberapa opsi agar Pemilu 2024 tidak mengakibatkan korban meninggal seperti Pemilu 2019.

Misalnya, kata dia, petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dibekali pemahaman teknologi agar proses pemungutan suara tidak menyita tenaga.

BACA JUGA: Warning dari GMPG Kepada Airlangga Jelang Pemilu 2024

Selain itu, penyelenggara Pemilu 2024 bisa menguatkan kapasitas petugas KPPU agar pekerjaan tidak terlalu berat.

"Jadi, ada penggunaan teknologi, khususnya pemanfaatan sertifikat digital penghitungan suara," beber dia.

BACA JUGA: Jelang Pemilu, Waspada Isu SARA Lebih Berbahaya dari Politik Uang

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah mengaku khawatir dengan pelaksanaan Pemilu 2024 yang digelar secara serentak, yakni pelaksanaan Pileg dan Pilpres dihelat bersamaan.

Terlebih lagi, kata Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 itu, Indonesia memiliki sejarah pilu soal pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan itu yang dilaksanakan secara serentak.

"Kami khawatir, pesta rakyat ini menjadi pesta kematian yang seperti di 2019," kata Fahri dalam diskusi berjudul Pemilu 2024: Perbaikan dan Harapan yang digelar secara daring, Rabu (2/2).

Pria kelahiran Nusa Tenggara Barat (NTB) itu sebenarnya berharap pelaksanaan Pileg dan Pilpres tidak dihelat pada tanggal bersamaan.

Setidaknya, ada jeda dalam pelaksanaan Pemilu. Dengan begitu, pihak penyelenggara pemungutan suara punya waktu beristirahat.

"Kami mendorong agar jadwal pemilunya jangan dibikin serempak, meskipun mungkin beberapa sudah diputuskan," beber Fahri. (ast/jpnn)

 

Redaktur : Adil
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler