Saran Dokter, Lakukan Hal Ini untuk Menghindari Strok, Kardiovaskular, dan Ginjal Kronis

Jumat, 13 Mei 2022 – 01:15 WIB
Tangkapan layar Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr Erwinanto, Sp.JP(K), FIHA saat menyampaikan materinya dalam acara "Peringatan Hari Hipertensi Dunia" yang diikuti di Jakarta, Kamis (12/5/2022). (FOTO ANTARA/ Zubi Mahrofi)

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) dr Erwinanto, Sp.JP(K), FIHA memberikan saran kepada masyarakat untuk menghindari penyakit kardiovaskular, strok, dan ginjal kronis.

Dokter Erwinanto meminta masyarakat menjaga tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mmHg untuk menghindari penyakit kardiovaskular, strok, dan ginjal kronis. 

BACA JUGA: Sebelum Meninggal, Ona Sutra Sempat Menderita Strok Ringan

Dia menegaskan bahwa tekanan darah harus dikendalikan. "Hal itu karena hipertensi menyebabkan penyakit kardiovaskular, strok, dan ginjal kronis, dan itu hasil penelitian sudah konsisten," katanya dalam acara "Peringatan Hari Hipertensi Dunia" yang diikuti di Jakarta, Kamis (12/5).

Menurut dia, masyarakat perlu menghambat tekanan darah supaya tidak meningkat melebihi 140/90 mmHg.

BACA JUGA: Lansia Strok Terjebak Banjir Sendirian di Rumah

"Pertahankan bagi mereka yang tidak hipertensi. Karena peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 maka kematian karena strok akan meningkat lebih dari dua kali lipat, dan kematian akibat jantung koroner akan dua kali lipat lebih tinggi walaupun pasien belum hipertensi," paparnya.

Dia menjelaskan hipertensi telah menjadi isu global, karena dalam tiga dekade di dunia, tidak terlihat adanya penurunan prevalensi.

BACA JUGA: Waspada, 6 Kebiasaan Ini Bisa Membahayakan Kesehatan Ginjal Lho

"Demikian juga di Indonesia, mulai dari 2007 sampai 2018, prevalensinya masih berkisar di atas sekitar 34 persen," katanya.

Dia menambahkan penyakit yang berhubungan dengan hipertensi itu menghabiskan biaya penyakit katastropik yang cukup besar.

"Itu harus dihindari dengan cara menurunkan tekanan darah pada pasien yang sudah hipertensi," katanya.

Menurutnya, salah satu cara mengendalikan tekanan darah bagi yang sudah hipertensi, yakni mengubah gaya hidup sehat dengan atau tanpa terapi obat.

 

"Batasi garam sedapat mungkin, kurangi konsumsi alkohol. Lalu, olahraga teratur minimal 30 menit per hari dan sedapat mungkin tiap hari," kata Dokter Erwinanto.

Dalam kesempatan sama, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Elvieda Sariwati mengatakan persentase penyakit tidak menular penyebab kematian terbanyak di Indonesia, yakni stroke 19,4 persen.

Diikuti kardiovaskular sebesar 14,4 persen (salah satunya hipertensi), kanker 13,5 persen, dan diabetes melitus (DM) dan komplikasinya 6,2 persen.

Sementara, lanjut dia, dari sisi pembiayaan, kardiovaskular menjadi penyakit tidak menular yang memiliki pembiayaan kesehatan terbesar, yakni sebesar Rp 8,2 triliun. Diikuti kanker Rp 3,1 triliun, stroke Rp 2,1 triliun, dan gagal ginjal Rp 1,9 triliun.

"Kardiovaskular ternyata penyakit yang memakan pembiayaan yang besar," kata Elvieda Sariwati. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler