Saran M Iqbal agar Polemik Letjen Dudung vs Gatot Segera Diakhiri

Rabu, 29 September 2021 – 12:10 WIB
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal Dudung Abdurachman. Foto/dok: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI Muhammad Iqbal berharap persoalan hilangnya tiga patung dalam diorama peristiwa G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad bisa dibicarakan dengan baik-baik sehingga tidak memunculkan polemik di publik.

M Iqbal menyarankan kepada Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman untuk mengundang eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, kemudian berbicara empat mata.

BACA JUGA: Gatot Vs Letjen Dudung, Kapitra: Prabowo Tidak Perlu Turun Tangan

"Alangkah baiknya jika Pangkostrad Pak Dudung Andurachman sebagai junior mengundang Pak Gatot untuk menjelaskan alasan pemindahan patung tersebut agar hal ini tidak menjadi polemik yang berkepanjangan," ungkap Iqbal melalui layanan pesan, Rabu (29/9).

Gatot Nurmantyo sebelumnya menyoroti hilangnya tiga patung dalam diorama peristiwa G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad.

BACA JUGA: Gatot Nurmantyo Vs Letjen Dudung, Aziz FPI: Pancasila Harga Mati, PKI Tetap Mati

Eks KSAD itu menilai TNI telah disusupi PKI mengacu hilangnya tiga patung tersebut. Sebab, patung yang hilang menggambarkan momen TNI menumpas PKI.

Iqbal pun mengaku tidak mau berlebihan menyikapi pernyataan Gatot yang menyebut TNI disusupi PKI. Pasalnya, pernyataan tersebut dianggap sebagai pendapat dan masukan.

BACA JUGA: Gatot Nurmantyo Vs Letjen Dudung soal Hilangnya Patung Penumpasan G30S/PKI, Prabowo Diminta Bicara

"Menurut saya pernyataan Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo lebih dimaknai berupa pendapat dan masukan sebagai senior dan mantan Paglima TNI agar TNI," kata Sekretaris Fraksi PPP di MPR itu.

Menurut dia, pernyataan Gatot bisa dianggap pula ajakan kepada masyarakat tetap komitmen terhadap ideologi bangsa yaitu Pancasila.

"Kita masyarakat Indonesia untuk saling menjaga agar segala bentuk ideologi yang bertentangan dengan ideologi Pancasila tidak tumbuh dan berkembang di Indonesia," tutur pria kelahiran Sumatra Utara itu.(ast/jpnn)


Redaktur : Friederich
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler