jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ari Junaidi menilai, kurang bijak jika Partai Golkar mempercayakan kursi ketua umum pada tokoh yang berasal dari angkatan tua, untuk menggantikan Setya Novanto yang kini menghadapi persoalan hukum.
"Tentunya tidak bijak mempertaruhkan Golkar pada nama-nama seperti Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, dan Aburizal Bakrie. Itu sama saja kembali mempertaruhkan masa depan Golkar," ujar Ari kepada JPNN, Senin (20/11).
BACA JUGA: Pertama Kali dalam Sejarah, Ketum Golkar Diburu Aparat
Ari menilai, para tokoh senior sebaiknya didapuk sebagai dewan penasihat saja. Karena Golkar butuh pemimpin muda dengan pemikiran dan langkah visioner, serta harus dapat bergerak dengan cepat.
Karena 'pertarungan' kini ada di depan mata. Proses Pilkada 2018 serta Pemilu 2019 tentu menjadi pertaruhan GOlkar ke depan.
BACA JUGA: Fayakhun: Stok Pemimpin Berkualitas Sangat Banyak di Golkar
"Saya kira hal-hal seperti ini tentu perlu menjadi pertimbangan partai dalam mengambil keputusan. Jika tidak, saya rasa sulit untuk bangkit. Waktunya sangat terbatas," ucapnya.
Meski demikian, Ari menilai keputusan sepenuhnya ada di tangan para pemegang suara partai. Jika munaslub digelar, para pemilik suara yang terdiri dari pengurus-pengurus DPD berhak memilih berdasarkan keyakinan masing-masing.
BACA JUGA: Setya Novanto Rela Lepas Jabatan Ketua DPR dan Ketum Golkar
"Tapi kembali lagi, posisi nama-nama yang layak menggantikan Novanto sebagai jurumudi baru, tentu terserah suara munaslub Golkar. Jika ingin bangkit dari keterpurukan, mereka tentu akan menggunakannya memilih tokoh yang dinilai paling tepat," pungkas Ari.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nurdin Halid Sangat Siap Pimpin Golkar
Redaktur & Reporter : Ken Girsang