Saran Politikus Gerindra Agar Indonesia Terhindar dari Resesi

Kamis, 06 Agustus 2020 – 20:11 WIB
Pedagang memakai face shield dan masker saat melayani pembeli di Pasar Karang Anyar, Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan menyampaikan sejumlah saran agar Indonesia bisa lepas dari bayang-bayang resesi, yang bisa terjadi pada kuarta III 2020.

Bayang-bayang tersebut muncul menyusul minusnya pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,23 persen (year-on-year/ yoy) pada kuartal II sebagaimana data yang baru dikeluarkan BPS.

BACA JUGA: Menurut Menkeu Sri Mulyani, Indonesia Belum Resesi

Apalagi minusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih akan berlanjut pada kuartal III 2020.

Suatu negara disebut mengalami resesi jika pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Ambil Kebijakan Tepat dan Cepat Hadapi Resesi

"Secara tak langsung, pemerintah sudah mengindikasikan Indonesia bisa masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020, menyusul negatifnya pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II-2020," kata Heri Gunawan di Jakarta, Kamis (6/8).

Oleh karena itu, dia mengemukakan beberapa saran untuk keluar dari bayang-bayang resesi tersebut.

BACA JUGA: Sandiaga Uno Beberkan Strategi Antisipasi Resesi Teknikal

Di antaranya, pemerintah harus segera memperbaiki penanganan pandemi Covid-19.

Sebab, kalau penanganan Covid-19 lambat atau tidak sinkron, maka efeknya akan berkepanjangan, dan makin memperparah kondisi perekonomian Indonesia.

Waktu recovery-nya pun akan makin panjang.

"Penanganan Covid-19 ini perlu segera diperbaiki, karena akan memunculkan risiko social unrest dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang pastinya akan bertambah tinggi. Di samping mempercepat realisasi belanja kementerian dan lembaga maupun insentif yang telah dianggarkan untuk masyarakat," ucapnya.

Dalam jangka pendek, kata politikus yang beken disapa dengan panggilan Hergun ini, harus ada sinergi antara pemangku kebijakan fiskal dan moneter dengan melakukan metode darurat berupa pembelian kembali surat berharga pemerintah oleh Bank Indonesia (quantitative easing).

"Konsekuensinya memang akan menyebabkan inflationary pressure, tetapi diperkirakan tidak lebih dari setahun ke depan dengan harapan perekonomian bisa membaik setelahnya," jelas politikus Gerindra ini.

Kemudian, pemerintah harus lebih serius memberi stimulus dengan membentuk jejaring pengaman sosial dan insentif bagi dunia usaha.

Dari sisi pengusaha, mereka diharapkan lebih berinovasi, kolaborasi, hingga memanfaatkan teknologi di era new normal saat ini.

"Terpenting adalah bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi. Apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, maka ekonomi bisa bangkit kembali dengan cepat ketika wabah sudah berlalu," kata ketua DPP Gerindra ini.

Selain itu, tambahnya, jika suku bunga telah diturunkan, tetapi permintaan pada sektor riil belum bergeliat, maka seluruh kebijakan pun akan kurang efektif.

"Meskipun Indonesia dinyatakan resesi, masyarakat tidak perlu panik karena resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah. Hampir semua negara mengalami resesi," tandas Hergun. (fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler