jpnn.com - MALANG - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani menyatakan, Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat pada masa-masa mendatang. Menurutnya, setiap sumber daya manusia (SDM) di tanah air harus memiliki daya saing untuk memenangi persaingan.
Berbicara pada acara Wisuda Sarjana ke-79 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/2), Puan menyatakan, selama ini Indonesia kalah bersaing di tingkat global karena menghadapi beragam kendala. Antara lain rendahnya kemampuan berinovasi, kemampuan teknologi, persoalan riset dan pendidikan tinggi, serta masalah infrastruktur.
BACA JUGA: Atap Kelas Roboh Timpa Siswa, Begini Reaksi Kemendikbud
Karenanya Puan menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran penting untuk mempersiapkan SDM yang mampu bersaing. “Dalam menghadapai tantangan yang cukup berat di masa mendatang kita harus menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang memiliki keterampilan dan berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), Puan mengatakan, 65 persen pekerja di Indonesia hanya lulusan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) ke bawah. Selanjutnya, 25 persen pekerja adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA). Sedangkan lulusan perguruan tinggi kurang dari 10 persen.
BACA JUGA: Risma Semprot Siswa Bolos, Rental PS dan Game Online Dilarang...
“Tingkat pendidikan tenaga pekerja yang rendah berdampak pada rendahnya produktivitas dan daya saing. Padahal persaingan global menuntut tenaga kerja yang berdaya saing, terampil dan kompeten,” katanya.
Untuk itu, lanjut Puan, pemerintah akan terus mendorong perguruan tinggi agar mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing. “Pemerintah berupaya untuk memacu pembangunan manusia terutama melalui jalur pendidikan, khususnya pendidikan tinggi,” tegasnya.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Perbanas Institute Buka Prodi Ekonomi Syariahââ¬Å½
Lebih lanjut ia mengatakan, perguruan tinggi perlu menata ulang orientasi pendidikan selama ini. Menurutnya, 75-78 persen lulusan perguruan tinggi berasal dari jurusan nonteknik. “Di Korea Selatan, lulusan sarjana sebagian besar di bidang teknik,” sebutnya.
Ia menegaskan, banyaknya lulusan PT dari jalur nonteknik kurang kondusif untuk menghadapi MEA. Padahal, katanya, pemerintah berencana mengalokasikan lebih dari Rp 5. 000 triliun untuk pembangunan infrastruktur.
Puan menegaskan, pembangunan infrastruktur itu tentu memerlukan SDM yang mumpuni di bidang teknik. “Jangan sampai peluang ini nantinya hanya dinikmati oleh pekerja asing,” tegasnya.
Mantan ketua Fraksi PDIP DPR itu menjelaskan, saat ini di Indonesia terdapat 3.958 perguruan tinggi swasta (PTS). Sedangkan jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) kurang dari 5 persen. Hal itulah yang kini menjadikan pemerintah juga harus memperhatikan keberadaan PTS.
Ia lantas menyinggung sikap tegas pemerintah terhadap PTS yang sembarangan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Tahun 2015 lalu, katanya, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek) menjatuhkan peringatan kepada lebih dari 240 PTS.
“Kita menginginkan, pendidikan tinggi betul-betul menjadi ajang untuk menempa mentalitas, keterampilan dan keahlian, serta menghasilkan generasi penerus bangsa, yang berintegritas, beretos kerja dan berkepribadian yang berlandaskan gotong royong,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Puan menyampaikan apresiasinya kepada Muhammadiyah yang telah berperan besar dalam mencerdaskan bangsa sampai saat ini. Karenanya Puan juga meminta pada seluruh wisudawan dan wisudawati bisa memberikan kontribusi terbaik sekalihus menjaga nama Muhamamdiyah. Saudara semua hendaknya menjadi kaum intelektual yang memiliki akhlakul karimah (berakhlak mulia),” pintanya.(JPG/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Depan Seluruh Sekolah Terapkan K-13
Redaktur : Tim Redaksi