jpnn.com, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Ishfah Abidal Aziz menyampaikan protes kepada PKB. Menurut dia, tidak pantas acara PKB turut merayakan Satu Abad Nahdlatul Ulama.
Ishfah Abidal Aziz merasa keberatan karena DPP PKB menyanyikan Mars Satu Abad Nahdlatul Ulama dan mencantumkan logo Satu Abad Nahdlatul Ulama.
BACA JUGA: Ucapkan Selamat Natal, SAS Institute Serukan Persaudaraan Agama Abrahamik
Acara bertajuk Sarasehan Nasional Satu Abad Nahdlatul Ulama itu bukan saja dihadiri kader PKB, tetapi juga warga dan keluarga besar Nahdlatul Ulama secara umum.
Juga terlihat Prof. KH. Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 dan 2015-2020 yang hingga saat ini masih memiliki pengaruh yang kuat di akar rumput NU.
BACA JUGA: SAS Institute: Kritik Kiai Said Bukan Sikap Antipemerintah
Dalam acara tersebut Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB mengingatkan kembali dua fatwa atau warisan pendiri NU.
Acara refleksi ini juga melibatkan para budayawan, akademisi dan praktisi dalam melihat dimensi perjuangan warga NU di masa depan.
BACA JUGA: Kiai Said Puji dan Kecam Jokowi dalam Satu Ceramah, SAS Institute: Autokritik Kebangsaan
Sekretaris Eksekutif Said Aqil Siroj Institute, Abi Rekso berpendapat bahwa tudingan itu kekanak-kanakan dan reaksioner.
“Nahdlatul Ulama sebagai organisasi bangsa telah berdiaspora pada lintas partai. PKB berhak turut merayakan Satu Abad NU, tidak boleh ada monopoli seperti itu. Kan PBNU bukan Event Organizer, ini organisasi umat dan bangsa jadi pikiran dan hati kita harus besar,” jelas Abi Rekso.
Abi Rekso justru kecewa, dengan adanya protes dari PBNU, justru memperlihatkan friksi di kalangan warga NU.
Padahal, jika PDI-P, Golkar dan PPP sekalipun ingin merayakan Satu Abad Nahdlatul Ulama justru menunjukan kelas NU.
“Tidak ada yang numpang-numpang di Nahdlatul Ulama, karena PBNU bukan terminal angkot yang membuka loket dan menjual karcis. Semua mencari berkah dan karomah para kiai dan ulama. Ini rumah umat, pondasi bangsa, sendi negara. Musuh kita adalah kemiskinan, kebodohan dan ketamakan,” tutup Sekretaris Eksekutif SAS Institute. (dil/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif