jpnn.com, JAKARTA - Surya Satelit-1 (SS-1), satelit nano pertama Indonesia, sukses masuk ke dalam lingkaran orbit luar angkasa dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Kesuksesan SS-1 yang pengembangannya didukung penuh oleh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) itu menjadi sejarah bagi industri satelit nasional karena merupakan satelit nano pertama buatan anak muda Indonesia di dalam negeri yang mengangkasa ke lingkaran orbit.
BACA JUGA: iPhone 14 Pro Dibekali Modem Qualcomm, Bisa Terkoneksi Ke Satelit
Keberhasilan SS-1 ini ditargetkan dapat meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan satelit komunikasi di Indonesia.
Potensi itu karena SS-1 dapat diakses secara umum untuk kepentingan yang bersifat non komersial dan pengembangan ilmu pengetahuan keantariksaan yang lebih inklusif.
BACA JUGA: iPhone 14 Gunakan Proesor Qualcomm Snapdragon, Diklaim Bisa Tangkap Sinyal Satelit
CEO PSN Adi Rahman Adiwoso mengatakan, kesuksesan SS-1 ini bisa menjadi titik balik dalam pengembangan industri satelit nasional.
Harapannya, Indonesia bisa semakin mengurangi ketergantungan pengembangan teknologi satelit dengan negara lain.
BACA JUGA: WN Amerika jadi Tersangka Korupsi Satelit Kemhan, Siapa Dia?
Pengembangan satelit ini menjadi sektor vital dalam meningkatkan efisiensi konektivitas di Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
“Keberhasilan ini juga tentu saja bisa menjadi salah satu pencapaian penting dalam industri satelit di Indonesia. Kami mendukung penuh pengembangan satelit nano SS-1 ini karena bisa menjadi proyek percontohan dalam mendorong kemandirian industri satelit nasional, demi meningkatkan infrastruktur strategis berbasis satelit yang lebih canggih dan efisien di Indonesia. PSN memiliki visi agar teknologi satelit ini menjadi lebih inklusif dan bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat,” ujar Adi Rahman Adiwoso.
Keberhasilan pelepasan SS-1 dari Stasiun Luar Angkasa Internasional ini juga disaksikan langsung oleh CEO Pasifik Satelit Nusantara Adi Rahman Adiwoso, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Tri Handoko, dan Ketua Organisasi Amatir Radio Indonesia Donny Imam Priambodo melalui siaran langsung di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Kantor BRIN, Jakarta, Jumat (6/1).
Pelepasan SS-1 ke orbit luar angkasa ini menjadi tahap akhir dari proses peluncuran satelit yang sebelumnya telah diluncurkan bersama misi Commercial Resupply Services yang ke-26 (CRS-26) yang dilakukan pada November 2022 lalu menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX di Florida, Amerika Serikat.
Satelit SS-1 ini akan menempati titik orbit 380-420 km dengan inklinasi 51.6 derajat. Satelit SS-1 ini rencananya akan menjadi satelit open source dan bisa diakses secara umum.
Tujuannya adalah untuk mempelajari perilaku komunikasi dengan memanfaatkan frekuensi yang dikirimkan melalui satelit. Dengan dibukanya akses frekuensi ini, SS-1 ini bisa menjadi learning point bagi seluruh pemangku kepentingan satelit di Indonesia.
Ketua Tim Pengembangan SS-1 Setra Yoman Prahyang mengatakan, keberhasilan peluncuran satelit nano ini memungkinkan peningkatan kemampuan komunikasi pesan teks secara real-time melalui frekuensi radio.
Selain itu, Berhasilnya pembangunan satelit ini juga bisa menjadi benchmark bagi misi satelit Indonesia lain di Indonesia, sehingga lebih banyak misi inovatif lain yang bisa dikembangkan generasi muda Indonesia berikutnya.
“Target utama pengembangan Satelit SS-1 ini adalah untuk penelitian dan pengembangan, sehingga satelit bisa diakses secara bebas oleh masyarakat. Kami yakin keterbukaan akses SS-1 ini merupakan bagian dari semangat kolaborasi dalam pengembangan dan pemanfaatan industri di Indonesia. Karena itu, SS-1 tidak difokuskan untuk aktivitas komersial dan fokus pada aspek ilmu pengetahuan,” ujar Setra.
Setelah satelit SS-1 ini berhasil memancarkan sinyal pertama, maka ini menjadi bukti bahwa satelit berfungsi secara normal. SS-1 akan memasuki fase Commissioning untuk memastikan seluruh perangkat satelit dalam keadaan prima dan layak fungsi.
Seluruh komponen satelit juga dipastikan dalam kondisi optimal dan tidak terdapat kondisi anomali yang berpotensi mengganggu operasional. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif