Satgas Covid-19 Catat Banyak yang Pedemo yang Reaktif Covid-19 di Indonesia

Selasa, 13 Oktober 2020 – 23:33 WIB
Demonstran memenuhi kawasan Patung Kuda di Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (13/10) guna menolak Omnibus Law Cipta Kerja. Foto: Ricardo/JPNN.COM

jpnn.com, JAKARTA - Satgas Penanganan Covid-19 mencatat banyak kasus reaktif Corona di tengah-tengah massa aksi penolakan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja. Sampel itu diambil dari sejumlah demonstran yang sempat diamankan oleh pihak kepolisian.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, aksi unjuk rasa menyampaikan aspirasi secara terbuka belakangan ternyata membawa dampak yang kurang baik terhadap penanganan Covid-19.

BACA JUGA: Ratusan Orang Mau Demo Diciduk di Tangerang, Astaga

Aksi unjuk rasa yang mengundang kerumunan massa dalam jumlah besar itu menghasilkan banyak peserta aksi yang dinyatakan reaktif dari hasil testing. 

Menurut Wiku, terdapat 2 kelompok utama yang menyampaikan aspirasi secara terbuka, yaitu kelompok mahasiswa dan buruh. 

BACA JUGA: Polda Metro Jaya Siapkan Rompi Khusus untuk Jurnalis Peliput Demo

"Dari data sementara, massa yang diamankan di berbagai provinsi, Satgas Covid-19 sangat memprihatinkan," jelasnya saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19, Selasa (13/10). 

Dia menyebutkan hasil pemeriksaan terhadap peserta aksi unjuk rasa banyak yang reaktif. Sebarannya di Sumatera Utara ada 21 dari 253 demonstran, DKI Jakarta ada 34 dari 1.192 demonstran, Jawa Timur ada 24 dari 650 demonstran, Sulawesi Selatan ada 30 dari 261 demonstran, Jawa Barat ada 3 dari 39 demonstran, DI Yogyakarta ada 1 dari 95 demonstran. Sementara hasil testing di Jawa Tengah masih dalam tahap konfirmasi. 

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: FPI Akan Demo, Ini Reaksi Ruhut, Ganjar tak Kecewa, KAMI Balik Mengancam

"Ini adalah cerminan puncak gunung es dari hasil pemeriksaan yang merupakan contoh kecil saja bahwa virus ini dapat menyebar dengan cepat dan luas. Angka ini diprediksi akan meningkat dalam dua sampai tiga minggu kedepan," jelasnya.

Peluang penularan Covid-19 antardemonstran sangat tinggi mengingat mereka berada di lokasi yang sama.

Dalam mencegah penularan lebih lanjut dari peserta demonstran itu, Satgas Covid-19 menyarankan para demonstran dari dua kelompok utama aksi itu untuk dilakukan pemeriksaan. Bagi demonstran mahasiswa menjadi tanggung jawab universitasnya. 

"Kami imbau bagi pihak universitas yang mahasiswanya mengikuti kegiatan tersebut, untuk melakukan identifikasi serta testing. Bagi mahasiswa yang reaktif untuk segera ditelusuri kontaknya, dan sediakan lokasi isolasi yang terindikasi reaktif atau positif," ujarnya. 

Bagi demonstran kelompok buruh, Wiku meminta perusahaan asal mereka bekerja agar membentuk Satgas Covid-19. Satgas Covid-19 di tingkat perusahaan ini bisa berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk melakukan screening kepada buruh yang mengikuti aksi penyampaian aspirasi. 

"Bagi yang hasil testingnya reaktif dapat segera ditelusuri kontaknya," saran Wiku. 

Tidak hanya itu, bagi anggota kepolisian yang bertugas mengamankan aksi unjuk rasa pun dianjurkan untuk melakukan testing. Jika ada yang reaktif agar dilakukan tracing kontak terdekatnya.

Lalu bagi masyarakat yang anggota keluarganya mengikuti aksi unjuk rasa untuk segera memeriksakan diri. 

"Bagi yang memilih untuk demonstrasi, ingat, bahwa demonstrasi tidak akan kehilangan esensinya jika kita tetap berlaku damai dan patuh selama kegiatan berlangsung. Jaga jarak antardemonstran, selalu pakai masker, cuci tangan atau membawa hand sanitizer adalah salah satu andil anda memerdekakan bangsa ini dari pandemi Covid-19," pesan Wiku. (tan/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler