Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Belanja Online Dibanding Berkerumun di Mal

Kamis, 06 Mei 2021 – 20:12 WIB
Ilustrasi belanja online. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Tradisi berbelanja menjelang Hari Raya Idulfitri terpantau tetap dilakukan masyarakat muslim Indonesia tahun ini.

Namun, di tengah pandemi Covid-19 ini, Satgas Penanganan Covid-19 menyarankan masyarakat tidak berbondong-bondong mendatangi pusat-pusat perbelanjaan.

BACA JUGA: Peringatan Keras buat Pemudik Lewat Jalur Tikus selama Larangan Mudik

Sebab, hal itu bisa menimbulkan kerumunan dan berpotensi memicu klaster penularan.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyayangkan tingginya mobilitas penduduk jelang lebaran yang memicu kerumunan.

Akan lebih disarankan masyarakat memilih opsi berbelanja lebaran secara online. Dengan begitu, masyarakat tidak berkerumun dan menumpuk di pusat-pusat perbelanjaan.

"Masyarakat dapat memilih opsi berbelanja yang lebih aman yaitu dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu berbelanja online untuk meminimalisasi terpapar virus Covid-19," kata dalam keterangan yang diterima, Kamis (6/5).

Satgas mencatat di lapangan masih ditemukan kenaikan mobilitas penduduk, khususnya ke pusat perbelanjaan.

BACA JUGA: Satgas Covid-19: Tak Perlu Kucing-kucingan, yang Menderita Justru Keluarga di Kampung

Dan Satgas telah melakukan pengamatan dengan menghimpun data dari Google Mobility pada rentang waktu 11 Maret-16 April 2021.

Dalam pengamatan tiga minggu terakhir, ada enam provinsi dengan kenaikan mobilitas ke pusat perbelanjaan tertinggi di Indonesia. 

Yaitu Provinsi Aceh (41 persen), Gorontalo (58 persen), Kalimantan Utara (47 persen), Maluku Utara (57 persen), Sulawesi Tenggara (55 persen), dan Sumatera Barat (53 persen). Dengan puncak kenaikan masing-masing 9 April 2021.

Kenaikan mobilitas berdasarkan data ini, dikhawatirkan akan diikuti kenaikan kasus, sebagaimana pengalaman serupa pada waktu sebelumnya.

Wiku mengharapkan kenaikan mobilitas ini tidak mengganggu kondisi Covid-19 nasional yang cukup stabil sejauh ini. Dia menilai hasil jerih payah masyarakat dan pemerintah selama lebih dari setahun terakhir.

Setiap daerah tanpa terkecuali harus benar-benar melakukan antisipasi potensi lonjakan. Pemerintah daerah dapat menyusun mekanisme aktivitas sosial dan ekonomi yang dapat dengan mudah diawasi pergerakannya.

Tujuannya, demi mencegah kerumunan maupun interaksi fisik yang dapat menjadi cara penularan Covid-19 yang lebih masif.

BACA JUGA: MTH 27 Office Suites, Kawasan Perkantoran Terpadu Berkonsep TOD di MT Haryono Jakarta

"Untuk menjamin sistem yang dibuat dapat dijalankan dengan baik maka buatlah satuan tugas khusus untuk melakukan pembinaan di lapangan," kata Wiku.

Meski demikian, dia juga menganggap momen belanja lebaran adalah momen sukacita di mana banyak berkah yang didapatkan masyarakat.

Seperti pembagian tunjangan hari raya (THR), maupun bertebarannya peluang untuk berbelanja dengan potongan harga yang besar.

Dan secara pola umumnya, berdampak memperbaiki ekonomi nasional bahkan mempengaruhi perilaku masyarakat.

Wiku mengingatkan Indonesia belum keluar dari pandemi Covid-19, sehingga ancaman penularan masih ada dan nyata.

Untuk itu hal terbaik yang bisa dilakukan ialah melakukan segala aktivitas dengan terkendali agar produktivitas sosial ekonomi masyarakat berkembang ke arah yang lebih baik.

"Dari data ini, kami dapat bersama-sama belajar bahwa sektor sosial dan ekonomi sangat berkaitan dan cara bijak untuk mampu mencapai hasil yang baik pada kedua sektor tersebut. Melalui kebijakan gas rem yang berlandaskan fakta dan data yang ada," kata Wiku. (tan/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamdalah, Jutaan Satpam Dapat Kemudahan Punya Rumah Lewat KPR BTN


Redaktur : Yessy
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler